Dua puluh sembilan

9.6K 592 55
                                    

"din, gue bawa dulu motor lo".

Gue berjalan ke arah halaman kos dan mengendarai motor matic itu ke jalan raya. Sekarang gue lagi pengen banget makan mie ayam bakso yang terletak di depan Plaza Sukaramai itu.

Begitu sampai didepan warung, gue memarkirkan motor dan bersegera memesannya.

Saat lagi menunggu pesanan gue selesai, gue memilih duduk sambil menikmati es jeruk kasturi dengan rasa asem manis yang membuat gue jadi segar.

"sendirian aja dek ? Suaminya mana ?"tanya seorang wanita paruh baya yang baru sampai lalu mendudukkan dirinya di samping gue.

"lagi kerja, buk"

"kerja apa ? Istri lagi hamil gini kok dibiarin sendirian. Rentan loh"ujarnya memperingati.

"suami saya lagi menjaga negara buk"sampe gue aja gak dijagain sama Aryan.

Wanita paruh baya itu menganggukkan wajahnya tanda sudah mengerti akan pekerjaan suami gue yaitu abdi negara.

Setelah pesanan selesai gue langsung membayarnya dan pergi dari situ.

Keadaan gerimis ini membuat gue kesusahan untuk membawa motor, ditambah lagi dengan helm Dini yang tanpa kaca ini membuat tetesan air hujan itu menusuk sekitar wajah dan sedikit membuat pedih mata.

Semakin lama keadaan hujan semakin deras hingga mampu membuat baju gue basah, gue menambah kecepatan motor agar segera sampai ke kos.

Pandangan gue udah mulai gak jelas karna air itu semakin brutal menghantam wajah gue. Mencoba mengusap wajah dengan tangan sebelah adalah hal yang gue lakukan agar menghapus sisa air di wajah.

Disaat persimpangan lampu merah yang terletak antara kantor Polda dan kantor Gubernur, tiba tiba saja sebuah mobil melintas dengan begitu cepat dihadapan gue. Keadaan ini membuat gue kehilangan keseimbangan lalu...


Brakkk....









****

"Aryan, tolong dikejar. Itu anak kita diambil sama orang lain".

Gue berusaha mendorong tubuh Aryan agar segera berlari dan mengambil alih kembali anak kami yang berada dalam gendongan seseorang yang wajahnya tidak bisa untuk dilihat.

Bukannya dikejar, Aryan justru malah diam di tempatnya sambil menatap sosok yang semakin menjauh itu dengan tatapan yang sendu.

"lo kok bodoh banget sih ?! Kejar anak kita, dia diculik !".

Aryan sama sekali gak mengindahkan perkataan gue, lelaki itu masih tetap di posisi semula.

Dibanding harus mengharapkan tenaga lelaki itu, gue memilih untuk berlari dan mengejar anak gue yang berada didalam pelukan sosok itu.

Tiba tiba saja tangan gue digenggam oleh Aryan yang membuat gue langsung tersentak.

"Nizara !"

Perlahan lahan kelopak mata gue mulai terbuka, hal yang pertama kali gue lihat adalah sosok Aryan yang duduk di sebelah gue dengan balutan seragam hijau lorengnya yang masih lengkap.

Lelaki itu mengusap wajah gue yang sudah basah dari tadi oleh air mata yang terus meluncur.

Gue menatap ke arah perut yang kini tampak rata banget, gak seperti semula yang agak buncit. Perlahan lahan gue mendaratkan tangan disana dan merasakannya.

The Husband Chosen by DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang