Extra Part

14.3K 584 98
                                    

Aku baru saja terbangun dari tidur dan ku dapati bahwa mas Aryan tak lagi ada diatas kasur ini.

Perlahan lahan aku turun dari kasur dan berjalan keluar ke arah dapur. Kubuka sebungkus imukal dan mengkonsumsinya.

Saat aku memilih untuk duduk dihalaman belakang, saat itulah kulihat mas Aryan.

Lelaki itu sedang Push Up dan juga terlihat keringat sedikit membanjiri pelipisnya.

Aku segera berjalan ke arah mas Aryan dan mendudukkan diri di atas punggungnya. Lelaki itu sempat terkejut atas kehadiranku yang secara tiba tiba.

"kaget, kirain tadi ada sekarung uang jatuh dari langit"ujar mas Aryan sambil tetap melanjutkan olahraganya.

Menikmati imukal sambil duduk diatas orang yang tengah push up merupakan kesenangan bagiku.

"Arya sama Araya masih belum bangun ?"tanya mas Aryan.

"belum, mereka ngikutin kebiasaan kamu tuh. Susah bangun pagi".

"ya iyalah, kan aku ayahnya".

Selanjutnya hening, aku lebih memilih menghabiskan sisa imukal dan mas Aryan melanjutkan kegiatannya dengan aku yang masih tetap berada di posisi seperti tadi.

Tiba tiba saja aku mendengar suara larian. Aku yakin itu adalah Arya dan Araya yang sudah bangun.

Tahu akan posisi kami saat ini, kedua anak kembar itu berlari ke halaman belakang.

Terlihat kedua anak itu sedang berdiri di ambang pintu dengan Arya mengenakan piyama bewarna biru muda dan Araya bewarna merah muda, pemberian dari Nisa dan Dini dulu.

Tubuh gempal milik Arya dan Araya langsung melompat ke atas punggung Aryan dan membuat lelaki itu ambruk seketika.

Tawa kami langsung pecah, terutama saat kedua anak kami meminta ayahnya untuk melakukan push up kembali.

"lemah kamu mas, masa didudukin sama tiga orang aja langsung ambruk".

"kamu nantangin seorang perwira".

Mas Aryan yang dalam posisi tengkurap langsung saja bangkit melanjutkan push upnya dengan membawa beban tiga orang di punggungnya.

"push up satu tangan mas juga bisa".

Aryan langsung melakukan hal seperti yang dikatakannya. Menjadikan tangan kanan sebagai penopang dan tangan kiri ia sandarkan pada pinggang.

"jangan gini dong mas. Nanti kalo tangan kamu pegal, aku gak mau mijitin".

"mas bisa minta pijitin kok sama bu Irwan".

Mendengar hal itu aku langsung menjambak rambut mas Aryan dan membuatnya mengaduh.

"kok ayah di pukul ?"tanya Arya yang kebingungan.

"soalnya ayah kalian tuh nakal, ayo bantu bunda".

Arya langsung bangkit dari punggung mas Aryan dan membantuku untuk menyiksa lelaki itu. Sementara Araya juga bangkit dan langsung memeluk leher mas Aryan sambil menangis, dia tidak tega melihat ayahnya tengah di siksa.

"bunda kejam sama ayah ya nak, nanti bunda kita loakin aja ya"mas Aryan langsung bangkit dan menggendong Araya yang tengah menangis, berusaha untuk menenangkan anak perempuan itu.

Sementara Arya juga berlari ke arahku dan meminta di gendong. Aku langsung membawa Arya ke dapur untuk membuat susu mereka dan disusul dengan mas Aryan.

Setelah selesai membuatkan susu, kami langsung berjalan ke depan saat terdengar suara ketukan dari pintu.

Mas Aryan membuka pintu itu dan terlihat seorang lelaki tengah menyodorkan kertas ke arahnya.

The Husband Chosen by DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang