Tiga puluh lima

10.7K 613 148
                                    

Bertahan atau melepaskan ?

Semua hal didunia ini selalu diikuti sama pasangannya.

Hitam, putih.

Datang, pergi.

Gelap, terang.

Dingin, panas.

Dan juga bersama, melepaskan.

Gak selamanya hitam itu jelek, gak selamanya panas itu buruk, gak selamanya terang itu baik, tergantung dari sudut pandang mana yang kamu ambil.

Hubungan itu kaya lagi mengayuh sepeda, butuh dua kaki untuk mengayuh pedal itu. Ya, memang bukan mustahil bagi kamu ingin mengayuh sepeda pakai satu kaki, tapi mau sampai kapan? Suatu hari, posisi kaki yang mengayuh sendiri akan cedera.

Posisi kamu sama kayak bola yang lagi berada dihadapan seorang anak. Dia mungkin merhatiin bola itu. Awalnya, waktu ia baru mendapatkan bola itu, tapi lama kelamaan dia jadi bosan.

Tapi bola itu masih dipertahankan digenggamannya. Sesekali bola itu menggelinding karna merasa masih milik dia, ia menahan laju bola itu.

'punyaku'  katanya.

'jangan pergi' katanya.

Tapi pernahkah kamu lihat bola yang hanya dipegang tanpa dimainkan ?

suatu hari anak itu akan sadar bahwa bola itu gak berfungsi kayak bola semestinya. Dan dia mungkin juga sadar bahwa yang menarik perhatian bukanlah si bola, tapi pemain lain.

Menurut kamu gimana perasaan si bola? Terluka gak ?

Jadi kenapa gak cari pemain bola yang sesungguhnya? Yang membiarkan kamu menggelinding sesuka hati.

Karna bakal tahu pada akhirnya kamu bakal balik juga ke gawang dia, gawang yang penuh dengan rasa kecewa.

Setegar apapun diri mencoba untuk bertahan, namun ada hati yang selalu tertusuk oleh belati tak kasat mata.

Tidakkah merasa lelah? Bertahan tanpa niat mempertahankan. Jika tujuannya hanya untuk mempermainkan, maka jangan pernah mencoba untuk datang dengan keseriusan.

Jika mencintai terasa melelahkan, maka berhentilah. Karna cinta tak selalu tentang perjalanan.

Disana, Hakim itu mulai mengetukkan palu yang artinya kami sudah resmi bercerai. Ada rasa sesak di dada saat mendengar keputusan itu.

Aryan berjalan ke arah gue dengan wajah yang tampak lesu, mata lelaki itu terlihat sembab.

Ayah langsung menggenggam jari jemari Aryan dengan erat, seperti tak rela untuk melepaskan.

"istrimu adalah amanah, jika kamu tidak bisa membuatnya tersenyum maka jangan buat dia menangis. Jika kamu tidak bisa membuatnya bahagia maka jangan buat dia terluka. Jika kamu enggan memujinya maka jangan mencelanya. Istrimu adalah amanah yang juga memiliki hak atas dirimu. Hak dimuliakan, hak diselamatkan, dan hak untuk dibahagiakan. Semoga kamu selalu memegang teguh ucapan ayah agar tak salah dalam mengambil tindakan untuk istrimu kelak"ucap ayah dan membuat gue gak bisa menahan air mata.

Aryan langsung memeluk ayah dengan erat.

"kalian memang sudah resmi berpisah, tapi ikatan kita masih sama. Tetap panggil saya dengan sebutan ayah dan kamu akan tetap sebagai anakku, walaupun sekarang tidak ada ikatan yang sah diantara keluarga kita"

Gue langsung mengalihkan pandangan ke arah lain, menatap ke arah atap dan mencoba menahan air mata yang akan tumpah ini.

Sementara mama, papa, dan bunda, mereka memilih menangis sambil menyaksikan pemandangan antara ayah dan Aryan.

The Husband Chosen by DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang