Tiga puluh delapan

9.4K 507 61
                                    

"Hua... Bocor lagi !"gadis itu berteriak kesal ketika melihat ban motor yang dikendarainya.

"kayaknya gue kena karma deh gara gara bawa motornya Dini tanpa izin yang punya. Din, maafin gue ya"teriaknya kembali dan tentu saja mengundang perhatian dari sekelilingnya.

Aryan yang sejak tadi memperhatikan Nizara tengah mendorong motor sendirian, membuat lelaki itu kesusahan untuk menahan senyum.

"makanya kalo kemana mana izin dulu, Nizara bego".

"eh buat apaan sih pake izin, kan hal biasa minjemin barang temen tanpa izin".

Ia bukan bersenang hati akan musibah yang menimpa Nizara, melainkan ia justru gemas saat melihat gadis itu menyumpahi dirinya sendiri lalu kembali membela dirinya sendiri, seolah olah sedang terdapat dua jiwa didalam satu raga disana.

Aryan mengambil hp miliknya yang terletak didalam saku dan mulai menghubungi seseorang.

"assalamualaikum. Ada apa bang ?"

"waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, kamu masih di kampus kan ?"

"iya, emangnya ada apa ?"

"cepetan ke jalan Kartini, temen kamu lagi dorongin motor sendirian".

"temen aku mah banyak bang, tukang cilor di depan kampus juga temenku".

"temen cewek kamu yang paling barbar, suka ngebacot"

"oo... Nizara"

"makanya cepetan kesini. Posisinya lagi didepan rumah sakit Bhayangkara".

"siip, otw"

Setelah selesai mengucapkan salam, Aryan memutuskan sambungan teleponnya dan kembali menatap Nizara yang sedang berjongkok di pinggir aspal dengan mata yang menatap ke arah ban motor itu.

"dih, kayak gembel"cerca Aryan ketika ia berlalu dihadapan gadis itu.

Mendengar suara seseorang yang sangat menyebalkan baginya, Nizara sontak mengangkat kepala dan menatap nyalang ke arah Aryan.

"lo ngatain gue gembel? Atas dasar apa lo ngatain gue gembel? Emangnya pernah gue ngemis ngemis sama lo?!"

Emosi gadis itu menggebu gebu. Tidak perlu di cerca, melihat wajah Aryan saja sudah membuat Nizara menjadi marah.

Aryan hanya merotasikan matanya lalu menatap sinis ke arah Nizara, ekspresi andalan lelaki itu agar Nizara bertambah gemas kepadanya. Iya, gemas untuk ngejadiin daging lelaki itu sebagai adonan bakso.

Lelaki itu mengalihkan tatapannya ke arah ban motor itu.

"ooo... Lagi kena musibah, makanya kalo jadi manusia tuh jangan suka buat onar. Mena karma kan jadinya".

"yang suka buat onar siapa?! lo atau gue?!".

Jika saja di sekitar sana terdapat batu besar, maka dipastikan bahwa batu itu akan menghantam kepala milik Aryan.

Nizara menunjuk nunjukkan jarinya ke arah wajah Aryan. Ketika gadis itu makin mendekat ke arah Aryan, tinggi badan mereka yang sangat jauh sekali jaraknya makin terlihat.

"pendek! trus kayak gembel"ujar lelaki itu santai dan berlalu meninggalkan Nizara.

"woi kacang ijo kampret, bedebah lo! Gue sumpahin ntar bini lo badannya macam kurcaci, wajahnya kayak monyet, sifatnya blangsak trus barbar. Mampus lo !"

Bukannya marah, Aryan justru tersenyum ketika mendapat sumpah serapah dari bibir gadis itu.

Ketika Aryan benar benar sudah hilang dari pandangan Nizara, selanjutnya Wira datang menghampiri gadis itu.

The Husband Chosen by DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang