- Adipati Bara Ragana -

25.8K 332 10
                                    

Siapa yang tidak tahu dengan permainan Truth Or Dare, yaitu merupakan salah satu game populer yang tidak hanya dimainkan oleh anak-anak, tapi juga remaja hingga dewasa. Permainan ini dimainkan minimal dua orang dan diharuskan memilih, antara menjawab pertanyaan dengan jujur (Truth) atau melakukan tantangan yang diminta oleh peserta lainnya (Dare).

Seperti yang sedang dilakukan oleh 3 siswa dan 1 siswi di area kantin sekolah di saat jam kosong.

"Truth Or Dare?" tanya Jerry saat ujung pulpen itu mengarah ke arah Henna.

"Truth," jawab Henna cepat.

Henna yang notabennya perempuan sendiri di Geng itu, tentu saja tidak akan memilih dare karena tantangan yang akan dilimpahkan kepadanya pasti lebih dari batas kemampuannya.

"Bener?" tanya Dennis memastikan.

Henna mengangguk.
"Gue yakin seratus persen. Kalau gue milih dare, pasti kalian bakal ngasih tantangan kejam ke gue."

"Tau aja lo." Dennis menggaruk kepalanya.

"Oke, jawab jujur ya. Lo kalau tidur pakai BH gak?" tanya Jerry membuat Henna langsung melempar tisu ke wajah lelaki itu.

"Anjir! Kampret banget pertanyaan lo, Jer!" ketus Henna.

Henna tahu kalau Jerry itu punya otak mesum, tapi Henna tidak tahu jika pertanyaan itu bakal meluncur dari mulut Jerry. Tahu begitu, Henna bakal memilih dare saja tadi.

"Salah siapa pilih truth," ujar Jerry cuek.

"Jawab, Hen." Dennis terkekeh pelan. Sejujurnya Dennis juga penasaran.

Henna menghembuskan napas pelan. Menyebalkan memang jika punya sahabat dengan otak mesum, apalagi ia tidak punya teman wanita yang bisa diajak menyerang balik.

"Oke gue jawab," Henna terdiam sejenak. "Gue kalau tidur, gak pernah pakai BH, puas lo pada."

Dennis dan Jerry saling tos, akhirnya rasa penasaran mereka terjawab sudah.

"Gue nggak pakai BH saat tidur karena baik untuk kesehatan, bisa terhindar dari kanker payudara. Paham!"

Ketiga teman lelaki Henna hanya mengangguk, baru mengerti.

"Sekarang gue yang puter pulpennya ya," Henna memutarkan pulpennya lalu berhenti di Dennis.

"Oke sekarang gantian, lo pilih Truth Or Dare?" tanya Henna.

"Truth," ujar Dennis.

"Ah ga seru, masa semua pilih truth sih," ucap Bara yang sedari tadi hanya diam.

"Suka-suka gue dong, Bar." Dennis membela diri.

Adipati Bara Ragana, lelaki tampan idola gadis-gadis di sekolah, mulai jengah dengan permainan menyebalkan ini. Padahal Bara ingin sekali memberikan tantangan sulit pada ketiga sahabatnya.

"Apa pertanyaanya, Hen?" tanya Dennis.

"Sebenarnya gue gak punya pertanyaan apa-apa ke lo. Tapi kalau lo mau jujur hal apapun ke gue, silakan."

Dennis menatap manik mata Henna, tentu saja hal itu sontak membuat Henna gugup. Apalagi Henna yang sudah menyukai Dennis dari kelas sepuluh sampai sekarang kelas dua belas.

"Gue mau jujur satu hal ke lo, Hen. Tapi setelah gue jujur, please jangan jauhin gue dan jangan rusak persahabatan kita, ya."

Henna mengangguk.

"Gue mau jujur, kalau sebenernya ... gue ...."

Henna menelan salivanya susah payah.
Bilang kalau lo suka sama gue, Nis. Batin Henna.

"Sebenarnya gue tau kalau hari ini BH lo warnanya item," ucap Dennis jujur.

"Kampret! Sahabat sialan!" Henna memukuli Dennis tanpa ampun.

"Ampun, Hen. Ampun."

Henna menghentikan pukulannya pada Dennis saat manik tajam Bara mengarah padanya. Dennis lalu memutar pulpen dan ujungnya tepat pada tubuh Bara.

"Truth or dare?"

"Dare," jawab Bara to the point.

Dennis tersenyum.
"Tembak cewek kelas sebelas IPA 1 yang namanya Salju Elvaretta."

"Salju? Bukannya udah banyak cowok yang ditolak?" tanya Henna.

"Oke." Bara beranjak dari tempat duduknya menuju ke kelas IPA 1 di mana gadis bernama Salju itu berada.

Jujur saja, Bara belum tau wajah Salju itu seperti apa. Awas saja kalau jelek, Dennis siap-siap kena bogem mentah dari Bara.

Braakk!

Bara menggebrak meja, seluruh siswa-siswi kelas sebelas IPA 1 langsung menganga, tidak percaya jika kakak kelas idola mereka datang.

"Mana yang namanya Salju Elvaretta?"

***

Bara & SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang