Bagian 6

12.3K 325 87
                                    

"Salju ...." Panggilan dari Bara itu langsung membuat Salju menoleh.

Bara mengulurukan tangannya meminta digandeng, namun dengan cepat Salju menggeleng, Bara terus mengulurkan tangan kanan tapi Salju malah berjalan meninggalkannya.

Ngapain gandengan? Emang mau nyebrang? Begitulah kira-kira batin Salju.

"Salju ...." Kembali Bara memanggil kekasihnya itu dengan penuh kelembutan.

Salju menghentikkan langkahnya menghembuskan napas lelah baru menatap Bara yang sedang cemberut. Salju tidak mengerti kenapa Bara si Joki Motor dan doyan balapan itu jadi seperti ini di depannya.

Alis kanan Salju terangkat dan tangannya terlipat di depan dada seolah mengatakan, ada apa lagi?

Bara mendekati Salju lalu menyatukan jari telunjuk kanan dan kirinya tanpa menatap Salju.

Ada apa lagi dengan anak ini, Tuhan.

"Gue ulang tahun hari ini, lo nggak mau ngucapin happy birthday ke gue, gitu?"

Salju memicingkan matanya.
Mana gue tau kalau lo ulang tahun.

"Ayo ucapin," paksa Bara sambil mengguncangkan lengan Salju.

"Iya, happy birthday ya, Bar."

Bara menatap Salju tidak suka.
"Udah, cuma gitu doang?"

Terus? Gue harus jungkir balik sambil teriak-teriak gitu di depan lo? Batin Salju terus saja berbicara.

"Gue mau hadiah."

Sekarang Salju ingin sekali mengumpati Bara dengan bahasa terkasar yang ada di dunia ini. Salju setiap hari pontang-panting kerja dari pulang sekolah sampai jam tiga pagi hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lalu sekarang, Bara yang baru sehari jadi pacarnya dengan mudahnya meminta hadiah?

"Emang lo minta hadiah apa?"

"Mobil sport," jawab Bara enteng.

"Sorry, gue nggak bisa kasih lo mobil."

"Iya gue tau, lo 'kan miskin," ucap Bara tanpa dosa.

Salju menarik napas dalam-dalam agar tidak memukul Bara saat ini.

"Terus lo mau hadiah apa dari gue?"

Bara tampak berpikir sejenak.
"Nanti deh gue pikirin. Intinya nanti istirahat lo ke kantin ya, gue tunggu. Beneran datang loh, awas kalau lo nggak dateng, gue bakal cium bibir lo di hadapan semua orang."

Baru saja Salju akan protes, namun Bara sudah terlebih dahulu melambaikan tangan meninggalkan Salju.

Menyebalkan.

***

Seperti yang diharapkan oleh Bara, saat ini Salju sedang duduk bersama Bara dan kedua teman laki-lakinya yang Salju tahu bernama Jerry dan Dennis. Salju memilih main aman dengan pergi ke kantin daripada harus dicium di depan umum.

"Lo mau?" tanya Henna  menawarkan semangkuk bakso kepada Salju kemudian duduk di depan Bara.

Salju menggeleng.
"Gue nggak suka bakso," jawab Salju jujur sambil mengipas-ngipaskan wajahnya dengan buku yang dia bawa dari perpustakaan.

"Rugi banget orang yang nggak doyan bakso," ujar Henna sembari meracik baksonya dengan sambal.

"Lo beneran nggak suka? Kalau lo mau lo pesan aja, biar gue yang bayar." Bara ikut mengipas-ngipaskan wajah Salju dengan tangannya.

Kantin hari ini memang penuh, karena Bara dengan kesultanannya mentraktir seluruh siswa Bakti Jaya di kantin untuk merayakan ulang tahunnya, tentu saja membuat banyak siswa yang datang.

"Gue beneran nggak suka. Kalau gue suka pasti gue pesan dari tadi."

Bella membawa semangkuk mie ayam di tangan kanan dan semangkuk soto di tangan kiri. Bagi Bella, rejeki nggak boleh ditolak.

"Bell, anterin gue ke toilet dulu, yuk!" ajak Salju.

Bella menatap sebal ke arah Salju.
"Gue baru mau makan, Sal."

"Mau gue antar?" Jerry mengangkat kedua alisnya, menggoda Salju.

"Mau gue bogem?" Bara melototkan matanya, "anterin Salju sebentar, Bell. Nanti gue kasih bonus buat lo."

Bella segera berdiri dari tempat duduknya menggandeng lengan Salju.
"Ayo ke toilet."

***

Bella dan Salju menghentikan langkahnya ketika Bagas berdiri di depan mereka. Bella menggandeng tangan Salju erat, ia takut jadi korban Bagas selanjutnya.

"Lo pacarnya Bara?" tanya Bagas sambil memperhatikan Salju dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"I ... iya, Kak," jawab Salju gugup.

"Cantik."

Bagas langsung menyeret Salju ke dalam toilet, tidak peduli jika Salju terus menjerit. Sedangkan Bella langsung berlari kencang meninggalkan Salju yang sudah ditarik oleh Bagas.

Bagas menutup pintu toilet lalu menguncinya.
"Lo mau jadi pacar gue?"

"Enggak!"

"Gue janji nggak bakal lakuin apapun ke lo, kalau lo jadian sama gue."

Salju menggeleng. Bagas sangat menakutkan, hidup Salju bisa semakin buruk jika bersama Bagas.

"Oke kalau itu mau lo."

Dengan cepat Bagas membuka ikat pinggang dan menurunkan celananya. Salju yang melihat itu langsung menutup matanya rapat-rapat.

Salju semakin meronta-ronta ketika Bagas mengangkat rok abu-abu miliknya.

Brakkk!

Pintu toilet terbuka.

"Bangsat!" teriak Bara murka.

***

Hai readers.
Btw hari ini aku ultAh juga loh seperti Bara.
Ada yg mau ucapin?

😅😅😅

Bara & SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang