Bagian 1

21.7K 287 23
                                    

Bara menghela napas berulang kali sembari menatap pintu kantin, sudah hampir lima belas menit Bara menunggu Salju datang, tapi sampai detik ini pacar barunya itu belum sampai juga. Meskipun Bara menjadikan Salju pacar karena terpaksa, tapi tetap saja Bara harus memperlakukan Salju dengan baik.

"Gue yakin, Salju nggak bakal dateng," ujar Henna sambil membawa satu mangkok bakso penuh di tangan kanan dan segelas teh manis di tangan kiri.

Bara memandang Henna yang kini duduk di hadapannya mulai meracik baksonya dengan menambahkan tiga sendok sambal dan sedikit kecap manis lalu mengaduk-aduknya dengan sendok dan garpu agar rata.

"Gimana lo yakin kalau Salju nggak bakal ke sini?" tanya Bara.

Henna menyeruput kuah baksonya sedikit, kembali menuangkan beberapa sendok sambal lagi dan mengaduknya.
"Karena Salju nggak pernah ke kantin sebelumnya. Pasti dia ngerasa risih," ucapnya sembari mencoba kembali kuah baksonya, lalu mengangguk ketika rasanya sudah pas.

"Sejauh apa lo kenal sama Salju?"

"Salju dulu temen sekelas gue pas kelas sepuluh, Bang. Dia anaknya pendiem banget, nggak suka kumpul-kumpul, dia lebih suka menyendiri sambil baca buku, atau dengerin musik pakai earphone. Salju bukan cewek yang bisa dimainin sama lo seenaknya, Bang." Henna menyuapkan bakso paling kecil ke dalam mulut.

"Terus apalagi yang lo tahu tentang Salju? Tempat tinggal dia di mana?"

"Sebegitu penasarannya sama Salju, Bang?"

Bara meneguk minuman kalengnya sampai habis.
"Salju sekarang pacar gue, jadi gue berhak dong penasaran sama dia."

Henna mengendikkan bahu.
"Gue nggak begitu akrab sama Salju, Bang. Dia benar-benar tipe penyendiri. Kalau lo penasaran, mending tanya aja sama Bella. Teman sebangku dia dari kelas sepuluh. Malah yang gue tau, Bella sama Salju rumahnya satu kompleks."

"Dennis sama Jerry mana? Belum nongol juga mereka?"

"Biasa, lagi modusin adik kelas. Kayak nggak tau mereka aja." Henna mengipas-ngipaskan wajahnya dengan telapak tangan, menahan pedas.

"Nggak cemburu?"

"Kenapa gue mesti cemburu?" tanya Henna tanpa mengalihkan perhatiannya pada semangkok bakso.

"Lo suka sama Dennis tapi nggak pernah lo ungkapin ke Dennis, kenapa?"

"Gue nggak suka sama Dennis, sok tau lo, Bang!"

"Gue emang tau."

Bara beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Henna sendiri di sana.

"Bang! Kok gue ditinggal!" teriak Henna.

"Pesan aja apa yang lo mau, nanti gue yang bayar," ucap Bara.

Henna tersenyum dengan wajah berbinar, ia kembali menuju ke kedai bakso. Henna benar-benar jatuh cinta dengan bakso.

***

Bara mendengkus ketika jalannya harus dihentikan oleh musuh bebuyutannya, Aditya Bagaskara Regana. Sejak kelas sepuluh Bagas dan Bara memang tidak pernah akur, padahal mereka masih satu keturunan yang sama.

"Minggir!" bentak Bara.

Bagas tersenyum miring.
"Nanti, jam 11 malam. Di tempat biasa."

"Gue nggak bakal ke sana."

Bagas menoleh ke arah Bara.
"Oke, gue bakal nyeret Henna ke toilet, dan gue pakai di sana. Lagipula gue tau kalau Henna masih perawan."

"Bangsat!" Bara memukul wajah Bagas.

"Berhenti lakuin itu di sekolah gue, Gas! Lo bisa cari jalang di luar sekolah!"

Bagas tersenyum, mengusap darah dari sudut bibirnya.
"Kalau nanti malam lo menang, gue nggak bakal lagi makai cewek di sekolah. Tapi kalau gue yang menang, gue bebas lakuin apapun di sekolah ini. Dan lo nggak ada hak larang gue!"

Bara memandang siswi yang seolah memohon padanya dengan penuh harap.Karena Bagas tidak pernah main-main dengan ucapannya. Beberapa siswi memang sudah pernah dipakai oleh Bagas. Ada yang depresi sampai bunuh diri, ada juga yang melakukannya dengan suka rela.

Jika Bara menolak pasti dia akan dianggap pengecut. Dan Bagas akan merasa bebas di sekolahnya.

"Deal."

***

Jangan lupa vote dan komentar.

Bara & SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang