Bagian 2

17.1K 331 46
                                    

"Salju, bukannya lo disuruh ke kantin belakang sama Ka Bara," tanya Bella.

Salju hanya mengangguk sambil terus mencatat materi di bukunya. Bagi Salju, tidak ada yang lebih penting dari pelajaran di sekolah. Salju tidak mau nilainya anjlog hanya karena Bara, jika prestasinya turun akan berdampak pada beasiswa.

"Terus kenapa lo masih di sini?" tanya Bella lagi.

Salju menatap jam pada pergelangan tangannya, lima menit lagi jam istirahat berakhir.

"Waktunya nggak cukup," jawab Salju.

"Masih ada waktu sekitar lima menit, masih keburu kok."

Salju menggeleng.
"Jarak kelas dan kantin adalah 200 meter dan kecepatan gue berjalan sekitar 2 detik per-meter, jadi waktu yang perlu di tempuh sama gue 1 menit 40 detik. Bolak balik dari kantin ke kelas 3 menit 20 detik. Itu belum termasuk beli makanan sama ngobrol. Waktunya nggak cukup."

Luar biasa, bahkan Bella sampai takjub dengan pola pikir Salju yang sudah berjalan sepuluh langkah di depannya. Bella tidak menduga jika Salju akan menghitung jarak seperti itu.

"Iya deh, Mbak Salju. Pemenang Olimpiade Fisika tahun lalu. Gue yang cuma remahan roti, bisa apa?"

Salju mengambil earphone dari tas lalu memasang ke telinga mendengarkan lagu kesukaannya. Salju kembali membaca buku Sejarah yang baru ia pinjam di perpustakaan kemarin, dan besok sudah harus ia kembalikan.

Banyak orang yang tidak menyukai pelajaran Sejarah. Berbeda dengan Salju yang entah kenapa sangat tertarik dengan Sejarah, bukan karena gurunya yang keren dan tampan tapi karena bagi Salju setiap orang pun memiliki Sejarah unik dalam hidupnya.

Salju tersentak ketika tiba-tiba ada tangan jahil yang mencabut earphone dari telinganya. Hampir saja Salju memukul dengan buku tapi begitu tahu jika itu Bara, Salju menghentikannya.

"Baru berapa jam pacaran udah mau lakuin kekerasan aja," ujar Bara mengambil buku Sejarah dari tangan Salju.

Salju menyisir rambutnya dengan jari tangan, lalu mengikatnya asal. Bara bahkan tidak berkedip melihat Salju yang tampak sangat seksi di matanya.

"Ada apa ke sini?"

"Nemuin pacar masa nggak boleh, lagian gue nyuruh lo ke kantin, tapi lo nggak dateng, kenapa? Pasti pengin gue jemput, kan? Untung gue peka." Bara meletakkan buku Sejarah di meja.

"Maaf, tadi nggak sempet. Soalnya gue jadi sekertaris kelas, setelah selesai nulis di papan tulis gue juga harus nulis di buku."

Bara mengangguk mengerti.
"Lo belum makan?"

Salju mengambil botol minumya lalu meneguknya pelan.
"Udah kok, gue tadi bawa roti dari rumah."

Entah kenapa segala hal yang dikatakan oleh Salju membuat Bara tersenyum sendiri. Padahal Bara baru beberapa jam mengenal Salju. Bagi Bara, Salju sangat spesial.

Bella yang mulai merasa jadi nyamuk, akhirnya pamit ke toilet dan hanya dapat anggukan dari Salju.

Bara menyerahkan ponselnya ke Salju membuat gadis itu mengernyit bingung.
"Gue udah punya handphone sendiri," ucapnya.

Bara terkekeh sendiri.
"Maksudnya gue minta nomer lo, biar gue gampang hubungi lo."

Salju lalu mengetikkan nomer ponselnya dan menyerahkan kembali ke Bara.

"Nama Instagram lo apa?"

Salju menggeleng.
"Gue nggak punya."

Bara mengerutkan keningnya sendiri, mana mungkin di jaman yang sudah sangat canggih seperti ini masih ada gadis tidak memiliki instagram? Bahkan adik Bara saja masih kelas 3 SD sudah memliki aplikasi itu. Tapi bagaimanapun Bara tidak mau membuat Salju risih.

"Pulang sekolah kita jalan-jalan dulu, ya?"

"Gue nggak bisa, gue harus kerja sepulang sekolah."

Kerja? Pulang sekolah? Bara rasanya perlu tau lebih banyak tentang Salju. Ya, Salju membuatnya penasaran.

"Gue antar."

***

vote yuk.
jgn lupa koment

Bara & SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang