Langit siang itu berpendar pucat, seolah turut memendam amarah yang tidak terucap. Hembusan angin membawa aroma dedaunan basah, dan di kejauhan, riuh canda tawa murid-murid di kantin nyaris tidak terdengar di telinga Yerin. Denting sendok yang sempat ia genggam kini menggantung di udara, terhenti ketika bisikan itu menyeruak masuk, merayap ke dalam benaknya.
"Aku dengar Jungkook sedang menghajar Taehyung lagi di lapangan basket," ucap seorang siswi kepada temannya, bisikannya menyerupai kabar burung, namun menggigit, menusuk relung kesadarannya.
"Baru tadi dia melakukannya, kan? Bukankah Jimin sempat mencoba melerai?" balas yang lain, setengah heran, seolah kekerasan telah menjadi hal yang wajar di bawah sinar matahari sekolah mereka.
Ucapan itu menghantam jiwa Yerin seperti lonceng kematian yang berdentang di malam buta. Tangan yang semula hendak menyuap nasi kini terkulai, kehilangan kekuatan. detak jantungnya berdebar, tidak memberi ruang pada logika. Makan siang yang belum usai dilupakan begitu saja, hanya satu bayangan yang kini menuntun langkahnya: wajah pucat Taehyung, serta bayangan buram V yang mengintai dari sudut-sudut kelam kesadarannya.
"Ya Tuhan, semoga dia tidak muncul sekarang..." bisiknya dalam hati, perasaan ngeri berbaur dengan doa putus asa. Langkah kakinya semakin cepat, hampir terbang di antara jejeran murid-murid yang sibuk dengan urusan mereka. Seolah alam pun menentangnya, setiap inci langkah terasa seperti seabad. Jarak kantin menuju lapangan basket yang tidak lebih dari sekian puluh meter itu kini berubah menjadi padang waktu yang membentang tanpa ujung. Keringat merembes di pelipisnya, dingin, menggigil. Namun, Yerin tidak peduli. Hanya ada satu hal di benaknya—ia harus menghentikan ini sebelum terlambat. Sebelum sesuatu yang jauh lebih buruk terjadi.
Ketika akhirnya ia tiba, pemandangan yang tersaji di depannya membuat hatinya luruh. Kerumunan murid-murid yang mengelilingi lapangan tampak penuh semangat, seperti kawanan serigala yang terangsang oleh aroma darah. Mereka hanya menonton, berbisik-bisik, tertawa lirih di antara hiruk-pikuk perkelahian. Mengapa mereka hanya menonton? Mengapa tidak ada yang berusaha menghentikan? Sebuah pertanyaan yang mengendap dalam dadanya, membakar amarah yang selama ini terpendam.
Dengan tekad yang menggelegak, Yerin menerobos kerumunan itu, mengabaikan bisik-bisik yang memanggil namanya. Mereka tahu—semua murid tahu—hanya Yerin yang bisa berdiri di antara dua sosok ini dan meredakan badai yang sedang berkecamuk.
Namun ketika ia mencapai bagian depan, nafasnya tercekat.
Di tengah lapangan, di bawah tatapan tajam Jungkook, Taehyung terkulai. Jungkook mencengkram kerah seragam Taehyung dengan brutal, seolah seluruh kemarahan dunia tercurah pada sosok lemah di tangannya. Mata Jungkook penuh kebencian yang tidak bisa lagi ditampung dalam diri manusia.
"Sialan, Jeon Jungkook! Kenapa kamu selalu mengganggu Taehyung, hah?!" teriakan itu menggema dalam kepalanya, namun lidahnya kelu. Hatinya mencelos ketika melihat kondisi Taehyung—walau bayangan menakutkan V tidak muncul, Taehyung yang kini tergeletak dalam cengkeraman itu cukup untuk menghancurkan hati Yerin.
Darah mengalir dari sudut bibir Taehyung, merah segar kontras dengan senyumnya yang justru semakin mengiris hati. Ada air mata yang berlinang di pipi Taehyung, seolah kedua cairan itu—darah dan air mata—beradu dalam perang sunyi di wajahnya. Yerin tidak mampu menahan perasaan sesak yang menghantam dadanya. Rasanya seluruh oksigen di sekitarnya tersedot habis, menyisakan kehampaan yang mengikat paru-parunya.
"Bodoh... kenapa kamu tersenyum di saat seperti ini?" suara hati Yerin berteriak dalam diam. "Apa sesakit itu hingga senyum menjadi satu-satunya perlawananmu?!" Tubuhnya bergetar. Langkahnya semakin berat, seolah dunia menuntutnya berhenti, namun ia tahu—ia tidak bisa menyerah sekarang. Tidak di saat seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows of Reflection
FanfictionTaehyung dikenal sebagai sosok yang memiliki kepribadian baik, selalu siap membantu dan memberikan senyuman kepada orang-orang di sekitarnya. Namun, di balik kepribadiannya yang ramah, tersembunyi sebuah rahasia kelam: ia memiliki kepribadian ganda...