Friend with Benefit 🔞

7.6K 321 55
                                    

"Aku pulang."

Suara berat mengganggu Soobin yang tengah melamun, ia menoleh kebelakang dan menemukan seseorang yang tersenyum padanya. Itu Yeonjun, teman satu kamarnya. Yeonjun mendaratkan bokongnya diatas sofa empuk, tepatnya disamping Soobin yang kembali melamun.

"Hey," ucap Yeonjun yang lalu mendaratkan satu colekan di pipi Soobin.

"Kau tidak mau mengucapkan selamat datang padaku?" Yeonjun merangkul pundak lebar itu, membawanya mendekat padanya.

Soobin tersenyum, "Selamat datang, hyung." Dengan reflek Soobin mendongak lalu mengecup kilat bibir hyungnya.

Sang kakak membalas mengecup pelipis Soobin dalam, menikmati lembutnya wangi sang adik yang memabukkan. Yeonjun selalu menyukai semua yang ada pada Soobin, semuanya terasa memabukkan. Begitu pula Soobin, ia terlalu menyukai Yeonjun.

"Hyung lapar?" tanya Soobin saat kecupan itu dilepas.

"Aku lapar, sangat." ia memasang ekspresi memelas dengan tangan mengelus perut ratanya, membuat Soobin terkekeh geli.

"Aku buatkan makan malam, hyung tunggu disini." Soobin hendak beranjak, namun tangan besar itu menghalanginya dan menyuruhnya kembali duduk. Tidak di sofa, namun di pangkuannya.

"Aku mau ke dapur, hyung. Lepas." ia berusaha menyingkirkan tangan Yeonjun yang melingkar erat di pinggangnya, namun apa daya, Yeonjun jauh lebih kuat ketimbang dirinya.
(Anggap aja begitu)

"Tidak mau makan," rengek Yeonjun yang kini menenggelamkan wajahnya di leher Soobin, mengendus disana dan membuat Soobin kegelian. Sesekali mendaratkan kecupan ringan di setiap sisi kulit itu.

"Hyung harus makan, nanti sakit." jemari panjang Soobin menyelinap diantara helaian sehalus sutra milik hyungnya, mendorongnya untuk semakin mendekat. Sedangkan tangan Yeonjun sendiri sudah masuk kedalam kemeja longgar yang Soobin kenakan; Yeonjun hapal itu adalah kemeja miliknya. Mengelus kulit punggung Soobin , mengirimnya sengatan menyenangkan saat kulit sensitifnya disentuh.

"Aku sedang makan sekarang." Soobin tertawa, ia tahu maksudnya.

"Arra, makanlah."

Mendengarnya Yeonjun semakin gencar. Mengganti kecupan ringan di leher Soobin dengan beberapa hisapan dan gigitan, meninggalkan jejak merah yang kentara yang juga mendatangkan desahan halus dari pemuda Choi itu. Kedua tangannya kini sibuk membuka satu persatu kancing kemeja yang dikenakan Soobin hingga kain itu jatuh pada bagian bahunya, membiarkan bahu lebar itu terbuka begitu saja.

Kecupannya turun mengikuti garis lehernya dan berhenti tepat di bahu kirinya. Kembali meninggalkan tanda yang membuat Soobin meloloskan desahan, Yeonjun mengklaim Soobin sebagai miliknya.

Puas dengan bahunya, ia naik dan bertemu dengan bibir Soobin yang terbuka. Dengan pasti bibir mereka menyatu, seakan keraguan dalam hati Soobin menguap di udara. Ciuman itu terasa tulus, Soobin terlena. Bahkan ia masih bisa merasakan bibir Yeonjun saat mereka melepas pangutannya. Nafas panas Yeonjun menerpa wajahnya, membuatnya lebih gila melihat yang lebih tua begitu panas.

Tak perlu waktu lama bagi Yeonjun untuk mengukung tubuh indah itu di bawahnya, menanggalkan setiap kain yang melekat di tubuh mereka dan menjadikannya polos.

Mereka saling berpangutan kembali, merasakan aliran manis setiap kali Yeonjun melumat bibir bawah Soobin lembut. Dan kedua tangannya bekerja dibawah, membawa kedua kaki jenjang itu untuk memeluk pinggangnya.

Soobin mengerang tertahan saat merasakan sesuatu dalan tubuhnya, mendesah keras sampai menggigit bibir Yeonjun saat benda itu masuk semakin dalam, mengoyak tubuh dan pertahanannya. Ia masih butuh waktu untuk beradaptasi dan Yeonjun mengerti akan hal itu. Wajah mereka berjauhan walau hanya beberapa senti, Yeonjun menatap sang adik dengan tatapan memuja. Bagaimana bisa dirinya tampak begitu cantik saat meringis kesakitan begitu Tubuh Soobin menggeliat tak nyaman, "B-bergerak, hyung."

Yeonbin StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang