Pasta gigi, sabun cair, botol shampoo, sampai alat cukur Yeonjun berserakan di lantai kamar mandi berubin biru. Kabinet terbuka acak-acakan apalagi si pelaku kerusuhan pagi yang sedang bengong horor. Menatapi benda mirip termometer dengan kelewat gemetar.
Dua. Garis. Merah. Tebal.
Kalau dia itu wanita, mungkin Choi Soobin sudah lari kocar-kacir ke kamar, mengecek kalender dan stok pembalut bulanan, tapi sayangnya dia bukan. Dari lahir sampai mengerti akan dosa, Soobin yakin dia itu laki-laki. Anak sekolah dasarpun juga sudah diajari baik-baik kalau yang punya rahim dan mengemban tugas mulia atas populasi bumi itu wanita, yang punya vagina bukan penis.
Bicara tentang kehamilan...
Ini bagian dari kebodohan Soobin yang mendengarkan ocehan Beomgyu kemarin sore. Dokter manis sahabatnya sedang badmood parah, mungkin kerasukan setan PMS. Bawaan ingin melempar barang, memaki tukang sapu jalan, sampai menyunat ulang sang suami. Diserapahi Beomgyu semulus luncuran rel kereta api.
Soobin kalem, bertanya lembut-lembut. Tapi Beomgyu meledak, menyebut suaminya-Choi Yeonjun, bedebah maniak fiksi. Telinganya sampai merah saat bertanya Yeonjun punya koleksi fiksi berapa banyak soal alpha, omega, dan beta, atau film Sci-Fi gila macam apa yang terakhir ditontonnya akhir pekan. Soobin diam.. bukan karena takut gigitan Beomgyu, tapi dia bingung.
Apa sebenarnya yang sedang Beomgyu bicarakan?
Sampai jerit-jerit marah Beomgyu tentang celoteh 'mana bisa laki-laki hamil?!' nya menggugah Soobin penasaran sampai mampir beli testpack ke apotek.
Memangnya arti dua garis kalau bukan 'itu' bisa apa lagi?!
"Soobin!"
Gedoran membahana dari pintu kamar mandi membuat Soobin terkesiap. Jantungnya serasa mau melompat dari tempat. Belum selesai dengan keterkejutannya akan testpack suara sang suami ikut-ikutan mempercepat resiko mati muda.
"S-Sebentar hyung!"
Kalau dipikir,
Sebenarnya Soobin tidak keberatan punya anak dari Yeonjun. Mereka sudah menikah, resmi di mata hukum dan negara. tidak harus takut kena marah orang tua karena praktik seks bebas lalu kebobolan hamil. Soobin juga tidak keberatan jika nanti tawa riang Yeonbin mini riuh memenuhi rumah. Meski setelah ini Soobin akan kena gosip saat belanja, memakai dress hamil, atau di ejek makin bulat. Tidak apa-apa.. Atas nama cinta, apa yang perlu Soobin takuti?
"Apa yang sedang kau lakukan didalam sana Soobin?!"
Di lain sisi, Choi Yeonjun menghentak-hentakan kaki ke pintu tidak sabaran. Haduknya sudah siap sedia menyangkut di leher dengan pemandangan wajah seram, setengah karena belum bercukur dan setengah lagi karena sudah habis sabar menunggu.
Pagi ini ada rapat penting di kantor, sebagai atasan teladan dan pencari nafkah keluarga. Yeonjun benar-benar tidak boleh terlambat. Tapi Soobin masih betah dikamar mandi seolah dia ini suami pengangguran.
Kalau sampai kerja samanya batal lalu perusahaan bangkrut, yang susahkan Soobin juga. Mereka bisa jadi harus bating stir dari seoul, pindah ke kaki gunung, hidup sebagai petani ladang, dan makan ubi tiap hari. Memangnya Soobin mau?
Yang benar saja!
Pintu kamar mandi akhirnya terbuka. Tampak Soobin yang matanya sedang berkaca-kaca, antara haru dan senang. Hidungnya memerah sudah siap menangis, jika saja Yeonjun tidak mengangkat alis tinggi-tinggi.
"Hy-hyung.."
"Kenapa wajah habis mandimu begitu?"
Soobin sudah ingin menjelaskan, tapi sayangnya Yeonjun yang sedang diburu waktu cuma bisa menarik Soobin dari pintu dan melesat ke kamar mandi secepat cahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yeonbin Stories
CasualeKumpulan cerita dengan pairing Yeonbin . . . . Yaoi BxB Romance Comedy Fantasy Mpreg Angst