Short Message

1.8K 185 36
                                    

Malam itu Soobin pulang dengan suasana hati yang begitu buruk. Ia melempar tasnya secara asal begitu memasuki kamar. Tubuhnya langsung dibanting hingga berbaring di atas ranjang. Sialan, rutuknya dalam hati. Salah satu tangannya bergerak untuk memijit kepalanya yang terasa begitu pening.

"Tubuhku rasanya benar-benar remuk…" gumamnya, "Seperti tak memiliki tulang lagi, Ya Tuhan…"

Lima tahun menetap di Seoul, baru kali ini Soobin merasakan beratnya hidup di dunia yang kejam ini, apalagi di Kota yang bukan Kota asalnya. Biasanya Soobin akan menerima kiriman uang tiap bulan dari orangtuanya di Ilsan sana. Tapi semenjak dua bulan lalu, orangtuanya membatasi kiriman uang pada Soobin dan meminta anak lelaki mereka untuk mencari pekerjaan sendiri guna menambah simpanan uangnya.

Dan beginilah Soobin sekarang setelah mendapat pekerjaan sebagai seorang editor di sebuah perusahaan percetakan.

Kuliah pagi dan dilanjut oleh bekerja hingga petang. Itu pun kalau tidak lembur, dan sayangnya Soobin lebih sering mendapat lembur daripada jam bekerja biasa. Pulang ketika langit sudah gelap, lupa makan dan kekurangan istirahat lalu dikejar jatuh tempo tugas kuliah adalah keseharian Soobin beberapa hari belakangan ini.

Ternyata dunia ini benar-benar berat untuk dijalani.

"Semuanya semakin buruk. Benar-benar buruk…"

Mata Soobin menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan menerawang. Jika saja… jika saja Yeonjun ada di sini…

Kemudian kepalanya menggeleng, "Untuk apa kau memikirkan orang sialan itu, huh? Dia saja sudah tidak mau peduli lagi padaku…"

Choi Yeonjun namanya. Pemuda yang Soobin kenal dua tahun lalu di saat masa orientasi kampus. Pemuda yang satu tahun menjadi teman baiknya, dan satu tahun menjadi kekasih yang begitu dicintai juga mencintainya –pikirnya. Choi Yeonjun adalah sosok yang selalu membuat beban di bahu Soobin tiba-tiba menghilang hanya dengan sepatah dua patah kata dari mulutnya.

Namun semuanya berubah ketika Yeonjun tiba-tiba saja mengakhiri hubungan mereka secara sepihak juga tanpa alasan yang jelas melalui pesan singkat, tepat satu bulan lalu. Jangan tanya seberapa terpuruknya Soobin ketika itu.

"Aku harus berhenti memikirkannya… hal itu takkan baik untuk kebahagiaanku juga dirinya nanti…"

Soobin merubah posisinya menjadi menyamping. Memikirkan Yeonjun hanya membuat airmatanya kembali menetes, sama seperti sebelum-sebelumnya. Sangat menyebalkan dan menyesakkan.

"Ugh… lagi-lagi aku menangisinya…"

Airmata yang sempat menetes itu dihapusnya secara kasar. Soobin mengubah posisinya menjadi duduk di sisi ranjang. Ia mengambil ponsel dari dalam saku celana. Awalnya ia hendak mengirim pesan pada salah seorang temannya –mungkin hang out bersama teman-temannya bukanlah pilihan yang buruk. Tapi begitu melihat sebuah pesan masuk yang tak pernah dibukanya sejak ia terima minggu lalu, Soobin terdiam.

Pesan dari Yeonjun.

"Apa kubaca saja…?" gumamnya bimbang, "Tapi 'kan aku…"

Namun sesuatu dalam dirinya mendesaknya untuk membaca pesan tersebut. Setelah mengalami pergulatan batin selama beberapa menit, Soobin pun memutuskan untuk membaca pesan tersebut.

Dan setiap kata di pesan itu sukses membuat ia terkejut. Tubuhnya bergerak cepat keluar kamar dengan suara bantingan pintu yang begitu keras.

~Short Message~

Aku tahu aku pasti sudah sangat menyakitimu, 'kan? Oleh karena itu aku mengawali isi pesan ini dengan permintaan maaf yang mungkin takkan pernah kau terima.

Yeonbin StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang