Yes it's You

1.8K 166 51
                                    

Warning!!!

Cerita ini mengandung unsur gombalan yg menjijikkan jika tidak kuat dimohon untuk melambaikan kaki.sekian
.
.
.
.
.
.

Ini hari senin, dan aku bangun terlalu pagi dihari yang paling membosankan ini. Aku bahkan sudah berdiri di depan cermin besar dalam kamarku. Lengkap dengan wajah segar dan seragamku. Jangan tanya aku kenapa, aku memang sengaja melakukannya. Hari senin memang membosankan, tapi hari ini adalah hari yang spesial.

Ponselku berdering, saat aku mengeceknya. Itu hanya alarm pagiku. Maaf saja ponsel kesayangan, aku mengalahkanmu pagi ini. Tidakkah kau melihat betapa tampannya aku sekarang? Sebentar, kenapa aku berbicara dengan ponsel? Ah sial, aku mulai gila.

Aku keluar dari kamar, menyapa keluargaku sebentar dan mencomot roti isi lalu berjalan keluar setelah mengecup pipi Ibuku. Berlari kecil untuk menghindari omelan mereka yang mungkin saja akan memekakkan telinga.

Maaf Ayah, Ibu, tapi aku sudah tak sabar untuk bertemu calon menantumu sekarang juga. Ah, aku berjanji akan mengajaknya mampir ke rumah untuk bertemu kalian akhir pekan nanti. Aku yakin kalian sangat merindukannya.

Aku berjalan pelan, menikmati udara pagi yang terasa sejuk namun tak begitu sepi. Aku bahkan dapat mendengar kicauan burung saat sesekali kupejamkan mataku. Dan menikmati semilir angin yang menerbangkan rambutku.

Saat kedua mataku terbuka dengan sempurna, aku tersenyum seketika. Dia malaikatku, berdiri di depan gerbang rumahnya dengan raut wajah cerah ceria. Indah sekali.

" Soobin." Dia sahabatku,Choi Soobin. Sosok sahabat yang sangat kucintai. Mungkin aku gila karena dia seorang laki-laki. Tapi siapa perduli? Lagipula aku tulus mencintainya.

" Selamat pagi. " Sapanya. Suaranya sangat lembut dan merdu. Aku sangat suka saat dia bersuara dengan senyum amat manis dengan dua lelukan yang mengembang seperti itu. Cantik sekali.

Aku tersenyum, dan mengacak surai hitamnya yang tampak halus dan harum. Ah, aku mencium bau stroberry.

Lalu dia memalingkan wajahnya. Astaga, jangan bertingkah seperti itu Choi Soobin. Itu membuatku tak kuasa untuk tak memelukmu.

Kami berjalan dalam diam, tak ada yang bersuara. Aku sangat menyukai keheningan ini, terasa sangat nyaman.

Tapi kurasa dia tidak merasa begitu baik. Aku melirik ke arahnya. Ah, ternyata dia menunduk. Lucu sekali. Aku sahabatnya, tapi kenapa dia terlihat canggung seperti itu padaku?

Lihatlah sosoknya itu. Terlihat seperti bayi kelinci yang lucu. Menundukkan wajah cantiknya yang tampak memerah malu. Dengan kedua tangan memilin ujung seragam dan bibir yang digigit kecil. Menggemaskan sekali, aku jadi ingin mengarungimu. Tapi sayang sekali aku tidak punya karung.

" Soobin." Panggilku, dan dia terkejut. Aku mengernyitkan alisku, apa dia melamun?

" Ah, iya? " Jawabnya pelan seraya mengedipkan matanya lucu.

Aku menahan napasku sesaat saat dia mendongakkan kepalanya dan menatapku dengan mata lucunya yang tampak indah. Pipinya bersemu samar tapi aku masih dapat melihatnya.

" Kau melamun? "

" Tidak. " Dia memang tidak melamun, tapi kenapa wajahnya merah seperti itu? Sebenarnya apa yang kau pikirkan sayang? Apa kau sedang memikirkanku? Ah, indahnya khayalanku. Semoga saja dia benar-benar memikirkanku.

Jika saja dia bertanya padaku apa yang aku pikirkan sekarang. Yang aku pikirkan adalah sosoknya yang terlihat sangat Indah. Entah kenapa, aku selalu merasa pas saat berdiri di dekatnya.

" Lalu kenapa kau diam? " Tanyaku. Dia membulat matanya sesaat, dan menghindari bertatap mata denganku, lalu menatap jalanan yang sudah cukup ramai.

Yeonbin StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang