Mencintamu dalam diam itu menyakitkan, tapi apa boleh buat, jika itu yang terbaik.
[Riski]---
"Gue enggak ngomong ama Lo yah Lik, Gue ngomong sama Celina."
"Iya, tapi kan Celina sahabat Gue, jadi enggak ada salahnya kan, kalo Gue ikut campur."
"Udah-udah, kalian diam, dan Lo Ki Gue mohon sama Lo. Gue enggak pernah ikut campur sama urusan Lo, tapi kenapa sih, Lo selalu aja ikut campur sama urusan Gue? Cukup dengan Lo ngejailin Gue aja, tapi kalo urusan Gue pliss jangan ikut campur!"
Riski terdiam mendengar perkataan Celina tadi, tiba-tiba lidahnya terasa kaku untuk bicara. Memang benar apa yang dikatakan oleh Celina tadi. Dia tidak berhak untuk ikut campur dengan urusannya.
"Yaudah, kalo gitu Gue pergi yah?" pamitku kepada Riski yang terdiam setelah mendengar perkataanku tadi, dan menarik tangan Malik agar menjauh dari sini.
Setelah kepergian Celina dan Malik tadi Riski membatin, "iya, Gue memang sering ikut campur sama urusan Lo Cel, tapi Gue ngelakuin itu, karna Gue sayang sama Lo, Gue cinta sama Lo, dan Gue cemburu sama sahabat Lo itu, tapi bodohnya Gue enggak berani buat ngomong terang-terangan sama Lo, karna Gue takut perasaan Gue ini hanyalah bertepuk sebelah tangan. Sama kayak cinta Lo sama Malik." Riski tersenyum miris, lalu keluar dari kelas.
---
"Kita kemana Lik?" tanyaku dengan semangatnya disertai senyuman yang tak pernah luntur.
"Hmm, ke bioskop mau enggak?" tanya Malik yang lagi kebingungan mau kemana.
"Ayokkk." jawabku dengan semangatnya, karna kebetulan juga ada film baru yang lagi terending topic di berita.
Malik kembali mengacak-ngacak pucuk rambutku, yang membuatku kembali mendengus kesal dibuatnya.
"Semangat banget sih," Riski tersenyum kearahku dengan senyuman tipis, yang semakin menampakkan ketampanannya itu.
Author Pov
Malik itu salah satu Most Wanted disekolahannya Celina lho. Selain Most Wanted, dia juga memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Dia dan Riski selalu bersaing untuk memperebutkan juara umum disemesternya. Huuu Celinaaaa beruntung banget yah bisa dekat dengan cowok-cowok famous disekolahannya, tapi bodohnya Celina enggak pekaan jadi orang, dan yang lebih bodohnya lagi, Celina malah suka sama Kejora, yang jelas-jelasnya Bad Boy dan enggak ada apa-apanya dibanding sama Riski dan Malik. Huuu semoga Celina cepat sadar yah! Author sebagai penulis juga perihatin. Bagaimana mungkin author buat Celina menderita, karna terus disakiti sama Malik yang Bad Boy itu hihihihi.
Author Pov end.
Entah mengapa hatiku merasa nyaman, jika berada dekat dengan Malik, dan seketika rasa kesalku tadi menjadi hilang hanya dengan melihat senyuman tulus dari Malik. Aku menatap Malik dengan penuh keteduhan. Sungguh aku nyaman dan bahagia, jika berada didekatnya.
Aku menatap wajah Malik, tanpa berniat ingin mengalihkan pandangan ini.
"Hei, Celina kok ngelamun sih?" Malik mengibas-ngibaskan tangannya didepan muka Celina, agar Celina sadar dari kelamunannya.
"Haa, iya-iya Lik hehe." aku cengengesan ketahuan lagi ngelamun, sambil mandangin wajah Malik yang teduh dan tampan itu. Huftt untung saja Malik enggak ngerasa, kalo aku ngelamun, karna mandangin wajah dia yang teduh dan tampan itu. Batinku.
Aku pergi bersama Malik dengan menggunakan mobilnya.
"Cel." panggil Malik kepadaku, karna hanya ada diam diantara kami. Aku juga kebingungan mau ngomong apa, dan aku juga takut akan menganggu konsentrasinya saat berkendara.
"Hmm," aku melihat kearah Malik yang masih fokus dengan mengendarai mobilnya itu.
"Kok enggak ngomong sih, biasanya Lo paling cerewet, terus katanya Lo mau curhat di kelas tadi, kok enggak curhat?" Malik menatapku sekilas dengan senyuman, lalu fokus dengan mengendarai mobilnya lagi.
"Oh, yang itu, enggak ah, enggak jadi." aku berubah pikiran, aku tidak ingin curhat masalah Kejora, karna jika mengingat Kejora hatiku akan bertambah sakit.
"Lho, kenapa? Gue siap kok dengerin curhatan Lo. Dan Gue minta maaf, kalo selama ini Gue kurang peduli sama Lo. Dan Gue akan berusaha buat selalu ada disaat Lo butuh."
Deg.
Hatiku terenyah mendengar kata-kata Malik tadi, lalu tersenyum sekilas. Sungguh aku merasa terharu mendengar kata-kata Malik tadi.
"Nanti aja curhatnya kan kita mau nonton. Masa curhatnya didalam mobil sih, enggak enak lah." ujarku sambil tersenyum simpul.
"Oh, gitu yaudah tuan putri." ujar Malik sambil cengengesan.
"Ih, kok Tuan Putri sih?" kataku sambil mengernyitkan keningku bingung, dan aku terkekeh pelan dibuatnya.
"Yah, enggak papa dong." Malik mengukir senyum diwajahnya yang tampan itu.
Aku hanya tersipu malu, lalu membuang muka kearah jalanan. Sungguh aku malu, dan mungkin kini pipiku sudah berubah menjadi kepiting rebus.
"Silahkan turun tuan putri." Malik membukakan pintu mobilnya, sehingga aku dibuat keheranan olehnya. Tidak biasanya Malik berlaku semanis ini kepadaku. Aku malu sungguh, tapi ada rasa bahagia dan nyaman saat Malik berlaku manis kepadaku yah, walaupun rasa malu itu lebih mendominasinya.
"Ihhh, Lo kenapa sih Malik? Enggak biasanya Lo kayak gini?" tanyaku sambil menatap Malik aneh, sekaligus heran.
"Yah, enggak papa dong sekali-kali." Malik menatapku sambil nyengir Kuda, dan menaik turunkan alisnya, yang semakin membuatku heran, sekaligus kesal dibuatnya.
"Ihhh nyebelin!" kataku sambil cemberut dengan muka yang ditekuk.
"Tapi seneng kan?" Malik kembali nyengir Kuda dan menaik turukan alisnya.
"Isss." aku menyilangkan kedua tanganku didepan dada.
"Yaudah-yaudah Gue minta maaf, ayok kita nonton, nanti film nya keburu mulai." ajak Malik kepadaku, lalu menggandeng tanganku. Aku membeku saat Malik menggandeng tanganku. Dadaku terasa berdetak dua kali lebih cepat, dan rasa bahagia serta rasa nyaman itu tiada henti-hentinya menghampiri diriku, hingga seulas senyuman simpul itu tiada henti-hentinya menghiasi bibirku ini.
"Kita nonton film horor yah Lik?" aku menatap Malik seolah-olah memohon agar tidak menonton film horor. Jujur aku sedikit takut dengan film horor ditambah ini sudah menjelang sore.
"Iya, udah enggak papa sekali-kali, nanti, kalo syetan nya keluar tenang aja ada Gue disamping Lo. Dijamin Syetan nya enggak akan berani lagi deket-deket sama Lo." Malik terkekeh pelan setelah mengatakan itu, aku hanya mendengus kesal dibuatnya.
"Udah ah, jangan cemberut nanti cantiknya ilang lagi." Malik kembali mengacak-ngacak pucuk rambutku.
"Hoby banget sih ngacak-ngacak rambut Gue!" ucapku sebal dan ketus.
Sedangkan Malik kembali terkekeh pelan melihat ekspresi Celina dengan muka yang ditekuk itu. Malik menganggap muka Celina itu lucu, jika sedang kesal apalagi sambil ditekuk. Malik tak henti-hentinya mengulum senyum.
"Hussshhh film nya udah mulai." Malik menempelkan jari telunjuknya kebibirku, sehingga aku terdiam, sambil membeku.
Cuap-cuap author, aisssssshhh authornya baper sendiri nulis ini, andaikan author aja yang jadi Celina huhu, oke authornya baperan yah? Hehe mangap², jangan lupa yah voment. See you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
SAD ENDING
Teen FictionTerlibat cinta yang tidak dihargai, dan terlibat cinta segitiga. Bagaimana kisahnya? Akankah diri Celina bisa menemukan kebahagiaan dan mengobati luka hatinya yang terus disakiti oleh seseorang yang selalu menyakitinya, lalu, apakah dia bisa menguba...