Bagian Tujuh 💔💔💔

258 6 0
                                    

Rasa sakit itu, perlahan memudar, dan aku tidak tau apa sebabnya, tapi yang pasti aku bahagia dan aku harap, rasa sakit ini tidak akan terulang lagi.
[Celina]

---

Aku hanya diam sambil memejamkan mataku takut, saat menyaksikan film horor itu, sedangkan Malik. Dia tidak takut sedikitpun.

Aku langsung menjerit saat menyaksikan adegan yang menyeramkan itu.

"Aahhh." jeritku tertahan, lalu langsung memeluk Malik. Malik mendongak kearahku, lalu memberikan cengiran jahil disertai dengan watados nya, sungguh menyebalkan, tapi ada rasa nyamannya juga saat aku memeluk Malik.

Aku langsung melepaskan pelukanku, dan lebih memilih memejamkan mata, tapi saat aku memejamkan mataku. Malik menarikku, hingga aku kembali memeluknya. Aku tersentak kaget, tapi ada rasa deg-degan campur bahagianya juga, lalu Malik membisikkan sesuatu ketelingaku.

"Kalo mau peluk, peluk aja Gue enggak keberatan, sama enggak usah takut kan ada Gue disamping Lo."

Aku merasa bahagia, tapi aku melepas pelukannya, karna aku tak enak, sekaligus sangat malu, dan mungkin pipiku sudah menjadi seperti kepiting rebus kini. Sedangkan Malik hanya terkekeh melihatku yang blushing. Huft menyebalkan memang.

---

"Film tadi seru banget yah?" kata Malik sambil memberikan cengiran khasnya disertai wajah jahilnya.

"Palak Lo seru, Gue hampir serangan jantung tadi, gara-gara nonton film horor itu." ujarku sambil mendengus kesal.

Sedangkan Malik dia kembali mengacak-ngacak rambut Celina gemas," Enggak mau meluk Gue lagi?" tanya Malik cengengesan.

"Isss, Lo nyebelin banget sih Lik!"

"Lo yang enggak peka."

"Apa?" aku menatap Malik bingung. Apa maksudnya dengan " tidak peka."

"Ha? Enggak-enggak kok, Gue tadi cuman, hmmm, cum."

"Cuman apa?" tanyaku curiga.

"Cuman mau minta maaf udah ngajakkin Lo nonton film horor tadi."

"Ha?" aku masih bingung dengan kata-kata Malik. Apa hubungannya dengan kata tidak peka sama minta maaf.

"Udah enggak usah dipikirin, mending kita beli novel keluaran terbaru!" ajak Malik kepadaku, sedangkan aku hanya memikirkan kata-kata Malik tadi.

Malik menggandeng tanganku.

"Lik!" panggilku ke Malik

"Iya? Kenapa Cel?" Malik memutar badannya kearahku.

"Gue laper." kataku sambil cengengesan dan berharap agar Malik peka dengan maksudku.

"Oh, yaampun maaf-maaf Gue lupa. Lo kan belum makan semenjak pulang sekolah tadi, maaf-maaf." Malik memberikan tatapan bersalah kearah Celina.

"Haha santai-santai Gue enggak marah Lik, cuman mau nanya kita makan dimana? Hehe. Habisnya Gue laper." aku memberikan cengiran khasku.

Malik, menggandeng tanganku, sedangkan aku hanya pasrah saja. Berharap Malik membawaku ketempat makan yang paling enak.

---

"Nah, Lo duduk sini." Malik menggeser kursiku kesebelah kursinya juga.

"Loh, kok kursinya digeser kesebelah Lo sih?" tanyaku heran.

"Yah enggak papa. Gue cuman mau deket aja sama sahabat Gue."

"Ha?" aku terperangah dengan jawaban Malik, sungguh Malik sangat aneh hari ini. Tidak seperti hari-hari biasanya, atau ini hanya perasaanku saja? Tapi entahlah memikirkannya hanya membuatku tambah pusing.

SAD ENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang