Bagian Sepuluh 💔💔💔

535 12 1
                                    

Jika kita memang tidak ditakdirkan bersama, maka yang akan aku lakukan hanyalah menerimanya dengan lapang dada.
[Malik]

---

Malik manatap nanar bangku Celina yang kosong. Dia sangat khawatir sekaligus bingung sekarang. Banyak pertanyaan-pertanyaan dalam benaknya. Sebegitu marahnya Celina sampai-sampai dia tidak sekolah. Batin Malik.

Dia tidak konsen saat mendengar guru yang menjelaskan mata pelajaran pikirannya kini hanya tertuju pada satu orang wanita. Iya siapa lagi, kalau bukan Celina.

Kringgg...

Bel telah berbunyi pertanda bahwa para murid harus mengisi perut. Berbeda dengan Malik dia tidak ingin makan sedikitpun, dia tidak selera makan yang ada hanyalah Celina dipikirannya saat ini. Mengapa Celina sampai sebegitunya? Apakah Celina tidak peduli dengan dirinya yang akan pergi lima hari lagi.

Malik menghampiri Delia untuk menanyakan tentang Celina mengapa dia tidak sekolah? "Del!" panggil Malik sambil berjalan kecil kearah Delia.

"Iya Lik ada apa?" sahut Delia.

"Gue mau nanya. Kenapa Celina enggak sekolah?"

"Oh, jadi Lo enggak tau Lik? Yaudah Gue kasih tau. Celina di Skorsing."

"Ha? Di Skorsing? Di Skorsing kenapa?" tanya Malik skiptis. Malik sangat terkejut, ketika mendengar, kalau Celina di Skorsing.

"Gara-gar-" ucapan Delia terpotong saat guru memanggilnya, lalu Delia mengahampiri guru itu.

"Nanti aja Gue ceritanya Lik, kalo sempet, atau kalo Gue enggak sempet. Lo kerumah Celina aja nanti!" Delia sedikit berteriak mengatakan itu, saat dirinya sudah menjauh dari Malik. Iya Delia sangat sibuk kini, karna Delia adalah seorang sekretaris kelas.

Malik masih bingung kini. Mengapa Celina di Skorsing, atau jangan-jangan ini ada hubungannya dengan Atun?

Dikelamunan Malik tiba-tiba datanglah sahabat Malik yang bernama Devon menghampirinya.

"Woy, Bro Gue cariin dari tadi ternyata Lo ada di depan kantor guru." tapi, Malik seakan tak mendengar kata-kata Devon, dia hanya melamun pikirannya dipenuhi oleh gadis yang bernama Celina.

"Woyyy Malik Antariksaa!!! Lo denger Gue apa enggak!!!?" teriak Devon ke arah Malik.

"Apaan sih Lo berisik tau enggak! Pergi sana! Husss!" Malik mendengus kesal ke arah Devon yang meneriakkinya tadi.

"Yaelahh, gitu aja ngambek, lagian Lo nya sih yang enggak denger. Ngelamunin apaan sih Lik?" tanya Devon dengan muka yang penasaran.

"Lo tau kenapa Celina di Skorsing?" tanya Malik.

"Oh, jadi gara-gara itu Lo ngelamun. Yaudah deh Gue sebagai sahabat yang baik hati dan enggak tegaan sama sahabat Gue ini Gue bakal kas---"

"Cepetan! Gue enggak ada waktu buat becanda!"

"Ya ampun galak banget sih Pak sama sahabatnya sendiri, padahal udah mau pergi lima hari lagi." ujar Devon.

"Yaudah, Devon yang paling ganteng sejagat raya. Kenapa Celina di Skorsing?" Malik seakan ingin muntah mengatakan itu.

"Celina di Skorsing gara-gara berantem sama Atun, lagian Lo masa enggak tau sih. Padahal sekelas." Devon memutar kedua bola matanya malas.

Malik terkejut dengan kata-kata Devon tadi. Yah, Malik memang tidak tau, karna dia terlalu asyik memainkan Gamenya. Malik semakin merasa bersalah kini.

"Yaudah makasih Gue mau pulang." pamit Malik.

"Lo mau pulang? Ini masih jam pelajaran Bro."

"Yaudah, gampang tinggal izinin Gue aja. Gue kan anak pemilik dari sekolahan ini,"kata Malik enteng. Malik telah pergi meninggalkan Devon sendirian, dia berjalan dengan tergesa-gesa.

"Huuu dasar! Mentang-mentang anak pemilik sekolahan. Lo bisa seenaknya." Devon berteriak kearah Malik yang sudah menjauh. Sungguh Devon sangat kesal saat ini. Sahabat macam apa Malik sudah payah-payah dia mencarinya, ehh malah ditinggal.

---

Riski kini tengah merenung, dia merenung memikirkan Celina. Kasihan Celina harus di Skorsing gara-gara Atun sayang sekali dirinya tidak bisa membela Celina waktu itu gara-gara berkelahi dengan Kejora. Riski menghela napas sejenak berusaha menenangkan pikirannya. Dikelamunan Riski di Perpustakaan tiba-tiba ada yang menghampirinya.

"Ki, kok Lo ngelamun?" tanya Ardila. Iya dia Ardila sahabat Riski. Bagaimana dengan Kejora saat ini apakah masih sahabatan dengan Riski? Tentu saja tidak bahkan Riski sudah tidak menganggapnya sahabat kini semenjak perkelahiannya waktu itu.

"Enggak Di, Gue cuman lagi bad mood aja." jawab Riski lesu.

"Ah, masa sih, ini pasti ada hubungannya sama Celina. Cerita dong sama Gue Ki. Kayak Gue orang lain aja."

"Ahh, enggak kok Di, BTW mana Kejora?" Riski sedikit malas menanyakan Kejora," Biasanya Lo sama Kejora?" tanya Riski penasaran. Tidak biasanya Ardila sendiri menghampirinya.

"Nah, itu dia yang mau Gue omongin sama Lo." ujar Ardila.

"Kenapa? Kenapa lagi dengan Kejora?" tanya Riski sedikit kesal, karna Kejora selalu membuat ulah di Sekolahan ini. Dia sering bolos, mabuk-mabukkan, bahkan berantem di Sekolah, tapi dibalik itu Kejora juga sering melawak di Kelas hingga membuat seisi kelas tertawa. Iya hanya itu kelebihannya selain itu tidak ada lagi.

"Kejora udah pindah sekolah. Dia pindah sekolah ke Pesantren, karna permintaan dari kedua orang tuanya." jelas Ardila.

"Ha? Yaudah bagus dong, itu artinya dia bisa berubah menjadi lebih baik lagi dengan masuk ke Pesantren." ujar Riski acuh.

"Iya, tapi Lo enggak mau lihat Kejora untuk yang terakhir kalinya, karna dia sore nanti berangkatnya." ujar Ardila dia sangat berharap agar Riski mau menjenguk Kejora untuk yang terakhir kalinya.

"Enggak ah, Gue enggak ada waktu." ujar Riski cuek.

"Beneran Lo enggak mau lihat sahabat Lo untuk yang terakhir kalinya?" tanya Ardila lagi.

"Iya," jawab Riski singkat.

"Yaudah, kalo gitu, tapi Lo jangan nyesel 'yah? Nanti Lo rindu lagi sama Kejora," ujar Ardila sedikit masih berharap, agar Riski mau menjenguk Kejora.

"Enggak akan!" jawab Riski lagi, lalu melenggak pergi.

Ardila hanya menghela napasnya dalam-dalam. Mengapa persahabatannya sampai serumit ini?

---

Malik kini tengah mengendarai motornya dengan perasaan yang bersalah. Dia bersalah, karna tidak peduli lagi dengan diri Celina, dan dia merasa bersalah, karna telah mengungkapkan perasaannya kepada Celina. Dia benar-benar Frustasi kini, jika dia bisa menolak untuk pergi ke Luar Negri dia akan menolak, tapi dia tidak bisa, karna ini masalah pekerjaan orang tuanya juga. Dia tidak bisa menolak, karna jika menolak kemungkinan Papa dan Mamanya akan bangkrut. Anak macam apa dia? Yang tega melihat kedua orang tuanya bangkrut. Malik kembali merutuki dirinya sendiri. Kenapa tidak dari dulu saja dia mengungkapkan perasaanya kepada celina, kenapa baru sekarang? Disaat dia ingin pergi dari kehidupan Celina. Kenapa? Malik seakan tak mengerti dengan jalan takdirnya sendiri.

Setelah beberapa menit perjalanan mengendarai motornya, akhirnya Malik tiba di Perumahan, "Pancanaka Green Garden" rumah Celina.

Dia ragu-ragu untuk mengetuk pintu rumah Celina, tapi dia masih tetap mengetuk pintu rumah Celina. Bagaimana 'pun dia harus meminta maaf kepada Celina.
















See you next part!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAD ENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang