Bagian Sembilan 💔💔💔

259 6 0
                                    

Mengapa baru kini? Aku mengetahui itu, jika sahabatku sendiri yang diam-diam mencintaiku, dan mengapa harus sekarang aku mengetahuinya. Setelah iya ingin pergi dariku. Sekejam ini kah kehidupan hingga semuanya harus berakhirkan SAD ENDING.
[Celina]

---

Aku tersenyum hambar saat Malik mengungkapkan perasaannya kepadaku. Aku tidak senang mendengarnya, yang ada hanyalah menyakiti perasaanku mendengar kenyataan itu. Mengapa harus sekarang Malik mengatakan perasaannya itu, mengapa tidak kemarin-kemarin. Agar aku tidak merasa kehilangan dan patah secara perlahan. Sekejam inikah kenyataan?

"Kenapa baru kini Lik? Lo ngasih tau Gue tentang perasaan Lo selama ini? Kenapa enggak dari dulu Lik?" mataku kembali berkaca-kaca.

"Gu-gu-e takut Cel. Gue takut Lo nolak Gue, karna waktu itu Lo lagi suka sama satu orang cowok." Malik mencoba menjelaskannya.

Yah, Malik memang benar. Dia memang tidak memiliki perasaan apa-apa waktu itu, tapi apa salah, jika Malik berusaha untuk merebut hatinya agar dirinya jatuh cinta. Apakah salah?

Celina kembali tersenyum hambar. Rasanya dia ingin meneriakki kebodohan dirinya, yang memang tidak peka dengan perasaan Malik, tapi apakah ini sepenuhnya salah dirinya? Dia rasa tidak.

"Terus kenapa Lik? Lo ngungkapin ini, setelah Lo ingin pergi dari kehidupan Gue. Apa Lo ingin Gue sakit, apa Lo ingin Gue sedih? Iya itu yang Lo mau!?" tangis Celina sudah tidak bisa terbendung lagi. Hatinya sangat sakit kini.

"Turunin Gue sekarang!" bentak Celina.

"Tapi kita belum sampai Cel, dan ini juga masih malam. Bahaya."

"Gue enggak peduli, turunin Gue Lik sekarang!"

Seakan tak ada pilihan, akhirnya Malik berhenti mengendarai mobilnya dan meminggirkan mobilnya ketepi jalan.

Celina ingin membuka pintu mobilnya, tapi dicegah oleh Malik," Cel, dengerin penjelasan Gue dulu. Gue enggak bermaksud untuk buat Lo sedih dan sakit, tapi Gue ngungkapin ini, karna Gue enggak tenang Cel, kalo Gue enggak ngungkapin ini semua."

"Terus, setelah Lo tenang dengan ngungkapin ini semua. Lo enggak mikir gimana perasaan Gue? Iya!?"

"Enggak gitu Cel, Gue enggak tau, kalo Lo ka-" ucapan Malik terpotong.

"Iya Lik, Gue memang udah suka sama Lo, dan Gue-gue nyesel Lik. Gue nyesel! Gue nyesel udah enggak peka selama ini." aku mengatakan itu, lalu keluar dari mobil Malik, sambil menghapus air mataku yang sudah jatuh.

"Cel tunggu, bahaya Cel udah malam!" Malik mengejar Celina, tapi sial Celina sudah pergi dengan menggunakan ojek. Hingga meninggalkan Malik yang tengah menyesal dan frustasi, akibat dari mengungkapkan perasaannya sendiri." Agrhhh, Gue bodoh, Gue bodoh! Kenapa harus Gue ungkapin perasaan Gue?! Kenapa!?" Malik mengacak-ngacak rambutnya frustasi dan sakit. Tanpa dia sadari air matanya telah jatuh. Merutuki kebodohannya sendiri.

---

"Kemana Neng?" tanya tukang ojek itu.

"Ke perumahan pancanaka Green garden Bang." jawab Celina.

"Oke."

Celina masih tak habis pikir dengan sahabatnya itu, mengapa harus diungkapkan setelah dia ingin pergi? Apa Malik tega, kalau Celina sedih dan sakit, kalau Malik pergi setelah mengungkapkan itu. Dan tanpa Celina sadari cairan bening itu telah menetes lagi dari matanya yang cantik.

'Enggak, enggak. Gue enggak boleh lemah. Gue harus kuat seperti yang Malik inginkan' batin Celina, lalu menghapus air matanya secara kasar.

'Maafin Gue Lik, tapi Gue terpaksa ngelakuin ini, karna Gue enggak mau lihat Lo sedih, Gue enggak mau Lik lihat Lo enggak ikhlas ninggalin Gue, dan Gue harap dengan cara ini. Lo bisa buat lupain Gue' batin Celina, lalu tersenyum getir.

SAD ENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang