Prince and His Assassin

375 31 5
                                    


Happy reading

________________________________________________________________________________

"Bisakah Anda sedikit lebih jauh sebentar, Yang Mulia?"

Jackson melirik orang yang sedari tadi diapitnya. Dia berwajah tidak suka dan lelaki itu tersenyum.

"Saya harus memanah," kata lelaki itu lagi.

Jackson hanya menghela nafas lalu mengangguk-angguk dan berjalan mundur beberapa langkah. Matanya berubah menjadi berbinar saat lelaki itu melepaskan anak panahnya tepat pada sasarannya. Buah Mangga kesukaannya.

"Kau memang paling hebat, Markie!" lengking Jackson dan lelaki yang sudah menurunkan panahnya itu membungkuk hormat seraya seorang pelayan Jackson memberikan buah mangganya.

"Ini en—"

"Anda harus mencucinya lebih dulu Yang Mulia," kata pelayannya dengan halus, membuat Jackson mengangah menganggur.

Jackson kembali menutup mulutnya dan berdecak, "Aku bisa memakan apel dengan kulitnya."

"Tapi mangga memang harus dikupas, Yang Mulia." Kata lelaki yang dipanggil oleh Jackson dengan sebutan Markie.

Lelaki itu mengambil buah dari tangan Yang Mulia-nya dan memberikan pada pelayan yang masih berdiri diantara mereka.

"Anda akan sakit bila Anda memakan dengan kulitnya."

Jackson hanya melirik lelaki yang mengenakan jubah hitam dengan beberapa bagian yang keras.

"Aku tidak serimpih itu. Oh.. apakah seorang assassin juga mengupas buah?" mata Jackson ketara sangat jahil.

"Terkadang." Assassin itu tersenyum.

"Pangeran."

Jackson menoleh saat seseorang memanggilnya. Markie-nya bisa melihat wajah lesunya saat seorang penjaga berjalan sedikit cepat kearah mereka. Jackson melirik matahari yang hampir diatas kepala mereka.

"Aku akan datang, tidak perlu memanggilku." Kata Jackson lebih dulu sebelum penjaga itu mengatakan hal lain. Dia menoleh pada lelaki disampingnya.

"Aku akan kembali lagi , Mark."

"Anda harus tetap di istana sampai malam, Yang Mulia. Disini—"

"Aku akan mengambil makanan penutupku. Mangga." Kata Jackson lalu menggedikan asal kearah pelayannya yang pergi mengupas mangga.

Jackson berbalik dan berjalan menyusuri koridor dengan diikuti beberapa pengawalnya. Dia tampak enggan untuk melakukan 'kegiatan rutin' diistananya. Dia tidak menyukai hal-hal 'palsu' disana. Dia berhenti disalah satu pintu yang terayun terbuka, dan beberapa orang tampaknya sudah berkumpul dimeja makan.

"Sudah selesai dengan bermainmu?"

Jackson mendengar pertanyaan dari suara yang berat dan sangat berkuasa. Dia hanya membungkuk—ditimpali dengan kekehan mencibir beberapa orang—dan duduk disebelah orang itu. Tepat didepan seorang lelaki dan seorang wanita.

"Kau tidak berhenti ke kandang kuda," kata lelaki yang duduk diujung meja dengan sandaran kursi paling tinggi.

"Saya rasa.. itu bukan kandang kuda. Barak para armada perang istana ini adalah yang terhebat." Kata Jackson dan disambut dengan dehaman wanita didepannya.

"kotor seperti kandang," kata lelaki itu lagi.

"Karena istana dengan tidak malunya memberikan mereka tempat yang tidak layak—" Jackson terdiam saat terdengar suara hentakan gelas disampingnya dengan kasar.

Project  One-Shot Season 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang