Jisoo menutup kertas nilai ujiannya menggunakan dua tangan. Dia tidak siap melihat nilai ujian matematika yang dilaksanakan Minggu lalu. Cewek itu sudah bisa menebak kisaran angka yang akan tertulis di lembar kertas ujiannya.
"Berapa nilai lo, Jis?"
"Hehe.."
Jawab Jisoo dengan kekehan garingnya. Kemudian fokusnya kembali pada kertas yang masih tertutupi oleh kedua tangannya. Mulutnya komat-kamit sambil berdoa memohon agar nilainya tak lebih dari kata menjijikkan.
Tapi tetap saja, Jisoo masih belum siap menerima kenyataan. "Jen, gue takut ngeliat nilai gue sendiri."
"Biar gue yang buka." Ucap Jennie bak pahlawan.
"Tunggu dulu!" Jisoo menepis tangan Jennie yang siap menarik kertas ujian Jisoo.
"Aw! Sakit tau!" Rengek Jennie dengan mempoutkan bibirnya kesal sambil mengelus tangannya yang terasa panas.
"Emang lo dapat nilai berapa?" Tanya Jisoo penasaran, yang Jisoo tahu, Jennie sama sepertinya, tidak pintar-pintar amat.
"60 dong!" Jawab Jennie bangga. "Minggu lalu gue dapat 5,8 itu artinya gue ada peningkatan."
Jisoo menepuk jidatnya heran dengan Jennie yang mulai membanggakan dirinya sendiri. "Naik 0,2 aja bangga lo!"
Jennie terkekeh konyol, kemudian atensi mereka kembali lagi pada kertas ujian Jisoo.
Keduanya saling tatap. "Siap Jis?"
Jisoo mengangguk, kemudian perlahan tangannya ia turunkan. Jisoo sempat menahan nafas namun kemudian menghembuskan nafas kecewa ketika melihat angka 42 menghiasi kertas ulangannya.
"Hahaha....."
"Jennie ketawanya!"
Jennie menutup mulut ketika dia baru menyadari bahwa pak Henry yang tak lain adalah wali kelas plus guru matematikanya masih berada didalam kelas.
"Hehe maaf pak." Jennie meminta maaf sambil menatap pak Henry yang mulai membereskan buku-bukunya. Jam istirahat telah berbunyi.
"Jisoo!"
Suara pak Henry berhasil mengagetkan cewek itu.
"Ikut bapak keruangan pak Siwon, sekarang!"
"I-iya pak!"
Jisoo menatap Jennie horor, begitupun dengan yang ditatap juga merasakan hawa-hawa buruk mulai menghantuinya.
"Mampus gue, Jen!" Ucap Jisoo panik, kemudian pergi dari kelas untuk mengikuti pak Henry ke ruangan pak Siwon. Jennie hanya bisa mengepalkan tangan memberi Jisoo semangat.
Jam istirahat membuat Jisoo harus bersusah payah melewati koridor akibat dia melawan arah siswa-siswi yang akan pergi ke kantin. Hanya Jisoo satu-satunya orang yang jam istirahatnya ia gunakan untuk menemui kepala sekolah.
Sungguh menyedihkan..
"Nilai kamu belum ada peningkatan, Jisoo?"
Jisoo hanya dapat menunduk saat pak Siwon mulai bertanya.
"Kemarin 30 pak, ada peningkatan 10." Cicit Jisoo.
"Kamu bangga?" Tanya pak Henry. Semenjak tadi memang pak Henry tidak keluar dari ruangan kepala sekolah. Dia duduk disamping Jisoo dan akan menambahkan sedikit bumbu-bumbu drama hingga pak Siwon kembali memberi ceramah dirinya.
"Pak Henry, saya kan sudah bilang kalau Jisoo perlu tutor di kelas." Ucap Pak Siwon pada pak Henry.
"Saya sudah meminta Lucas, ketua kelas yang pintar untuk membimbing Jisoo." Pak Henry menjawab. "Tapi sepertinya Jisoo tidak melaksanakan perintah saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE ONLY
Fanfiction▪Park Chanyeol Dia bukanlah laki-laki yang baik, dia seorang laki-laki brengsek yang sialnya memiliki hidup yang sempurna. Paras tampan, otak encer, kaya raya dan hidup dalam keluarga yang selalu menyayanginya. Namun tidak dengan kisah cintanya, set...