═══════ ≪ •❈• ≫ ═══════
"Halo?"
"Valerie, ini aku."
"Um, aku tau ini kau. Ada apa?"
"Pagi ini kau ada kelas?"
"Ada, nanti pukul 9. Kenapa?"
"Wah, pas sekali. Pagi ini aku juga akan pergi ke rumah sakit."
"Kau bercanda ya? Jarak dari UCL ke rumah sakit tempatmu magang tidak dekat. Bisa-bisa kau telat."
"Tidak akan. Aku hanya akan mengantarmu sampai stasiun kereta bawah tanah, lalu melanjutkan perjalanan dengan kereta ke rumah sakit."
"Aku tidak mau merepotkanmu."
"Sama sekali tidak. Ngomong-ngomong, bagaimana kalau kita sarapan bersama? Ibuku membuat cukup banyak sandwich tapi aku belum sempat memakannya."
"Eh? Um, baiklah. Ingin bertemu dimana?"
"Di apartemenmu saja. Aku sedang dalam perjalanan kesana."
"Yasudah, aku tunggu."
Harris mematikan sambungan telpon dan melanjutkan perjalanannya dengan sumringah. Dia berbohong soal Ibunya yang membuat sarapan, karena dia sendirilah yang membuat sandwich itu. Harris sengaja bangun pagi untuk menyiapkan sarapan yang sehat untuk Valerie.
Dalam hati, Harris tidak mengerti kenapa dia mau berbuat ini hanya untuk seorang pasien. Padahal dia tidak suka direpotkan terutama oleh orang yang tidak dia kenal.
Tetapi kembali ke poin awal, Harris merasa Valerie bukanlah orang asing. Namun entahlah, dia tidak bisa menjelaskannya.
Tak lama kemudian dia sampai di apartemen gadis itu. Setelah menyapa seorang petugas keamanan, dia mengetuk pintu ruangan Valerie.
"Tunggu sebentar," sahut sebuah suara dari dalam. Kemudian pintu terbuka dan senyuman Harris melebar.
"Selamat pagi."
-o-
"Bagaimana rasanya?"
Valerie sibuk mengunyah sandwich itu hingga mulutnya penuh. Gadis itu buru-buru menelannya dan nyaris tersedak.
"Sandwich nya enak sekali. Ibumu benar-benar pandai membuatnya."
Dilihatnya Harris tertawa kecil sambil berusaha menutupinya dengan tangan, namun Valerie berhasil melihatnya. Gadis itu pun berdecih.
"Kenapa?" tanyanya galak. "Sikapku kekanakan?"
"Tidak, aku justru berpikir itu lucu," jawab Harris, tak lagi menyembunyikan kekehannya. "Ngomong-ngomong," ujarnya sambil memandang ke sekeliling ruangan, "kau tinggal sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Life
FanfictionGadis itu menghela napasnya diantara rintik salju yang turun perlahan. Terengah, hingga tangannya mulai gemetar karena kedinginan. Kakinya pun terasa lemas, tidak sanggup menopang berat tubuhnya. Dan tepat disaat itu, seseorang memeluknya, menahanny...