═══════ ≪ •❈• ≫ ═══════
"Akhirnya selesai!"
Valerie menepukkan tangannya beberapa kali saat Ken berteriak sambil meninju udara. Dua jam terakhir ia habiskan untuk menghias pohon natal yang baru mereka beli, juga menghias beberapa sudut ruang tamu Valerie. Gadis itu beralasan sedang tidak enak badan, sehingga Ken bekerja sendiri.
Meskipun sambil cemberut dan menggerutu jengkel, Ken tetap menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
"Hah, aku lelah," ujar anak itu sembari melempar tubuhnya ke sofa. "Hei, Vale, kau harus mentraktirku karena sudah menghias rumahmu."
Gadis itu mengernyit. "Aku tidak memintamu menghias rumahku, kau sendiri yang memaksa untuk menghiasnya."
Ken mendecih.
"Ngomong-ngomong, berapa uang yang kau habiskan untuk membeli semua ini?" tanya Valerie. "Tadi kau bilang struk belanjanya hilang dan aku belum memeriksa isi dompetku."
Anak itu memandang langit-langit ruangan seraya mengusap dahinya, seolah sedang berpikir. "Kurasa, sekitar 400 pound."
"APA?!"
Astaga, anak itu benar-benar gila. Pantas saja pernak-pernik yang ia beli sangat bagus dan cukup banyak. Rupanya ia menyalahgunakan dompet yang diberikan oleh Valerie padanya.
Keluarga Valerie bisa dibilang lebih dari cukup untuk soal ekonomi. Namun Valerie terbiasa berhemat. Uang yang dikirimkan Ayahnya selalu ia gunakan seperlunya, dan sisanya ditabung di bank. Gadis itu tidak suka menghabiskan uang untuk berfoya-foya.
Terlebih lagi sekarang ia harus menggunakan uang itu untuk keperluan kesehatannya. Untuk check up dan obatnya, biayanya tidak sedikit.
Dan 400 pound bukanlah jumlah yang kecil.
"Astaga, Ken.." ujar Valerie, yang ingin menangis saking marahnya. "Kau sungguh—"
"H-hei? Jangan menangis!" seru Ken panik saat sadar bahwa mata kakaknya sudah berkaca-kaca. "Baiklah, ayo aku traktir makan siang. Anggap saja aku membayar hutang."
Amarah gadis itu mereda, digantikan oleh senyuman lebar yang membuat Ken mendecak sambil memutar matanya sebal.
-o-
Yusha meluweskan kepalanya yang terasa pegal. Ia baru saja turun dari kereta bawah tanah yang sangat padat hari itu karena menjelang natal. Tadi pun dia berdiri berdesak-desakan dengan puluhan orang. Karena sesak, kepalanya terpaksa menempel pada salah satu tiang didalam kereta selama bermenit-menit.
Ah, liburan Natal selalu seramai ini.
Namun menyedihkannya, Yusha tidak bisa bersantai akhir tahun ini. Tugas kuliahnya menumpuk, mengingat di bulan Januari nanti ia akan menghadapi ujian. Pria itu mendengus. Sekalipun tidak merayakan Natal, dia ingin bisa menghabiskan akhir tahun 2019 dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Life
FanfictionGadis itu menghela napasnya diantara rintik salju yang turun perlahan. Terengah, hingga tangannya mulai gemetar karena kedinginan. Kakinya pun terasa lemas, tidak sanggup menopang berat tubuhnya. Dan tepat disaat itu, seseorang memeluknya, menahanny...