══════ ≪ •❈• ≫ ═══════
Salju masih tebal di jalanan pada awal Januari. Namun meskipun begitu, Valerie merasa hangat dan senang. Ia memiliki janji besok untuk pergi menonton teater.
Sebenarnya dia belum pernah menonton teater. Namun menurut Bella, yang sangat menyukainya jenis drama itu, teater sangat menarik terlebih yang akan ditonton Valerie pada tanggal 4 besok. Valerie sampai kembali ke apartemennya dua hari lebih cepat padahal libur natal dan tahun baru masih empat hari lagi. Dia tidak bisa menahan diri terlalu lama dirumah orang tuanya, apalagi dengan Ibunya yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi.
Dan mungkin karena suasana hatinya sedang baik, tubuh Valerie seolah menjadi kebal. Dia hampir tidak pernah mengalami serangan. Seolah ia sudah bisa berkawan baik dengan teman barunya, dan itu sebuah kemajuan yang sangat baik.
"Kau sungguh hebat bisa bertahan sejauh ini," ujar Harris di telepon terakhir mereka saat tahun baru. "Kalau kau bisa terus mempertahankan kondisi tubuhmu, kita tidak perlu khawatir memikirkan kemungkinan transplantasi."
Gadis itu mengulum bibirnya dan tersenyum senang. Mendapat pujian seperti itu dari dokternya membuatnya sangat senang, seolah ada harapan baru bagi masa depannya yang beberapa bulan terakhir terasa suram. Dengan semangat gadis itu melanjutkan membersihkan apartemennya yang agak berdebu karena ditinggal hampir dua minggu dengan vacuum cleaner.
-o-
"Kembali ke ruangan staf?"
Harris cukup terkejut mendengar perkataan Dokter Zayn. Ini hari keduanya bekerja dan ia sama sekali tidak menyangka akan mendapat berita seperti ini.
"Ya, pihak rumah sakit menginginkan agar mahasiswa magang tidak mengambil pasien mereka sendiri-sendiri," ujar pria paruh baya itu dengan berat. "Jadi semua mahasiswa magang diminta kembali ke ruangan staf dan bekerja sesuai daftar pasien yang masuk dari ER¹ atau ICU."
Hal ini cukup membuat Harris kesal dan kecewa disaat yang bersamaan. Dia ingin marah pada Dokter Zayn, tapi ia tahu beliau tidak salah. Seraya mengepalkan tangannya, Harris menarik napas panjang kemudian menjawab pelan.
"Baik, Dokter. Saya akan mengemasi barang-barang saya."
Setelah menepuk bahu Harris, Dokter Zayn meninggalkannya.
Harris kembali ke ruangannya lalu mendesah berat seraya duduk di mejanya. Dia berusaha berdzikir untung menenangkan pikirannya, namun tidak banyak membantu. Ia memperhatikan seisi ruangan itu sejenak, lalu mulai meletakkan barang-barangnya ke dalam kardus yang sudah ia siapkan untuk akhir bulan ini.
Pria itu beranjak untuk pergi ke ruangan staf dokter di lantai 2. Tidak seperti ruangan miliknya, ruangan itu memiliki banyak meja untuk para dokter baik di bagian umum, bedah, maupun ER. Terdapat hampir 15 meja disana, dan Harris mengisi salah satu meja kosong di sudut ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Life
FanfictionGadis itu menghela napasnya diantara rintik salju yang turun perlahan. Terengah, hingga tangannya mulai gemetar karena kedinginan. Kakinya pun terasa lemas, tidak sanggup menopang berat tubuhnya. Dan tepat disaat itu, seseorang memeluknya, menahanny...