══════ ≪ •❈• ≫ ══════
Harris baru saja menyelesaikan sholat Dhuhur di ruangannya. Rumah sakit ini tidak memiliki musholla, dan jarak ke masjid terdekat cukup jauh sehingga pria itu memilih sholat diruangannya sendiri. Ia melirik arlojinya. Masih ada waktu setengah jam sampai jam makan siang selesai.
Pria itu berniat mengajak Dokter Zayn untuk makan bersama di kantin rumah sakit. Namun rencananya batal saat dia baru saja membuka pintu, seseorang menghadangnya.
"Selamat siang, Dokter Jung."
Dahinya mengerut. Bukankah gadis ini teman Valerie yang bernama Bella? Untuk apa ia datang kesini?
Namun Harris buru-buru mengubah ekspresinya. Ia segera tersenyum dan balas menyapa, "Selamat siang. Ada yang bisa kubantu?"
"Apakah aku mengganggu waktumu, Dokter?" tanyanya dengan nada bersemangat. Ketika Harris menggeleng, dia langsung melanjutkan, "Aku membuatkan bekal makan siang untukmu. Apa kau mau memakannya bersama?"
"Tapi, aku sudah punya janji dengan—"
"Ayolah, Dokter," rajuk gadis itu. "Aku sudah jauh-jauh kesini dan sudah membuatkan bekal ini untukmu. Sayang sekali kalau tidak dimakan."
Pria itu menghela napas panjang. Baiklah, kelemahannya adalah menolak ajakan seorang wanita yang sudah merajuk seperti ini. Lagipula dia sedang malas berdebat.
"Baiklah, tunggu disini. Aku akan pamit pada seniorku dulu."
-o-
Bella tak hentinya memperhatikan Harris selama pria itu makan membuat Harris merasa tidak nyaman. Dia seperti terintimidasi. Dan rasanya jauh lebih parah daripada makan siang bersama para seniornya.
"Eum, kau tidak ikut makan?" tanya Harris dengan nada tidak enak karena Bella sama sekali tak menyentuh makanannya.
Gadis itu menggeleng. "Aku bisa makan nanti." Kemudian dia menopangkan dagunya. "Apa aku boleh bertanya soal sesuatu?"
"Bertanya soal apa?" tanya Harris tanpa memandang gadis itu.
"Apakah kau sudah memiliki kekasih?"
Detik itu juga Harris tersedak. Ia buru-buru menenggak air minumnya dan memandang Bella dengan tatapan tidak percaya. "Kenapa kau bertanya soal itu?"
"Aku hanya penasaran," jawab Bella sembari mempoutkan bibirnya. Bukannya gemas, Harris malah merasa jengah.
"Bukankah itu terlalu privasi untuk ditanyakan?" tanya Harris masih merasa kesal. Dia merasa direndahkan secara tidak langsung. Bagaimanapun juga Bella adalah juniornya dan tidak sopan bertanya seperti itu.
Namun gadis itu malah tampak jengkel. "Apa salahnya bertanya? Kau juga tinggal menjawab ya atau tidak. Kalaupun kau sudah punya pacar, toh aku tidak penasaran siapa dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Life
FanfictionGadis itu menghela napasnya diantara rintik salju yang turun perlahan. Terengah, hingga tangannya mulai gemetar karena kedinginan. Kakinya pun terasa lemas, tidak sanggup menopang berat tubuhnya. Dan tepat disaat itu, seseorang memeluknya, menahanny...