11. He Comes To Me

14 3 0
                                    

═══════ ≪ •❈• ≫ ═══════

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

═══════ ≪ •❈• ≫ ═══════

Harris tidak berkutik ketika Dokter Dean bercerita kemudian tergugu hingga bahunya bergetar hebat. Disatu sisi dia merasa sedih dan prihatin, ingin mencoba menghibur seniornya tersebut. Namun disisi lain dia merasa enak dan khawatir akan dianggap meremehkan Dokter Dean.

Posisinya serba salah.

"Aku benar-benar tidak tau harus bercerita kepada siapa.." ujar Dokter Dean ditengah isakannya. "Kami hanya tinggal berdua. Kedua orang tuaku tinggal di Edensor, dan mereka masih sangat berduka soal kematian Theresa. Jadi selama seminggu ini aku memendam sendiri rasa sakitku soal Edward."

Harris memilih diam, sembari menautkan jari-jarinya. Sepertinya, saat ini ia lebih baik menjadi pendengar.

"Aku sungguh menyesal tidak pulang malam itu. Jika aku tau ini akan terjadi.. aku memilih dipecat menjadi dokter daripada kehilangan adikku."

Sebagai kakak dari empat orang adik, Harris paham betul bagaimana perasaan seniornya itu. Ditinggal pergi secara mendadak oleh adiknya yang bunuh diri karena perkataan orang lain, terlebih dia tidak punya siapapun untuk bercerita. Apalagi dia harus tetap menjalankan kehidupannya seperti biasa, seolah tidak terjadi apapun.

Dia tidak tau betapa tertekannya jika mengalami hal itu.

"S—Sir?" panggil Harris hati-hati. Dokter Dean pun mengangkat kepalanya, wajahnya memerah dan ia masih menangis. "Maaf jika aku lancang, tetapi izinkan aku memberikan beberapa nasihat."

Pria paruh baya itu tidak menjawab, hanya bergumam tidak jelas seraya menganggukkan kepalanya.

"Kehilangan orang yang disayangi memang berat. Namun, alangkah baiknya jika kita tidak berlarut-larut dalam kesedihan itu," ujar Harris, "Tidakkah itu akan menyulitkan orang yang kita sayangi di dalam kuburnya?"

Mendengar itu, isakan Dokter Dean bertambah dan tangisnya semakin menjadi. Harris membiarkannya menyuarakan hal yang sudah dipendamnya selama seminggu terakhir.

"Mengikhlaskan orang yang sudah meninggal memang tidak mudah. Butuh proses yang panjang. Akan tetapi bukan berarti tidak bisa sama sekali," lanjutnya. "Yang pertama, ikhlaskanlah. Biarkanlah ia pergi dengan tenang, Sir. Aku yakin Theresa akan berbahagia disana jika Anda bisa merelakannya dengan lapang dada.

"Kemudian, maafkanlah mereka yang bersalah. Sungguh, ini sangat sulit. Kita pasti membenci atau bahkan dendam kepada orang yang menyebabkan kematian orang yang kita sayangi. Namun jika orang itu sudah menunjukkan penyesalannya, tolong maafkanlah ia. Terlebih jika ia melakukannya secara tidak sengaja. Aku yakin Tuhan juga sudah memberikan hal yang sepadan untuknya."

Harris membiarkan Dokter Dean tersedu sedan selama beberapa saat. Melihat hal itu rasanya ia ingin menangis. Tentu saja, siapa yang tidak sedih jika melihat orang menangis karena berduka?

You Are My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang