5 : Therefore

19 3 11
                                    

"Eonni, mian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eonni, mian." kataku lirih kala menatap Eonni yang sedang menginterogasiku. Wajar saja, aku mungkin mengecewakannya.

"Tapi kenapa? Kenapa kamu kemarin tidak datang?"

"Kemarin, tubuhku benar-benar melemah. Hari sebelumnya Hara pulang larut malam dan salju turun cukup deras."

"Hhm.."

"Entah mengapa badanku terasa pegal sekali." Kataku sembari memijat bagian pinggang. "Oh iya. Mungkin karena kemarin aku terjatuh."

"Lagian, sudah tahu akan turun salju, kamu malah pulang larut. Ditambah terjatuh pula."

"Mbin tiba-tiba menghubungiku. Neneknya sakit. Hara harus membantu dia di sana."

"Mbin?"

"Iya. Eonni ingat dia kan?"

Dia hanya mengangguk kecil.

"Intinya, Hara minta maaf. Eonni sudah memberiku tiket dari jauh hari, tapi Hara tidak bisa datang."

"Ya sudah, tidak apa-apa. Masih ada lain waktu."

"Kesal sekali rasanya tidak jadi nonton konser. Seumur hidup belum pernah satu kali pun. Terlebih, ada dia di konser itu."

"Dia, siapa?"

"Itu loh Eonni, si dia. Dia yang sering kuceritakan."

"Dia ada di konser itu?"

"Iya. Bersama rekan segrupnya mereka tampil. Sayangnya, Hara tidak bisa melihatnya. Padahal konser itu detik-detik akhir penampilan mereka bersama."

"Ah, disband ya."

Aku mengangguk. "Dua minggu lagi konser perpisahan mereka digelar. Lagi-lagi, tidak bisa."

"Kenapa?"

Aku menggerakkan ibu jari dan telunjukku yang saling bersentuhan. "Uang tabunganku ludes dimakan tugas kuliah." Aku tersenyum miris. "Mahal sekali harga tiketnya. Pun lokasinya jauh dari asramaku. Pulang selarut itu pasti sudah tidak ada kendaraan yang bisa kutumpangi."

Ini benar-benar sebuah tragedi. Aku sudah menabung cukup lama, namun tiba-tiba kebutuhan lain datang dan menyita simpananku. Datang ke Korea dengan harapan bisa melihat mereka, nyatanya belum terwujud juga. Itu yang membuat kepalaku semakin tertunduk layu, bak bunga matahari di hari tanpa sinar mentari. Di negeri yang sama, namun masih tak dapat berjua.

"Kenapa harus bersedih? Masih ada Eonni di sini."

Aku menaikkan kepala, melihat Eonni yang sedang mencari sesuatu di dalam tas merah muda miliknya. Dia mengeluarkan secarik kertas, kemudian memberikannya padaku.

"Apa ini?"

"Pakai saja dulu. Kamu bisa mengembalikannya kapanpun." Dia tersenyum dengan indahnya. "Ah ya, satu hal lagi. Kabari Eonni ketika sudah selesai. Eonni akan menjemputmu."

Éros: The Magical BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang