Un Village? Siapa yang tidak mengenalnya? Semua pasti akan terpesona dengan pemandangan aliran Sungai Han yang mengalir dengan cantik, juga Gunung Namsan yang memancarkan aroma ketenangan. Dan semua itu bisa kita lihat di sini. Di Un Village. Di tempat kakiku berpijak saat ini.
"Tidak mau turun?" Suara Daniel membuyarkan lamunanku. Aku hanya mengangguk. Namun, diriku masih terpaku. Terpesona akan pembandangan sekitar. Aku tidak percaya, aku benar-benar berada di sini.
"Ayo!" Daniel membukakan pintu untukku. "Ada apa? Ayo, turunlah." Dia tersenyum simpul, sementara aku tersenyum menahan malu. Pasti ketahuan norak sekali. Huft!
Aku berjalan di atas jalan setapak di antara bunga-bunga yang bermekaran. Mataku yang terlalu terpesona, membuat kakiku memperlambat gerak. Dan sungguh gentle lelaki di sampingku ini. Dia pun ikutan memperkecil jangkauan langkahnya. Membuat kami berjalan beriringan.
Kami sampai di depan pintu utama rumah mewah yang tinggi menjulang. Daniel memasukkan kata sandi, sementara aku tak tahu harus melihat ke arah mana.
Aku kembali melihat sekeliling. Namun, mataku tanpa sengaja menangkap deret angka yang sedang ia tekan. Aku terkejut. Bukan saja karena mata nakalku yang melanggar privasi orang, tetapi juga karena angka-angka itu. Ia hanya menekan dua angka kemudian mengulanginya. Eh, tunggu! Itu kan angka...
"Selamat datang di rumah, Hara-ssi." Daniel tiba-tiba menoleh kepadaku. Secepat kilat, aku segera mengalihkan pandangan. Kemudian kembali menatapnya. Dia tersenyum. Aah, untunglah dia terlalu polos untuk menangkap basah aku.
"Anda sudah datang, Tuan?" Seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan kami. Dia melihatku dengan tatapan heran.
"Dimana Ori?" Ori adalah salah satu kucing kesayangan Daniel yang senantiasa menemaninya. Daniel sangat menyayangi kucing bercorak cokelat belang itu. Dia seringkali mengunggah foto kebersamaanya dengan Ori di media sosial. Dan aku senantiasa menjadi orang pertama yang menyukai dan memberikan komentar. Hehe...
Ah ya, tadi saat di mobil, Daniel sempat bercerita. Dia bilang, bibi menelepon karena Ori tiba-tiba muntah dan menolak makan. Bibi ingin membawa Ori ke dokter hewan, tapi dia ingat Daniel tidak suka rumah sakit atau semacamnya. Jadilah dokter hewan itu yang dipanggil untuk memeriksa Ori di rumah ini.
"Jadi, ada apa dengan Ori, dok?"
"Ini penyebabnya." Dokter itu mengangkat sebuah gulungan kecil berwarna abu-abu. Gulungan yang tampak tak asing untukku. "Saya rasa, kucing Anda terlalu gemas dan menyukainya, sampai-sampai potongan benang itu masuk ke dalam makanan yang Ori makan, dan membuatnya tersangkut. Namun, untungnya ia tersedak, sehingga memuntahkan potongan benang itu. Sekarang, Ori sudah tidak apa-apa."
"Aah, syukurlah." Daniel menghela napas. "Benar, Dok. Dia memang suka sekali pintalan benang ini. Sejak beberapa waktu lalu saya mendapatkan hadiah ini dari penggemar, Ori selalu bermain dengannya. Bahkan, saya seringkali diabaikan karena pintalan ini." Gulp. Pintalan itu? Pintalan itu dariku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Éros: The Magical Blue
Fanfiction"Bbibbidi Bbobbidi Boo" Kau percaya kesaktian mantra itu? Karena aku iya. Sebelum pemantra meracuni keajaibanku...