2 : Rendez-vous

21 3 0
                                    

"Eonni, Eonni! Tolooooong, dia nakal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eonni, Eonni! Tolooooong, dia nakal." Seorang anak perempuan berlari menghindari anak laki-laki yang mengejarnya. Memohon perlindungan pada sang gadis yang sedang duduk di bawah ayunan pohon tua.

"Suda, suda, tidak bole lari-lari. Nanti jatu." Katanya manis nan lucu.

"Ih kak, bukan gitu ngomongnya. Sudah, boleh, jatuh. Coba ikuti!" Ujar si anak laki-laki berambut ikal.

"Kamu nih, nyuruh-nyuruh aja. Terus manggil kak. Salah loh, yang benar itu Eonni." Protes si anak perempuan.

"Ya suka-suka dong. Lagian kan orang Indonesia memang manggilnya kakak, bukan panggilan aneh kayak tadi itu." Ujar anak laki-laki tak mau kalah.

"Ish looooohhhhh....." si anak perempuan sebal. Ia memanyunkan bibirnya, membuat orang yang meledeknya tertawa.

Samar, terdengar suara tanpa wujud.

"Hara, banguuuuunnnnn!!!!"

"Hoooammm..." Aku kembali ke dunia nyata. Kubuka mata dan kurentangkan sayap-sayap patahku (baca: tangan). "Eh, Mi Ran. Hehe, iya aku bangun nih. Memang, sudah pukul berapa sih?"

"18.30. Ayo bangun! Jadi pergi, gak nih?"

"Eh iya ya. Lupa, hehe.."

"Ya sudah, cepat bangun. Jangan sampai kita pulangnya kemalaman."

"Memangnya kita mau kemana sih?" Sunny yang sedang mengecat kuku kakinya dengan corak berwarna-warni pun bertanya.

"Ada deh. Salah satu tempat yang wajib dikunjungi." Jawabku sembari mengulet di atas kasur empuk.

"Gak ada tempat semacam itu di sini." Kali ini giliran Si Cenayang yang mengangkat suara. Dia menjawab dengan mata tertutup. Mungkin sedang melamuni nasib, pikirku.

"Ada tauuu." jawabku sembari melempar bantal ke arahnya.

"Eh apaan sih lempar-lempar. Bau iler."

"Ya bodo, wlek." Sembari melet aku berlari menuju kamar mandi.

"Eh, bentar." Aku menghentikan langkahku. Teringat akan mimpi tadi. "Tadi aku mimpi aneh. Itu seperti nyata, seperti pernah kualami, tapi aku lupa apa itu benar-benar terjadi."

"Mimpi apa?" Si Cenayang penasaran.

"Ada aku, temanku, dan satu gadis yang tak kukenali. Wajahnya tak asing, tapi aku tidak bisa mengingatnya. Siapa ya dia?"

"Mungkin, roh jahat."

"Buset dah lu, kalo ngomong ya ngeri bener. Nyesel deh ngomong sama lo. Dasar cenayang!" aku memasuki kamar mandi kemudian menutup pintu. Untung teman, pikirku.

Oh ya, sebulan sudah aku melewat hari di SNU. Bersama dengan para penghuninya, juga bersama dengan tiga orang yang bisa dibilang sebagai keluarga baruku.

Éros: The Magical BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang