6 : 괜찮아?

18 3 2
                                    

Hari ini mentari menyinari alam dengan hangatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini mentari menyinari alam dengan hangatnya. Menyebabkan balutan putih di pohon pinus perlahan mencair. Sementara satu dua pohon lainnya menampakkan perhiasan berharganya. Bayi-bayi bunga mulai terlihat menggemaskan di antara dedaunan yang menghijau. Mengapa pohon pinus belum bersemi? Apa perlu waktu yang lama untuk pohon sebesar itu?

Pandanganku kembali kepada pohon pinus di tengah-tengah pohon rindang. Tinggi, besar, dan tampak menakjubkan. Ia berbeda. Mungkin itu yang menyebabkannya istimewa.

"Kasihannya dia."

"Apa, Hara?"

"Eh, nggak, Ran." Sepertinya aku terlalu banyak melamun, sampai tidak sadar bibirku menyeletuk begitu saja.

"Kasihan kenapa?"

"Dia terlihat kesepian." Aku kembali memandangi pohon itu. Memerhatikan salju yang menitik ke arah tanah.

"Hmm. Mungkin, tanpa perlu orang lain tahu, dia bahagia dengan kesendiriannya." Mi Ran mengikutiku yang menatap lurus melewati jendela.

"Tapi nggak ada orang yang bisa bertahan hidup sendiri. Ya kan?"

Mi Ran tersenyum. "Itu pohon, Hara. Bukan orang."

Aku hanya tersenyum simpul mendengarnya. Ya, mungkin memang benar begitu.

"Annyeong!" Seorang lelaki berperawakan tinggi besar memasuki ruangan. "Wah, sudah pada datang, ya? Baiklah ayo kita mulai."

Saat ini, aku Mi Ran, dan beberapa penghuni asrama SNU memang sedang mengadakan rapat. Katanya akan ada perayaan memeringati hari ulang tahun asrama. Aku adalah salah satu panitianya.

Namun bukannya memerhatikan jalannya rapat, diriku malah sibuk berkutik dengan ponsel di tangan. Tidak ada notifikasi apa-apa di sana, tapi entah mengapa tanganku tidak bisa terlepas darinya, mataku juga terus-terusan menatapnya.

"Kamu lagi apa sih? Sibuk lihat ponsel mulu." Mi Ran berbisik kepadaku.

"Eung, nggak..."

Drrtt.

Ponselku yang sedari tadi kuperhatikan, mendadak mengeluarkan sebuah pemberitahuan. Aku mengklik artikel itu. Headline-nya berhasil membuat mataku terbelalak.

"Apa ini, ya Tuhan?" Bibirku menyeletuk lagi. Tampaknya suaraku terlalu keras sampai-sampai beberapa orang menengok ke arahku.

"Apa? Apa maksudmu? Kamu tidak setuju dengan pendapat saya?" Lelaki tadi menatap lurus ke arahku. Matanya tajam sekali.

"Bukan begitu, Seonbae. Bukan maksud saya..."

"Oh, jadi menurutmu pendapat saya tidak bagus, begitu? Hah!" Suaranya semakin meninggi.

"Eung, bukan..."

"Apa? Apa yang mau kau katakan? Mau menyangkalnya? Iya?"

" ... "

Éros: The Magical BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang