Tapi, aku tidak boleh berhenti berjuang. Aku harus terus lanjut apapun yang terjadi. Melihat Taeyong membuatku tidak tega jika harus menyerah sampai disini. Aku terus berlari lebih cepat dan lebih cepat . Nafasku terus memburuk. Aku bahkan merasa seperti orang yang terkena asma dan kesulitan untuk bernapas. Pandanganku mulai kabur. Ah tolong!
Bruk! Aku terjatuh. Taeyong terlepas dari gendonganku. Tangan kananku terkena sebuah batang pohon yang berduri. Sakit sekali rasanya. Aku kemudian mencoba untuk melepaskan duri-duri itu. Perih. Darah mulai bercucuran di lengan kananku.
Aku menengok ke belakang. Taeyong masih belum sadarkan diri. Aku kemudian menggeretnya dan mendudukkannya dibawah pohon yang ada di belakangku. Kebetulan ada sebuah batu besar disana. Jadi, aku bisa menyandarkan Taeyong disana sembari menungguku mencabuti semua duri-duri ini.
Ah, sakit sekali. Aku mengambil sapu tanganku lalu mengelap darah yang keluar dengan sapu tangan itu. Sapu tangan yang mengandung banyak sejarah di dalamnya. Sebuah sapu tangan yang menolongku saat aku sedang terpuruk dulu. Sebuah sapu tangan pemberian Taeyong saat aku masih SMA dulu.
Tiba-tiba saja terdengar olehku suara derap langkah bersepatu dari belakang. Aku menengok dan terkejut melihat komplotan makhluk jahat berkuda yang telah menanti di belakang sana. Tanpa menghiraukan rasa sakit yang tersisa, aku langsung menggendong kembali Taeyong dan berlari untuk menyelamatkan diri.
Komplotan itu terus mengejar hingga aku semakin tak kuasa untuk melangkah. Pandanganku mulai kabur dan tidak fokus. Byurrr! Aku terjatuh tepat di sebuah sungai yang agak dalam. Lagi-lagi Taeyong terlepas dari gendonganku. Aku segera berenang lebih cepat dan membawa Taeyong yang terus terbawa aliran sungai yang lumayan cepat. Aku tersengal-sengal. Tapi, aku takkan menyerah. Aku akan terus berjuang menyelamatkan Taeyong apapun yang terjadi.
"Taeyong, tunggu aku! Aku pasti akan menyelamatkanmu!"
Aku terus berenang sekencang-kencangnya. Taeyong telah mendekati air terjun. Jika aku tidak bisa cepat sampai disana maka nyawa Taeyong akan terancam. Aku harus cepat! Harus!
"Taeyong!"
Hap! Aku berhasil menangkap sosok Taeyong itu dan menariknya berenang bersamaku. Aku menaruh sosok itu diatas punggungku, sementara aku terus berusaha berenang melawan arus yang semakin deras dengan arah yang berlawanan.
Ini susah banget buat ngelawan arus. Aku terus tersingkir oleh arus tersebut. Rasanya aku seperti tidak bergerak sama sekali. Tetap berada di tempat ini. Rasanya berat sekali ingin melangkah. Tapi, aku harus berjuang demi keselamatan Taeyong.
Aku terus berenang dan berenang. Menyusuri aliran sungai tanpa mempedulikan tangan kananku yang semakin sakit akibat bersentuhan dengan air. Deg! Aku melihat 3 buaya besar yang tengah berada di depanku. Agak jauh disana. Mereka sepertinya mengetahui keberadaanku. 3 buaya besar itu kemudian berenang mengarah ke tempatku dan Taeyong. Mereka berenang dari segala arah. Dari sisi kanan, kiri dan depan. Aku harus bagaimana?
Aku kemudian bergegas menuju daratan dan menyeret Taeyong yang masih berada di dalam air. Buaya itu semakin mendekat. Kini 1 buaya besar itu hanya berjarak beberapa meter saja dari tubuh Taeyong. Aku terus menyeretnya. Rasanya semakin berat. Ah! Tangan Taeyong terlepas dari genggamanku. Aku lalu memberanikan diri untuk menyeret kembali dirinya dan membawanya ke daratan. Lagi lagi aku gagal.
Buaya itu semakin mendekat. Kini ada 2 buaya yang ada disana. Bersiap-siap untuk menjadikan Taeyong sebagai santapan lezat mereka. Dengan penuh perjuangan aku terus menyeret tubuh yang tak berdaya itu. Berhasil! Aku kemudian segera menggendong Taeyong dan berlari dari tempat buaya itu berada.
Aku mendengar suara orang terbatuk. Itu Taeyong. Ia kemudian mengeluarkan air dari mulutnya. Kelihatannya ia sudah sadar. Aku menengok dan mendapati Taeyong yang sudah membuka matanya. Aku senang sekali.
"Dimana aku?" - Taeyong.
"Kau sekarang aman, Taeyong. Aku membawamu pergi dari rumahmu. Sekarang kita sedang berada di dalam hutan. Aku tidak tahu dimana jalan keluarnya. Apa kau bisa memberitahuku?" - Ji Eun.
Aku tidak mendengar adanya jawaban lagi. Taeyong pingsan lagi. Komplotan itu semakin mendekat kearahku. Aku semakin panik. Sementara itu di depan sana ada 2 ular phyton yang tengah tergelatak memenuhi jalan. Apa yang harus aku lakukan sekarang?
To be continued...

KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kosong
FanfictionSebuah cerita misteri penyebab dimutilasinya Ibunda Lee Ji Eun, ruang kosong dan berbagai kasus misteri sekaligus horror yang akan disajikan dalam satu buku.