"Kak Ji Eun, jaga dirimu baik-baik. Dan juga teman-teman. Maafkan aku karena aku gagal membantumu." ucap arwah Taeyong dari belakang gerombolan teman-temannya.
Aku dan teman-teman Taeyong telah sampai diluar. Matahari sudah menerbitkan cahayanya. Jam telah menunjukkan pukul 6 pagi. Aku berjalan menuju mobilku seraya terus memandangi tempat dimana aku menyaksikan kejadian dibunuhnya Taeyong tadi.
"Mana kunci mobilmu? Biar aku saja yang mengemudi." tanya Namjoon.
"Ah, iya. Ini." aku memberikan kunci mobilku pada Namjoon.
Aku terus memandangi tempat itu. Darah mengalir membanjiri hampir setengah dari halaman itu. Aku tak kuasa menahan air mataku. Aku terus menangis. Tiba-tiba saja teringat olehku kenangan di masa lalu saat aku bermain dengan gembira bersamanya.
"Kak Ji Eun, cepatlah masuk. Kita harus pergi segera dan melaporkan hal ini pada polisi." ucap Namjoon dari kursi kemudi.
"Iya."
Mobil mulai melaju meninggalkan rumah besar Taeyong. Aku terus menatap rumah itu seolah-olah tak mau berpisah darinya. Dari dalam mobil, kulihat sosok Taeyong yang terlihat sangat sedih melambaikan tangan padaku dari dalam rumahnya. Tatapan matanya seperti mengisyaratkan 'jangan pergi'.
"Taeyong!!" panggilku seraya terus menangis sesunggukan.
Mobil terus melaju. Bayangan rumah Taeyong semakin menghilang. Semakin menjauh hingga aku tak dapat lagi melihat wujudnya.
Aku membuka kembali ponselku. Ku lihat kembali foto-foto kebersamaanku dengan Taeyong saat terakhir kali makan bersama di kantin sekolah. Terlihat begitu lucu dan menyenangkan. Hari itu kebetulan guru kelasku dan Taeyong sedang rapat. Jadi, otomatis tidak ada guru yang mengajar. Saat itu aku tengah duduk di kelas 3 SMA dan Taeyong masih kelas 1.
Aku dan dia berencana untuk bertemu di kantin untuk makan siang bersama ramai-ramai dengan teman yang lain. Setelah makan siang selesai, salah seorang temanku, Yoongi mengajak untuk bermain game. Dan yang kalah akan diolesi saus tomat di mukanya. Aku lupa game apa itu. Yang jelas saat itu Taeyong kalah dan dia mesti diolesi saus tomat di wajahnya. Semua teman terbahak-bahak melihat Taeyong yang awalnya sangat tampan berubah menjadi badut dengan wajah yang hampir dipenuhi saus tomat. Ditambah ia juga bertingkah lucu bak komedian yang membuat aku dan teman-teman tidak bisa berhenti tertawa.
Aku tersenyum melihat semua foto-foto kenangan itu. Tapi, aku juga sedih karena kini Taeyong telah pergi untuk selamanya dan mustahil untuk dapat kembali lagi. Dalam hati aku terus berdoa agar ia tenang dan damai disana tanpa harus mengkhawatirkan masalah-masalah yang datang silih berganti.
Aku terus lanjut melihat foto-foto kenangan di masa lalu saat Taeyong masih hidup. Aku sangat merindukan masa-masa itu. Ingin rasanya aku kembalikan semua masa lalu itu. Ingin juga rasanya aku mengembalikan nyawa Taeyong yang telah terenggut. Semua ini gara-gara aku! Akulah penyebab tewasnya Taeyong! Andai waktu bisa kuulang kembali, aku tidak akan melakukan sesuatu yang membuat nyawa Taeyong berada dalam bahaya. Aka menyesali semua yang telah terjadi. Sungguh!
Dalam sehari aku telah kehilangan 2 orang dekat dalam hidupku. Ibu dan Taeyong. Oh Tuhan, mengapa aku harus mengalami kejadian ini? Mengapa Engkau membiarkan orang jahat ita membunuh Ibu dan Taeyong? Mengapa Engkau tidak menyelamatkan mereka berdua? Mengapa?
"Hiks... Hiks..."
"Kak Ji Eun, aku tahu ini berat buatmu. Terlebih dia adalah temanmu dari kecil dan kalian sangat dekat bagai kakak beradik. Kita sebenarnya sama, Kak. Aku juga belum bisa menerima kenyataan bahwa Taeyong telah tiada." ucap Namjoon sambil terus mengemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kosong
Hayran KurguSebuah cerita misteri penyebab dimutilasinya Ibunda Lee Ji Eun, ruang kosong dan berbagai kasus misteri sekaligus horror yang akan disajikan dalam satu buku.