Part 2

30 2 8
                                    

Pria itu semakin dekat. Kini dia sudah berada dengan jarak beberapa meter dariku.

"Aaaa!"

Pria itu menghunuskan pisaunya tepat kearahku. Aku terkulai lemas dengan menutup wajahku dengan kedua tanganku.

Bruk! Hunusan pisau itu mengenai objek yang berada di belakangku. Untung saja aku bisa segera menghindari hunusan pisau itu. Secepat kilat aku langsung berdiri dan berlari menuju pintu belakang. Seingatku kunci pintu belakang tidak pernah dipindah ke lain tempat. Aku berhasil membuka pintu dan kabur. Aku selamat! Aku terus berlari menuju garasi, menyalakan mesin mobil dan pergi secepat mungkin dari lokasi. Beruntung sekali kunci mobil itu masih ada dalam saku celanaku.

Aku mempercepat laju mobilku menuju rumah seorang teman yang mungkin bisa memberiku sedikit bantuan mengenai kejadian yang aku alami. Sepanjang perjalanan aku tak henti-hentinya menatap kaca spion, memastikan bahwa pria itu tak mengejarku.

15 menit kemudian, akhirnya aku sampai di rumah Taeyong. Aku sembari menutupi kepalaku dengan tanganku langsung berlari ke depan gerbang rumahnya dan memencet bel. Tak lupa aku juga menelponnya agar ia bisa segera datang untuk membukakan pintu.

"Halo, Kak Ji Eun. Ada apa kau..."

Belum sempat Taeyong melanjutkan pertanyaannya, aku langsung menyelanya.

"Keluarlah sekarang! Aku ada di depan rumahmu! Tolong bantu aku! Aku takut sekali!" jawabku sangat ketakutan.

"Baiklah. Tunggu sebentar. Aku akan datang."

Telepon ditutup. Hujan masih belum reda. Masih gerimis. Namun, suasana disini jauh lebih baik dari suasana rumah yang begitu mencekam. Ditambah dengan adanya sosok pria psikopat yang tengah mencoba untuk membunuhku.

"Kak Ji Eun, ayo masuklah."

"Iya. Aku akan membawa mobilku masuk." jawabku masih gemetar.

Taeyong membuka lebar gerbangnya. Aku segera masuk dan memarkirkan mobilku di tempat yang bersebelahan dengan mobil Taeyong dan 1 mobil lain yang merupakan milik orang tuanya.

"Ayo masuk, Kak." Taeyong merangkulku yang masih gemetaran karena takut.

Taeyong membawaku masuk ke dalam rumahnya dan menyuruhku duduk. Aku masih merasakan takut yang luar biasa. Jantungku terus berdegup dengan kencangnya. Begitu juga dengan nafasku. Namun, setidaknya aku sudah merasa lebih baik karena aku telah berhasil kabur dari pria itu.

"Ada apa, Kak? Ceritakan padaku apa yang terjadi. Kau terlihat begitu pucat dan cemas. Aku bahkan bisa mendengarkan suara detak jantungmu."

"Aku... Aku... Aku takut sekali." ucapku terbata-bata.

"Tenangkan dirimu dulu, Kak. Aku akan mengambilkanmu segelas air. Tunggu sebentar."

"B.. B.. Baiklah."

Aku berdiri dan melangkah menuju jendela. Ku buka sedikit tirainya untuk melihat keadaan diluar sana. Jam menunjukkan pukul 1:30 dini hari. Suasana semakin mencekam ditambah adanya suara lolongan anjing yang menyerupai suara lolongan kawanan serigala.

Aku terus mengamati suasana luar dan memastikan kembali bahwa tidak ada apapun yang mencurigakan diluar sana. Duar! Bunyi petir kali ini lebih keras dan dahsyat dari sebelumnya. Lampu rumah Taeyong kemudian berkedip-kedip dan akhirnya padam. Aku yang terkejut spontan berteriak. Aku segera menutup tirainnya dengan cepat dan menyalakan flash pada ponselku.

"Ah!" teriakku lagi ketika ada seseorang yang menyentuh bahuku dari belakang.

"Kak Ji Eun, ini aku. Taeyong."

Ruang KosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang