"Hutan itu sangat berbahaya. Jika kalian salah langkah sedikit saja, nyawa kalian akan jadi taruhannya."
* * *
"Kak Ji Eun." panggil Wendy dari belakang.
"Kak, apakah kau baik-baik saja?" tanya Wendy sekali lagi seraya menepuk bahuku pelan.
Aku terus duduk memeluk kedua lututku. Air mata terus berjatuhan membanjiri pipiku.
"Hiks... Hiks..."
"Ah kau masih menangisi kepergian Ibumu dan Taeyong?"
Wendy kemudian duduk di sampingku. Menyelimutiku dengan selimut pink tebal kemudian memelukku dengan erat.
"Sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama, Kak. Aku belum bisa merelakan kepengian Taeyong yang secepat ini."
Ku rasakan Wendy menangis. Air matanya dengan perlahan menetes diatas bahuku. Aku juga mendengar isakan tangis yang berusaha ditahannya.
"Kau tidak perlu menahannya, Wendy. Menangislah jika kau ingin. Setidaknya beban yang kau pikirkan akan terasa lebih ringan dan kau juga bisa merasa lebih baik."
"Rupanya kau mengetahuinya, ya. Maafkan aku. Aku memang sangat sedih. Sangat sedih sekali. Aku tidak bisa membayangkan hari-hari ke depan setelah dia tiada. Hiks... Hiks..."
Wendy mengeluarkan selembar foto polaroid dari dalam sakunya. Tampak sosok Taeyong tengah asyik berselfie ria dengan filter anjing yang imut. Ia tersenyum dengan sangat manisnya. Membuat tangisanku semakin pecah saja.
"Taeyong... Ibu... Aku merindukan kalian berdua. Aku mohon kembalilah. Kehadiran kalian berdua sangat berarti untukku."
"Andai waktu dapat diputar ulang, aku dan tim akan segera datang untuk menyelamatkan nyawa Taeyong. Namun sayang, aku terlambat datang. Aku dan tim datang setelah mengetahui bahwa Taeyong telah tewas secara mengenaskan dibantai oleh seorang pria berhati iblis!"
"Dan pria yang sama juga lah yang telah membantai Ibuku pada malam kemarin. Aku benar-benar geram. Salah apakah Ibu dan Taeyong hingga orang itu tega membantainya secara kejam?" lanjutku dengan masih berlinangan air mata.
"Wendy, Ji Eun cepatlah masuk! Hari sudah larut malam! Akan ada banyak kekuatan jahat diluar pada jam segini." ucap Hani cemas.
"Iya, Kak. Kami akan masuk."
Aku dan Wendy buru-buru masuk ke dalam rumah Kak Hani. Untuk sementara, aku dan Namjoon cs akan tinggal di rumah Kak Hani. Karena disitulah kami akan dapat bernafas lega tanpa memikirkan adanya serangan kejahatan kembali.
Hani dengan perasaan takut langsung buru-buru menutup pintu dan menguncinya serapat mungkin. Tak lupa ia pasang sebuah salib dan rosario yang mengandung elemen doa-doa suci agar mereka semua selamat tanpa terserang bahaya apapun.
Jam telah menunjukkan tengah malam. Terdengar suara ayam berkokok yang terus bersahutan. Juga terdengar suara lolongan kawanan serigala dari atas bukit yang agak jauh dari tempat tinggal Kak Hani dan keluarganya.
"Ada suara ayam berkokok dan lolongan kawanan serigala. Pertanda apakah ini?" tanyaku cemas bukan main.
"Itu pertanda bahwa ada sekelompok iblis jahat beserta bala tentaranya yang sedang mencari mangsa. Tapi, kita tidak perlu takut. Karena aku telah memasang pengusir iblis di rumah ini. Mereka akan otomatis terpental saat menyentuh dinding rumah ini."
Malam semakin larut. Suasana sekitar semakin mencekam. Aku melihat suasana luar dari dalam kamar melalui jendela. Ku buka sedikit tirainya. Ku rasakan hawa-hawa negatif diluar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kosong
FanfictionSebuah cerita misteri penyebab dimutilasinya Ibunda Lee Ji Eun, ruang kosong dan berbagai kasus misteri sekaligus horror yang akan disajikan dalam satu buku.