1. Halte.

510 90 29
                                    

Entah apa yang salah dengan langit hari ini. Kota Jakarta sedang diguyur hujan deras, membuat Nara harus meneduh di tempat terdekat. Nara sudah hafal dengan letak tempat di sekitarnya, ia tidak pernah pergi jauh-jauh dari rumahnya. Nara meneduh di sebuah halte, ia berjalan dengan hati-hati untuk duduk.

Nara hampir saja tersandung kalau seseorang tidak menahannya. Nara mengucapkan 'terima kasih', sedangkan orang tersebut hanya diam. Mungkin saja orang itu sedang tersenyum. Orang itu menuntun Nara ke bangku yang ada di halte, keduanya duduk bersebelahan.

"Terjebak hujan juga, ya?" tanya Nara pada orang asing yang membantunya. "Iya. Hujannya deras sekali, kalau gerimis aku lewati." Nara tersenyum mendengar jawaban orang asing tersebut.

"Aku Nara Jovanka, namamu siapa?" Nara mengulurkan tangannya, ia tidak tahu ulurannya ke arah benar atau salah. Orang asing itu menjabat tangannya, ia menjawab, "saya Arion Langit Adinata. Panggil saja Langit." Nara mengangguk mengerti.

Tatapan Nara fokus ke depan, sedangkan tatapan Langit fokus pada Nara. Netra hazel Nara membuatnya kagum. Wajah Nara dengan netra hazel tersebut adalah perpaduan yang pas.

"Langit, menurutmu hujan itu bagaimana?" Langit menatap hujan deras yang mengguyur kota Jakarta. Ia tersenyum sebelum berucap.

"Hujan itu indah. Hujan bisa menjadi tempat kita menangis, ia pandai menutupi air mata kita. Terkadang melihat hujan membuatku mengingat kenangan. Entah itu kenangan manis atau kenangan pahit." Nara tersenyum mendengar ucapan Langit. Nara selalu tenang ketika mendengar suara hujan. Nara suka sekali dengan hujan.

Keduanya diam, tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun sampai hujan berhenti.

"Sampai jumpa lain waktu." Itu adalah kalimat terakhir yang Langit katakan pada Nara. []

HAPPY ENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang