Beberapa hari setelah Nara dan Langit bertemu.
Ibu Langit menemukan Langit tidak sadarkan diri di kamarnya. Langit dibawa dan dirawat ke rumah sakit. Keluarga Arin yang sudah mengetahui ikut hadir ke sana. Orang tuanya menangis karena kondisi Langit. Langit yang dulu seringkali membuat orang lain bahagia, sekarang terbaring lemah. Arin masuk ke ruang rawat Langit, menggenggam tangan temannya yang terasa sedikit dingin.
"Langit, kamu tidak akan berhenti berjuang sekarang, 'kan? Ini baru beberapa hari setelah kamu bertemu Nara," katanya dengan senyum yang paling menyedihkan. Arin belum bisa menerima jika Langit benar pergi, hari ini juga. Ia masih ingin bertukar gurauan dengan sahabatnya, ia masih ingin tersenyum bersama sahabatnya.
Mata Langit perlahan terbuka. Saat melihat Arin, ia hampir saja tersenyum. Tetapi Arin bicara jangan senyum. Arin tidak mau melihat senyum lemahnya. Langit balas menggenggam tangan Arin.
"Arin, orang tua saya?" Arin mengerti maksud Langit. Ia memanggil orang tua Langit untuk masuk ke dalam. Ibu Langit berdiri di samping ranjang anaknya. Air mata mengalir deras di wajahnya. Langit menghapus air mata yang mengalir di wajah Ibunya.
"Ayah, saya harap, Ayah tidak akan membuat Ibu menangis seperti saya." Ayahnya mengangguk, ia berjanji tidak akan membuat istrinya menangis. Langit beralih menatap Arin, menyuruh Arin untuk mendekat.
"Kenangan dari saya untuk Nara, masih kamu simpan, kan?" Arin mengangguk di sela-sela tangisannya. Langit benci melihat Arin menangis. Langit benci melihat Ibunya menangis. Langit benci siapapun yang menangis dihadapannya. Tangannya tergerak untuk menghapus air mata sang sahabat.
"Hei, kalaupun saya pergi, kamu ingat ucapan saya, 'kan?" Arin tidak menjawab. Arin membutuhkan Langit, bukan hanya ucapan Langit! Ia sudah menganggap Langit sebagai kakaknya sendiri. Kenapa Langit harus pergi?
"Ibu, Ayah... saya rasa, sebentar lagi waktunya?" Ibunya menggeleng tidak terima.
"Langit, tolong jangan bicara macam-macam..." Langit mengusap pipi Ibunya dengan lembut. Ia menggeleng tidak suka melihat Ibunya sedih.
"Ibu bisa bertemu saya di surga nanti." Langit tersenyum setelah bicara seperti itu. Arin tidak bisa berkata apa-apa lagi, hatinya terlalu sakit melihat senyum Langit. Senyum Langit seolah berkata bahwa ia baik-baik saja.
"Sesudah ini... saya minta Ibu, Ayah, dan Arin, untuk bahagia selalu. Ini... permintaan terakhir saya," katanya. Perlahan, mata Langit menutup. Elusan pada pipi Ibunya berhenti. Tangannya terkulai lemas di ranjang. Ia tersenyum dalam tidurnya. Mengabaikan tangis yang mulai kembali terdengar.
Langit pergi untuk selamanya. []
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ENDING
FanfikceNara ingin pertemuannya dengan Langit menghasilkan sebuah kebahagiaan. Nara ingin ia dan Langit memiliki akhir yang baik. Tetapi... apa yang bisa Nara lakukan jika takdir berkata lain? JEON JUNGKOOK FANFICTION. Lokal! AU [COMPLETE]