10. Halte dan Pertemuan Terakhir.

174 54 6
                                    

"Hai, Nara. Kita ketemu lagi, hehe. Bedanya, sekarang tidak hujan." Nara jelas tahu suara ini. Suara yang diam-diam ia rindukan sejak beberapa hari lalu. Langit mendekatkan dirinya dengan Nara, menarik Nara untuk masuk ke dalam pelukannya. Nara sendiri membeku selama beberapa menit, pada akhirnya balas memeluk Langit dengan erat. Tongkat yang ia bawa jatuh begitu saja. Serindu ini ia dengan Langit.

Arin yang melihat keduanya ikut tersenyum. Matanya berkaca-kaca, mengingat kalau mungkin saja ini pertemuan terakhir keduanya. Arin tahu, Nara jatuh hati pada Langit. Nara selalu bercerita jika Arin berkunjung ke rumahnya. Perlahan, air mata mengalir dari mata indah Arin. Seharusnya yang menangis Langit, tetapi kenapa Arin? Arin tertawa pelan, menghapus air mata yang mengalir di wajahnya.

"Kak Arion, menghilangnya lama sekali? Kakak ke mana saja?" Nara melepas pelukan keduanya. Langit tersenyum mendengar pertanyaan seseorang yang sudah mengambil hatinya tersebut. Ia mengelus pipi Nara sebelum menjawab.

"Saya ada keperluan penting, hehe." Nara mengangguk mengerti. Hening menyelimuti keduanya, bahkan Arin hanya menatap— tidak berniat sama sekali untuk membuka mulut.

"Nara, kalau saya bicara saya cinta kamu... apa kamu percaya?" Nara terkejut. Jadi... perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan?

"Aku percaya," jawabnya dengan yakin. Langit tersenyum lagi. Ia mengusak rambut Nara dengan lembut. Kenapa Nara lucu sekali, sih? Dan kenapa keduanya baru dipertemukan pada saat Langit mengidap kanker?

Arin tersenyum melihat interaksi keduanya. Langit terlihat bahagia dihadapan Nara. Langit menyuruhnya untuk mendekat, kemudian mengulurkan sebuah kamera. Arin mengerti apa yang diinginkan Langit, ia sedikit menjauh dari keduanya, kemudian memberi aba-aba.

"Arahkan saja pandangan kamu kedepan. Jangan lupa tersenyum, oke?" Nara mengangguk. Jarinya mulai membentuk huruf V, bibirnya mulai melukis sebuah senyum. Langit ikut tersenyum, menarik pipi berisi Nara. Arin mulai mengambil foto Langit dan Nara. Tersenyum gemas saat melihat hasil fotonya.

"Kakak jangan tarik pipiku, dong!" katanya dengan nada kesal. Langit tertawa pelan, tawa yang akan selalu Nara ingat. Arin tersenyum sebelum pergi dari sana, membiarkan keduanya menghabiskan waktu berdua.

Sekarang, giliran kita yang pergi. Membiarkan keduanya menghabiskan waktu bersama. Biarkan Nara dan Langit bahagia, walau hanya sebentar, tapi tidak apa. []

HAPPY ENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang