Gadis---atau wanita itu sedang membereskan kekacaun di pusat kota yang sudah diobrak-abrik oleh villain secara tiba-tiba, melibatkannya juga dalam pertarungan.
Dan hal paling menyebalkan baginya adalah tempat ini yang merupakan tempat paling beresiko dirinya bisa bertemu si pahlawan kesukaan para wanita di seluruh Jepang. Momo muak. Ingin mengutuk lelaki itu agar mati terserang villain sekalian.
"Oh ada kau juga disini Yaoyorozu."
Hawa panas yang dia rasakan tiba-tiba mendingin, dibalik tubuhnya lelaki yang paling ia hindari hadir menyapanya lebih dulu. Sikap dinginnya saat menempuh pendidikan sekolah menengah entah tertelan kemana.
Dia berbalik dengan senyum yang dipaksakan, sudah berulang kali ia lontarkan tak ingin satu medan pertarungan dengan lelaki ini tanpa kata-kata, tapi tetap saja ia kembali mencoba bertegur sapa dengannya.
"Ah pahlawan kesukaan para wanita ada disini juga rupanya,halo Todoroki-san."
Perkataan sopan nan berbau sarkasme ia jual belikan. Ingin cepat-cepat pergi dari situasi itu."Aku bukan pahlawan para wanita, kau wanitaku."
Momo jengah mendengar bualan lelaki itu, sudah cukup mendengar rayuan anehnya kalau berpapasan saat pulang kerja, dia ingin merobek telinganya saja.
"Ahaha lucu sekali seperti bokser polkadotmu ya Todoroki-san."
Beberapa rekan kerja lelaki itu tertawa dengan sangat gahar, melupakan ekspresi kecut yang ia tunjukan. Manik heterokromatiknya menajam menusuk onyx sang gadis di seberang yang tak ambil pusing tentangnya.
"Ah rupanya kau mau mencucikan bokserku segala? Aku sih lebih senang kalau kau memandikan tubuhku sekalian." Tambah ganas, ucapan tak patut keluar dari lelaki itu. Momo tak sanggup mendengarnya lagi, dasar mulut kotor.
Dia melangkah mendekat, lalu menciptakan tongkat panjang yang ia geplakan langsung pada surai merah si lelaki. Kayu dari tongkat ditangkap pemuda yang kini menyengir ke arahnya.
"Istri tak boleh kasar pada suami Yaoyorozu." Bisiknya dengan senyum lebar yang sepertinya langka sekali.
"Istri? Bermimpi terus sana berengsek." Bibirnya menolak secara lugas, lalu pandangan itu menajam menguliti sepasang heterokrom yang masih menatap tubuhnya tak berkedip. Pandangan tak bersahabat Momo dibalas tatapan lembut Shouto.
Dia jengah, muak pada lelaki sok tampan itu--walau kenyataan.
"Sampai kapan kau mau menghindariku terus?"
"Sampai kau mati, Todoroki-san." Dia tersenyum manis, disebaliknya banyak umpatan kasar yang tertuju pada lelaki itu.
Momo terlalu lelah bertemu mantan prianya. Dia ingin memiliki kehidupan sendiri.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dream
FanfictionMimpi Momo hanya ingin hidup tenang, memiliki sebuah keluarga harmonis dan menjalani hari-hari yang menyenangkan. Mungkin tanpa kehadiran Shouto didalamnya. story by @diesdary *picture bukan milik saya, diambil dari pinterest.