Heteronya melirik seberang, ada Izuku yang sama terengah mencoba menghadang. Apa lagi sekarang? Keadaannya sangat buruk. Sejak kapan jadi situasi yang tak mengenakan begini. Saling bersitegang dengan tatap lamat yang mengintimidasi satu sama lain.
"Sebaiknya kau menyerah Todoroki-kun!"
Gelegar perkataan si surai lumut membuatnya mendecih pelan. Apa-apaan todongan barusan?
"Tak akan sekalipun Midoriya."
"Kau cukup keras kepala juga."
Seretan kaki Izuku menderap statis menuju arahnya. Shouto terpaksa mundur dengan genggaman tak kosong. Apapun yang terjadi dia tak akan menyerah pada Izuku, sekalipun akan timbul keributan yang menjadi.
"Pergi Midoriya. Ini wilayahku."
Kelereng zambrud menajam, menusuk menghujam heteronya yang ikut membola. Sumpah serapah ditahan apik oleh lidah. Dia tak akan mungkin terintimidasi oleh Izuku. Dia adalah Todoroki Shouto!
"Bersiaplah Todoroki-kun aku akan membuatmu menyerah!"
Kaki jenjangnya mundur ke belakang, sementara Izuku tengah berlari mencoba meraihnya. Hawa disekitar mereka memanas seketika.
Hampir sekali sejengkal sebelum Izuku sempat menjangkaunya, sebuah tisu wajah berukuran besar menghantam wajah Izuku. Sekaligus memental ke wajah Shouto juga.
"Berhenti berebut sereal kalian berdua! Dan kau Kusodeku! Cari produk lain kan bisa?!"
Shouto menghela nafas lega, tak apa wajah tampannya disaduk dengan tisu bermerek alfaapril oleh Katsuki, yang penting sereal penentu kehidupannya masih bertahan dari rebutan rekannya yang menggila barusan.
"Tapi Kacchan! Itu kesukaan Kaji-kun!"
"Kau adalah suami, masa iya takut pada istri gara-gara tak dapat sereal untuk anakmu!"
Shouto mengangguk-angguk, hampir dia melenggang pergi, sebelum kerah belakangnya ditarik oleh Katsuki.
"Jangan pergi sebelum membelikanku plester setengah-setengah sialan!"
"Ta-tapi!"
"Aku tak mau tau, carikan plester seperti yang diinginkan oleh anakku! Hello kitty!"
Shouto merinding karena nada mengerikan yang digunakan oleh Katsuki saat berbisik barusan.
"O-osu."
...
Pintu depan dibuka, lalu sebuah pelukan dikedua kakinya terasa amat erat. Di depannya seorang wanita muda berdiri berkacak pinggang.
"Kau beli serealnya Shouto?"
"Beli kak."
Dia berjongkok menggendong dua makhluk manis yang merengek ke arahnya. Sementara wanita itu mengambil belanjaannya yang banyak.
"Gendong~"
"Menunggu lama ya?"
Dua bocah laki-laki mengiyakan pertanyaannya barusan, yang satunya tersenyum cerah sementara yang lain mengangguk lemah. Ekspresi datar terpampang di parasnya sedikit mirip dengan rupa Shouto dulu.
"Ayo masuk."
Shouto mengekori kakaknya yang langsung masuk ke dapur. Dia menurunkan anak kembar yang ribut saat melihat kakaknya sibuk mengeluarkan belanjaannya.
"Jadi, serealku mana?"
"Uhm? Ada di dalam, coba cari yang benar Shougo."
"Tak ada!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dream
FanficMimpi Momo hanya ingin hidup tenang, memiliki sebuah keluarga harmonis dan menjalani hari-hari yang menyenangkan. Mungkin tanpa kehadiran Shouto didalamnya. story by @diesdary *picture bukan milik saya, diambil dari pinterest.