Dia berbalik sebelum pergi, dapat ia lihat wajah aneh gadis itu yang tak jadi memakan sarapan, hanya karena e-mail ia membuat mood dihari libur Momo berubah, sungguh ia baru sadar sebegitu berengseknya seorang lelaki bernama Shouto Todoroki.
"Omong-omong Todoroki."
Ia terkesiap. "Iya?" refleks menjawab.
"Carilah gadis yang selalu mengerti dirimu yang sering bertindak diluar prediksi, kau bahkan masih mengenakan sandal saat berangkat kerja begitu." Cengiran singkat Momo sungging, dia sangat tak suka melihat pemuda itu berpakaian seenaknya.
Lalu melanjutkan acara sarapan, dia berpaling, tak mau melihat senyuman tulus yang di sungging Shouto. Pemuda itu diyakini sangat berbunga-bunga.
"Doakan aku mendapatkan yang lebih baik darimu, kalau memang masih ada."
Pintu tertutup, konversasi diantara mereka terputus.
Momo dengan pikiran melayangnya soal calon istri Shouto. Dan pemuda itu yang masih menggenggam kukuh pendiriannya.
...
"Shineeee! Dasar baju melayang!" Momo hampir terjungkal kalau saja tak refleks memegang sandaran tangga.
Teriakan menyambut telinganya saat ia masuk agensi pagi ini, apa-apaan dengan keadaan kantor yang bising oleh teriakan tak beradab Katsuki.
Ini bahkan masih terlalu pagi untuk memuntahkan sumpah serapah.
"Bakagou-kun nyebelin! Aku kan menumpang sampai sini untuk mengunjungi Momo-chan, dasar pelit!" Dua sejoli menjadi alasan Momo menutupi telinganya dengan headphone yang baru saja ia ciptakan.
"Hah? Baka? Kau mau mati hah? Sialan!" umpatan seakan menjadi backsound Momo berjalan. Gadis itu hafal diluar kepala pada setiap ucapan songong nan menyebalkan Katsuki.
"Dasar calon kekasih baka!" Walau yang terlihat hanya baju yang melayang, Momo yakin Tooru berteriak dengan wajah memerah, dia memang selalu frontal saat menanggapi ucapan lelaki itu.
"Ca-calon kekasih? Beraninya kau sialan! Pulang sendiri sana." Dengan ucapan tandas, Katsuki keluar dan berjalan dengan menghentak, Momo lihat semburat dipipinya, rupanya pemuda itu tak bisa membohongi perasaannya. Walau begitu sepertinya tentang pulang sendiri yang ia tunjukan untuk Tooru benar adanya, Katsuki terlihat menghilang masuk kedalam mobilnya.
"Aku bisa meminta jemput pada Ojirou-kun."
Sedikit terlihat wajah mengecut Katsuki, dia seperti menahan amarah, Momo bahkan tak bisa mengatakan apa pun.
"Kuso! Kalau begitu nanti kujemput." Apa-apaan teriakan mengancam dengan artian manis barusan. Momo rasa Katsuki termasuk tipe lelaki idaman--untuk sebagian orang juga. Dibalik sifat kasar dan umpatan biadabnya, nyatanya ia begitu peduli pada Tooru.
"Momo-chan!" Tubuh gadis itu dipeluk, ia tahu kalau sahabatnya begitu rindu, wajar saja, mereka bertemu tak kurang tiga bulan sekali. Lalu acara curhat antar wanita saja tak pernah terjadi.
"Hagakure-san aku senang melihatmu begitu akur dengan Bakugou-san."
Oke Momo mulai aneh dengan jalan pikirannya sendiri, darimana tindakan saling meneriaki dan mengumpat disalah satu pihak bisa disebut akur?
"Hehe semenjak ia sering ke daerah agensiku, aku sering menempelinya."
Momo tersenyum sumringah, lihatlah tambah banyak temannya yang mulai menjalin kisah asmara, lalu pada akhirnya ia yang akan tertinggal sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dream
FanfictionMimpi Momo hanya ingin hidup tenang, memiliki sebuah keluarga harmonis dan menjalani hari-hari yang menyenangkan. Mungkin tanpa kehadiran Shouto didalamnya. story by @diesdary *picture bukan milik saya, diambil dari pinterest.