Epilog

2K 211 21
                                    

"Konyol. Benda itu sudah aku buang kemungkinan besar, aku tak ingat juga menaruhnya dimana."

"Itu mantel berharga turun temurun dari orang tuaku Shouto."

Menghela nafas, dia baru ingat kalau sang ayah--Todoroki Enji memang selalu membuatnya naik darah. Apa-apaan dia baru sampai dua jam lalu, dan bahkan baru selesai mandi sudah dipalak mantel yang katanya turun temurun itu.

Oke, dia bahkan memiliki koleksi mantel dan jaket lebih mahal. Untuk apa dia sampai mengingat-ngingat mantel yang sudah tua yang ayahnya kasihkan--atau mungkin pinjamkan karena ditagih balik diam diam Shouto mengumpati sang ayah miskin.

"Sudah buluk kan? Ikhlaskan saja."

Disampingnya sang kakak perempuan merengut tak suka, dia yang menjadi korban janji Enji soal menurunkan mantel warisan padanya.

"Itu penting untukku dan Ibu!"

Enji maupun Shouto refleks menegak. Ucapan telak sang kakak perempuan membuat keduanya mengumbar aura aneh.

"Ibu?"

"Anggap saja kau sudah membuangnya, atau memberikannya pada orang lain." Enji dengan tanpa aba-aba meninggalkan percakapan itu, memilih mengikhlaskan dibanding mendengar cerita kedua anaknya soal sang istri.

"Mantel itu, mantel yang ayah dapat dari nenek untuk seterusnya ia berikan pada ibu."

Shouto tau, pak tua sialan--begitu katanya yang sayangnya adalah ayahnya masih memiliki kemanusiaan dalam dirinya, dengan dijunjungnya pembahasan ini semakin menegaskan kalau Enji sangat terlibat perasaan dalam pada mantel--coat juga ibunya.

"Mantel seperti apa?"

Shouto mengeringkan surai basahnya, melirik kakaknya yang kini tersenyum memandangi postur tubuhnya yang makin jadi.

"Coklat, kau sering menggunakannya setauku."

Shouto terkekeh kecil, Fuyumi terbelalak karena sikap dan tindakan barusan, dia baru melihat kekehan dan juga senyuman dari pemuda itu sekarang. Mereka tak pernah bertatap muka sejak dirinya masuk asrama di kelas 1 SMA.

"Apa barusan kau terkekeh Shouto?!"

"Apa itu keajaiban dunia?" Dia bahkan bingung melihat kakak perempuannya berputar-putar tak lupa berteriak 'Ya ampun oh astaga.' berulang kali. Ingatkan Shouto untuk siap sedia menyumpal telinga dengan es yang ia ciptakan jika kakaknya berulah lagi.

Selagi menunggu kewarasan mampir pada otak sang kakak, dia mengingat-ngingat beberapa coat coklat yang ditagih kakak dan ayahnya tadi.

Dari sekian banyak coat di apartemennya yang sudah dia simpulkan dan hitung dalam angan jumlah mantel coklatnya cukup banyak, ada sekitar dua belas atau bahkan lima belas.

Apa tak salah itu semua miliknya, oke banyak yang hadiah dari penggemarnya mereka benar-benar membantu selera fashionnya meningkat.

"Membuangnya atau memberikannya pada orang lain." Shouto mengulang ucapannya. Terdiam dan termenung, seakan pompaan darah dari jantung berhenti begitu saja.

Dia ingat betul soal mantel coklat paling nyaman selama ini, itu bukan dari penggemarnya atau ia membeli sendiri, itu adalah mantel ibunya--yang merupakan milik sang ayah hasil turun temurun.

Dan hal yang paling membuatnya terdiam adalah satu. Dia memberikannya pada gadis yang sangat berarti dalam hidupnya. Sama halnya dengan sang ayah yang memberikannya pada wanita paling berharga dalam hidupnya.

"Shouto? Hei, kau baik-baik saja? Astaga apa tadi kau sedang kesurupan? Hingga kau diam begini lagi dan bahkan sikap triplekmu lebih menyeramkan dari biasanya."

Perkataan Fuyumi soal dirinya tak lagi masuk dalam telinga. Yang ia tahu sekarang adalah. Takdir belum puas membuatnya lelah menjalani hari-hari dalam hidup. Tak serta-merta melepaskannya begitu saja pada persoalan dirinya yang paling membuat frustasi.

Jadi tentang dirinya yang tak sengaja menyampirkan mantel coklat pada pundak Momo, lalu seakan lupa begitu saja, apa juga bisa disamakan dengan cara Enji memberikannya pada Rei dulu? Apakah rasa ingin melindungi itu sama kuatnya?

Shouto dibuat bisu oleh permainan waktu.





















END

Yeay finish! Hehe sengaja gantung/dicekik.

Tapi udah ketahuan kan, gimana lanjutannya di masa mendatang, wkwk

Sekali lagi, makasih atas apresiasi reader sekalian. I'm nothing without your support^^

Bye! See you in the next poem, poetry, story or maybe fanfiction!

Adios

Regards, DiesDiary

Wildest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang