"Ada apa?"
Momo menggeleng, bohong kalau ia baik-baik saja, sekarang dipikirannya hanya berisi pemuda bernama Shouto terus-menerus. Karena penyelamatan anak kecil yang sialnya mirip sekali dengan paras perpaduan mereka juga nama yang seakan juga disatukan, apa memangnya yang bisa Momo pikirkan selain menampik perasaan ingin menemui Shouto.
Lalu memeluk pemuda itu erat-erat dan mengatakan ingin memiliki anak semanis itu bersamanya. Hell, Momo mulai gila karena pikirannya sendiri.
"Jirou-san akan menikah dengan Kaminari-san kapan?"
"Hah? Kau ini melantur atau sedang berhalusinasi?"
Kyouka tak habis pikir dengan pertanyaan aneh yang ia lontarkan. Memangnya apa yang bisa ia harapkan dari Denki yang sungguh luar biasa tidak peka terhadap perasaan sukanya.
"Aku serius bertanya kok Jirou-san."
"Masih lama. Nunggu bodohnya Kaminari sembuh."
Gadis itu menghela nafas lelah, sepertinya mood Momo sedang baik, tak terlalu buruk sampai ia bisa tersenyum lebar dan berceloteh tentang bermacam hal. Terakhir kali ia melihat gadis itu sebebas ini berekspresi setahun silam. Sungguh ironi hanya karena sosok Todoroki Shouto mampu membuatnya semurung itu dalam waktu kurang lebih satu tahun.
"Tahun depan."
Hampir bibirnya melanjutkan, celotehan Momo dipotong oleh Kyouka lebih dulu.
"Ya?"
"Tahun depan kudengar Todoroki akan dijodohkan oleh ayahnya. Dan dipaksa menikah."
Momo tak menunjukan ekspresi terkejut, mungkin sudah tahu lebih detail. Tapi dia dapat melihat senyum itu perlahan memudar, seakan terenggut paksa dari bibirnya.
"Lalu?"
Kyouka tak tahu maksud dari pertanyaan Momo barusan. Apa iya tak ada perjuangan yang akan diserukan Momo. Tunggu dulu, bukannya seharusnya Shouto yang berjuang mendapatkan Momo. Apa memang hubungan kedua sahabatnya seburuk itu?
"Kau tak berpikir memperjuangkannya?" Agak ragu Kyouka mengajukan tanya terlihat dengan alisnya yang ikut terangkat.
"Tidak. Memperjuangkan siapa? Tak ada." Terlihat kembali ceria, walau Kyouka tau ada perasaan menggantung yang digenggam kuat oleh Momo. Sampai kapan sahabatnya mencoba melupakan mantan kekasihnya tercinta?
"Todoroki Shouto mengubahmu lebih banyak dari yang kuduga, kau jauh lebih keras kepala."
"Ahahaha iya, dia bergantian membekukan dan membakarku, mana mungkin aku tak sekuat batu akhirnya kan?" Omongannya tak sepenuhnya salah, Shouto benar-benar melakukannya tanpa sengaja kok dalam artian lain.
"Begitu. Bagaimana dengan Monoma Neito?"
Lelaki pirang itu baik, tapi Momo bahkan yakin kalau pemuda itu sebenarnya buta akan perasaannya terhadap sahabatnya Itsuka.
"Dia lebih cocok menjadi suami Kendo-san."
"Lalu kau mau bagaimana?"
Momo menyeruput tehnya, segar mengaliri tenggorokan. Melirik sedikit kebelakang Kyouka yang terdapat pemandangan Denki dan Eijirou sedang tertawa renyah.
"Menikah dengan orang yang tak berharap banyak padaku, menerima diriku, atau bahkan mencintai kelakuan anehku."
Fiks, ciri-ciri diatas bertolak belakang dengan sifat Shouto yang selama ini Momo kenal. Berbanding terbalik.
"Todoroki masuk ke dalam kategori itu semua kan?"
Memicing bingung, Momo tak dapat darimana ciri-ciri si rambut setengah-setengah bisa masuk dalam kategori itu.
"Mana mungkin si sial itu masuk kesana."
Kyouka kembali menghela nafas panjang, jadi apa yang Momo cari selama ini. Shouto adalah seorang pemuda yang sangat pantas bersanding dengannya. Walau Kyouka tau trauma yang berkepanjangan telah diterima Momo dari hubungan mereka.
"Pikirkan saja dulu."
...
Mereka bertemu saat Momo akan memasuki kereta, dan si pemuda juga kebetulan menaiki kereta yang sama. Biasanya jam mereka naik kereta berbeda karena shift kerja dikantor Momo yang lebih dulu pulang. Apalagi keadaan kota yang sedikit damai.
"Yo." Sapaan pelan terlontar, berbeda dari sebelumnya yang biasa Shouto lakukan. Momo berjengit pelan, melihat wajah kelelahan Shouto menuntunnya menyodorkan botol minum kearahnya.
"Untuk?" Momo duduk lebih dulu, mengisyaratkan pemuda itu duduk disampingnya, hitung-hitung menebus dosa karena selalu mengumpat ke arah pemuda ini tanpa sepengetahuannya.
"Kau minum lah, haus kan?"
Shouto tak melanjutkan perkataan untuk menjawabi perkataan Momo, karena dia dengan cepat meminum sampai habis air didalam botol minum si gadis. Yang kini malah menatap pemandangan diluar kereta, menerawang jauh entah kemana. Melupakan kehadiran Shouto disampingnya.
Ingin merengkuh tubuh gadis itu, dia ingin menceritakan kelelahannya dalam gestur bermanja-manja seperti dulu. Hatinya mencelos terhadap fakta besar yang menghalanginya melakukan hal itu. Dia bukan siapa pun dalam kehidupan Momo.
Mengalihkan pandang dari pinggang ramping yang ingin ia peluk, dia menatapi jemari lentik yang terdiam diatas paha, terlihat menganggur tak ada yang menggenggam. Dulu dia sering mengecup punggung tangannya sayang.
"Mengingat masa lalu eh?" Seakan pas menembak ke sasaran, Momo menutupi bagian atas tubuhnya dengan jaket hitam, tak ingin dipandangi sebegitu intens.
"Iya."
Sudah diduga, Momo tahu pasti apa yang ada dipikiran pemuda di sebelahnya. Tak mau menawari tubuhnya dipandangi lagi, ia memilih menutup tubuhnya dengan jaket. Melirik dengan pandangan hina dina ke arah Shouto yang terlihat mengalihkan pandang.
"Jangan mencoba membayangkan masa lalu, aku terganggu."
Momo pasti risih, dilihat dari sebegitu inginnya pemuda itu menempelinya, bagaimana mungkin ia tak risih.
"Mengganggu pikiranmu terhadap Iida?"
Lihat perkataan sok taunya, apa ia tak tahu Momo sedang membayangkan anak kecil manis yang mirip sekali seperti mereka berdua? Dan yang ia pikirkan adalah mengatakan betapa ia ingin memiliki buah hati semanis itu dengannya? Ya tentu saja ia tak tahu, Momo membalas ucapan Shouto saja dengan ogah-ogahan, mana mau ia bercerita.
"Mengganggu pikiran tentang anak kecil."
Kekecewan semakin menusuk relung pemuda itu, jadi bahkan sudah memikirkan memiliki anak juga? Sejauh itu dia dari pikiran Momo sekarang?
"O-oh."
Percakapan terhenti karena pikiran masing-masing, juga stasiun tujuan Momo yang sudah dicapai.
Tbc
Saya sedang suka Dabi TwT)/
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dream
FanfictionMimpi Momo hanya ingin hidup tenang, memiliki sebuah keluarga harmonis dan menjalani hari-hari yang menyenangkan. Mungkin tanpa kehadiran Shouto didalamnya. story by @diesdary *picture bukan milik saya, diambil dari pinterest.