Pemuda yang meminjaminya mantel. Shouto Todoroki.
Yang datang dengan tenang ke arahnya, sambil tersenyum tipis, membuat keriuhan menyengat telinganya, tapi hanya sekejap karena pemuda itu melewatinya dan berjalan menuju kawan kelas A lain yang sudah mendecih mengoloknya atau mengumpatinya karena membawa perhatian para gadis hanya padanya.
"Momo, dia datang untukmu?" Bisikan Kyouka memecah lamunannya yang terasa begitu menyesakan.
"Bukan. Dia hanya datang untuk saling bertatap muka dan mengenang masa sekolah pastinya." Elakan Momo seakan tak bisa meraih kepercayaan yang diumbar teman-temannya.
"Yaoyorozu-san kukira Todoroki-san ada perlu denganmu seperti beberapa pemuda lainnya di awal kau datang tadi."
Momo hampir lupa pernyataan suka dari beberapa pemuda bahkan hadiah yang mereka berikan tadi saat ia baru saja sampai kesini. Mungkin saja karena dia memang tak pernah tertarik pada mereka atau memang ia yang malah terbawa kenangan masa lalu.
"Tak mungkin lah." Jawaban dari mulutnya menempatkan tanda titik di akhirnya, menegaskan tak ada satupun yang harus berpikir demikian.
"Kukira dia pemberani, ternyata sudah menyerah duluan kero."
Seruan Tsuyu membuat Momo berpaling ke arahnya, yang lain juga menatap kekasih Fumikage itu secara intens.
"Eh? Maksudnya apa Tsuyu-chan?" Ochako kelewat penasaran dan melontarkan tanya mendahului Momo.
"Kami bertiga tak sengaja bertemu dengannya yang akan pergi ke Kyoto kemarin di stasiun, tapi aku mengatakan kalau dia akan melewatkan kesempatan besar ini, lalu dia berbalik arah dan pergi. Dan sekarang kukira dia datang karena hal itu, mungkin itu hanya intuisiku, kero."
Penjelasan Tsuyu membuat benang kusut itu ditarik dan diurai dengan hati-hati. Kehadiran Shouto yang tiba-tiba melawan isu yang membuatnya harus menghabiskan waktu di Kyoto saat tahun baru seakan makin jelas.
Tak ada tanggapan dari Momo, sementara yang lain hanya mengatakan tanggapan lain yang berisi pendapat mungkin dan hal remeh temeh lain.
Dia hanya melirik Shouto dari ekor mata, pemuda itu terlalu datar dan bersahabat saat diajak berinteraksi oleh yang lainnya, tapi juga masih bisa fokus pada ponsel pintarnya, terlihat fokus pada pekerjaan juga.
"Bagaimana kalau dia memang akan mengatakan sesuatu padamu di kesempatan besar ini, tapi dia memilih untuk bungkam?" ucapan Kyouka berputar dikepalanya. Dia sedikit terkejut karena kehadiran Shouto yang kini mulai berjalan menjauh menuju pintu keluar juga gesturnya yang meminta izin untuk meninggalkan acara ini. Yang sudah dimulai dari lama sebelum ia muncul.
"Dia selalu diam, bahkan sampai sekarang dia tak pernah mengatakan semuanya dengan jelas."
Momo menggumam, membiarkan dirinya kembali meneguk minuman lain yang tersodor. Membungkam pikiran bercabangnya yang semakin tak terurai.
...
"Uraraka-san sangat cantik."
Kalimat pujiannya membuat teman-teman yang lain ikut mengangguk, sungguh mereka sangat terperangah dengan penampilan calon Nyonya Midoriya yang kini berjalan menuju altar.
"Aku tak bisa percaya salah satu teman kita sudah menikah." Tooru terisak dibelakang sana, tak ada satupun yang mengatakan kalimat lagi, semuanya diam membisu tenggelam dalam tangis haru.
Bahkan saat acara seperti ini, pikiran Momo masih bisa bercabang ke arah lain. Dengan beradunya manik onyxnya dengan hetero itu sepersekian detik tadi. Dia tak sengaja menemukan pandangan hangat nan lembut yang membungkus perasaannya yang bercampur aduk. Lantas beberapa memori manis mereka memulai kilas balik sialan yang membuat air matanya tak hentinya mengalir.
Momo menunduk, mengetahui batas tak kasat mata yang kini bertransformasi menjadi jurang dalam diantara mereka. Memisahkan mereka dengan telak.
"Berhenti menangis, make upmu nanti luntur." Senyuman dan gerak bibir itu terbaca dengan jelas oleh retinanya. Seakan kurang puas perasaan membuncah itu mengobrak-abrik persediaan air mata, Momo lantas menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Kyouka yang menangis disebelahnya.
'Aku tak bisa berhenti melihatnya, aku masih ingin memandangnya lebih lama.'
Janji suci sudah diucapkan Izuku maupun Ochako, bahkan keduanya saling tersenyum dan mendekap satu sama lain. Tamu-tamu juga bersorak meriah karenanya, kini giliran buket bunga yang akan dilemparkan Ochako.
Semua orang menunggu kemana larinya buket indah itu, terdengar sorakan Mina dibelakang sana. Momo tak tahu kenapa kadang sikap ceria dan penuh semangat Mina membuatnya ikut gembira. Dia terlalu fokus memerhatikan wajah teman-temannya hingga tak terpikir bahwa jarak diantara semua tamu kini terpangkas habis, mereka saling berdesakan. Menunggu buket itu untuk dilemparkan dari tangan sang pengantin.
Mendesak tubuhnya bersisihan dengan Shouto. Pemuda itu hanya menoleh sedikit menunduk sambil mengelus rambutnya. Tepat saat dirinya sama-sama menoleh ke arah pemuda itu. Buket bunga jatuh terhimpit dilengan saling bersinggungan mereka. Tertangkap oleh keduanya tanpa sengaja karena refleks yang sangat luar biasa dari tangan mereka.
Membuat sorak sorai kembali ramai. Salah satu suaranya dari Denki dan Eijirou, atau bahkan seruan dari Katsuki yang sempat-sempatnya mengumpati sial pada Shouto.
"Seperti takdir saja."
"Todoroki memang selalu bisa membuat kita tercengang."
"Dasar setengah-setengah sialan."
"Momo-chan selamat!"
"Omedetou Todoroki-chan Yaoyorozu-chan kero."
Ramai komentar lain yang membuat Momo juga Shouto saling mendorong buket bunga menjauh darinya, walau malah terlihat sangat kompak dengan acara saling mendorong maupun tarik-menarik.
Sorakan makin ramai, dan semburat merah tak bisa disembunyikan oleh sang gadis bahkan pemuda itu juga.
"Sudah kau simpan saja." Putus Shouto sambil menggenggamkan buket bunga kepada kedua tangan mungil yang terasa lebih dingin dari biasanya. Sentuhan sederhana yang mengirim euforia berbeda pada pemuda itu. Lalu dia pergi setelah menunduk hormat pada tamu lain.
"Gentle seperti biasa." Momo terkesiap tadi karena sentuhan dikedua tangannya oleh pemuda itu yang kini menghilang setelah berpamitan dengan Izuku maupun Ochako.
Tbc
Oh ya, ff ini akan segera selesai di chapter 10, makasih yang sudah membaca dan mendukung karya singkat ini ^^
![](https://img.wattpad.com/cover/210001736-288-k341207.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dream
FanfictionMimpi Momo hanya ingin hidup tenang, memiliki sebuah keluarga harmonis dan menjalani hari-hari yang menyenangkan. Mungkin tanpa kehadiran Shouto didalamnya. story by @diesdary *picture bukan milik saya, diambil dari pinterest.