"Kita dimana?"
Entahlah dimana ini, Sehun yang membawaku ke sini, sepertinya taman belakang sekolah, Indah juga.
"Ini markasku" Singkatnya, lalu naik ke sebuah rumah pohon. Di halam belakang yang tak begitu lias ini ada taman bunga, sebuah kolam kecil , dan pohon besar yang di salah satu dahannya. Ku tebak, pasti Sehun yang membuatnya.
"Kau bisa naik?" teriaknya dari atas. Dan buru buru aku memanjat ke atas. Wah, aku terpengangah kagum ketika memasuki tempat ini, buah buahan tertata rapi tak lupa minuman dingin di sana. Tunggu, tunggu, bagaimana bisa?
"Kau dapat dari mana semua ini?" Tanyaku sambil mengambil posisi duduk di sebelah Sehun.
"Sudah kusiapkan tadi pagi" jawabnya tanpa menatapku.
"Lalu minuman dinginnya?"
"Menggunakan Mayaku"
"Mayamu? Es?"
Dia mengangguk, dan aku bertepuk tangan kecil, bukankah Maya es keren? Tapi dia malah menatap aneh ke Aku.
"Apa yang kau lakukan" Tanyanya, bukankah seharusnya aku yang tanya seperti itu, pasalnya diakan yang menatap aneh ke aku.
"Tidak, aku tak melakukan apapun" jawabku, lalu mengabil buah di depanku lalu makan.
***
"Boleh kutanya sesuatu?" ucapku memecah keheningan.
Sehun mengangguk.
"Aku tahu, kita belum begitu dekat. Tapi, Lukamu itu..."
"Ini? Aku juga tidak tahu. Aku sudah terlantar dari kecil, Aku tak punya ayah dan ibu, aku hidup bersama kakek tua pembuat roti yang 10 tahun meninggal. Dan tiba tiba seorang gadis dengan perban di sekujur tubuhnya mengajakkku berteman. Jika boleh bilang. Aku sangat senang" ucapnya terlihat tulus, aku terus menatapnya dan merasa kita sangat cocok, entah kenapa aku semakin menyukainya.
"Kau sendiri? Tubuhmu kenapa? Sampai di perban sebegitunya?" tanyanya tanpa menoleh ke arahku.
Aku tersenyum kecut, Bagaimana cara menjelaskannya, Aku sendiri juga tak tahu kenapa harus terus seperti ini. "Hanya... Sakit" jawabku lalu tersenyum.
****
"Sehun, Mau ikut pelatihan pedang?" Sehun mengantarku sampai ke tempat pelatihan, kami sengaja bolos pelajaran seharian dan bermain bersama, tapi aku masih belum berani untuk bolos berlatih, bisa bisa aku akan habis di tangan Paman kejam itu.
Sehun hanya menggeleng pelan "Jangan sampai terluka ya" ucapnya halus sambil mengacak rambutku pelan.
Kurasa, Sehun tak seburuk itu, dia lelaki yang Baik dan menyenangkan. Sehun pergi, setelah aku memasuki gerbang.
Irisku menangkap sosok yang famyliar, bukankah itu si pemilik cincin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Of Sirius
FantasyAku tidak tahu tentang Sirius. Aku bahkan hanya rakyat biasa dari Arphad yang tak punya maya seperti keluarga kerajaan. Aku bukan siapa siapa, kenapa aku terlibat dengan pangeran dan iblis itu.