Ilsa menenggelamkan wajahnya di bantal, meredam teriakan kencangnya di sana sambil meremas kedua ujung bantal. Kakinya bergerak-gerak seolah memukul kasur yang empuk.
"Sialan! Dasar kutu!"
Dina Wiyatko-sahabat baik Ilsa yang kebetulan datang sepulang jam kerja langsung geleng-geleng kepala. Mendengar cerita heboh sahabatnya di telepon mengenai mantan suaminya, berhasil mengumpulkan rasa tidak sabar agar menemui Ilsa.
"Bumi lagi gonjang-ganjing nih karena lo akhirnya ketemu sama Jevan. After nine years, and after so many things you've been through alone," komen Dina.
Ilsa tambah menenggelamkan wajah ke bantal. Pukulan kecil bertubi-tubi mendarat sempurna di kasur. Andai kasurnya bisa bicara, pasti akan bilang kalau pukulan Ilsa sangat menyakitkan.
"Lupain rasa benci lo, Il. Sembilan tahun itu udah lama banget."
Ilsa mulai menarik diri, menoleh ke belakang, dan melempar tatapan setajam silet. Dengan kekesalan yang menjalar di tubuhnya, Ilsa melempar bantal ke arah Dina. Sialnya, Dina cepat tanggap sehingga lemparan itu berhasil ditangkap dengan baik.
"Lupain? Dia selingkuh! Mana bisa gue lupain gitu aja. Gila lo!" omel Ilsa dengan meninggikan nada bicaranya dua oktaf.
Satu alis Dina terangkat sempurna. "Ya, terus? Intinya lo kan udah cerai sama dia. Apalagi yang bikin lo keki?"
"Dia belum pernah minta maaf. Sekalipun nggak pernah! Apa dia nggak mikirin perasaan gue waktu dia selingkuh?"
"Gue paham perasaan lo. Tenang dulu. Lo bisa darah tinggi kalau ngomel mulu." Dina berusaha menenangkan tapi usahanya pasti sia-sia karena dia tahu wataknya Ilsa. "Tapi, kenapa nggak coba lo ceplosin aja? Bilang ke Jevan kalo dia harus minta maaf. Itu kan hutangnya dia," saran Dina dengan nada pelan.
"Males banget! Kayak pengemis maaf."
Dina mendesah kasar. "Kalau gitu jangan ngamuk-ngamuk kayak Hulk. Anggap aja Jevan orang asing."
"Gimana bisa? Tiap lihat mukanya dia tuh rasanya mau gue gebuk! Kalau perlu gue gebuk sekalian pakai sarung tinju!" Ilsa makin gemes. Tangannya spontan mengepal siap meninju wajah mantan suaminya itu.
Dalam khayalannya, dia berhasil meninju wajah Jevan sampai laki-laki itu jatuh tak berdaya. Bunyi 'ting' di ring tinju, dan kata-kata K.O menjadi akhir dari kemenangan telaknya. Ilsa langsung tersenyum puas.
"Dasar anak edan!" Dina melempar bantal sampai mengenai kepala Ilsa. "Lo pasti lagi ngebayangin gebukin Jevan dalam pikiran nggak waras lo itu kan?"
Ilsa yang tersadar dari khayalannya langsung nyengir. Dina paling tahu hobinya membayangkan banyak hal dalam pikiran rumitnya.
"Habisnya gue emosi. Sebel banget!"
Pintu yang terbuka berhasil membiarkan orang lain masuk. Ada suara yang terdengar ketika sosok yang datang bersandar pada pintu. "Sebel sama siapa sih?"
"Ow ow... ada batmannya Ilsa," goda Dina.
"Siapa sih yang bikin pacar aku ngedumel nggak jelas gini? Cemberut gitu. Tapi makin imut sih," ucap lelaki itu sambil duduk di pinggir tempat tidur. Jari-jari besarnya mencubit pipi Ilsa dengan gemasnya.
Lelaki itu Perdana Wirawan yang notabene adalah pacar Ilsa yang sudah menemaninya selama empat tahun.
"Nothing. Aku cuma kesel kamu nggak jemput aku." Ilsa berbohong. Kemudian memeluk Perdana dengan erat. "I miss you, Pineapple."
"Maaf ya kerjaan di rumah sakit lagi banyak banget," bisik Perdana. Setelah menarik diri, Perdana mengecup singkat kening Ilsa. "I miss you too, Apple."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Ex-Husband!
RomanceIlsa, seorang wanita yang berprofesi sebagai pengacara dipertemukan kembali dengan mantan suami yang mendadak menjadi klien di firma hukum tempat dia bekerja. *** Ilsa Fiorella, 28 tahun, seorang pengacara yang berada dalam puncak karir. Ilsa terpa...
Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi