Ilsa mendengar pacarnya tertawa dari seberang telepon. Dia menceritakan soal kekesalannya karena diajak bertemu klien pada jam makan malam. Ya, klien sialan sedunia yang notabene mantan suaminya itu berhasil merusak rencananya pergi dengan Perdana sepulang kerja.
"Kok kamu ketawa sih? Di mana letak lucunya?" dumel Ilsa.
Perdana kembali tertawa sebelum akhirnya berhasil mengusai diri dan menjawab, "Aku yakin kamu lagi manyun, bete, dan ekspresi kamu pasti gemesin banget. Aduh... minta dipeluk banget kalau bayangin kamu cemberut."
Ilsa yang tadinya akan mengumpat kasar langsung mengurungkan niatnya dan mengubahnya jadi senyum malu. Meskipun tak bersamanya, Perdana tidak pernah gagal meredam emosinya. Perdana selalu tahu cara mengubah wajah bete dengan kalimat menenangkan.
"Perdana, kamu nih..."
"Aku lucu? Iya, aku lucu. Banyak pasien yang bilang aku lucu," sela Perdana lebih dulu.
"Eh? Pasien yang mana tuh? Gatel banget! Minta diusapin obat anti gatal ya?"
Perdana kembali tertawa. Beberapa detik kemudian menjawab, "Nenek-nenek, Sayang. Kamu tega mau gituin nenek-nenek? Hehehe..."
"Ah, kamu nih! Aku pikir anak ABG."
"Kalau anak ABG udah pasti aku bilang sama mereka kalau pacarku lebih cantik. Mana galak-galak gemesin gitu."
"Dasar bucin!"
Perdana tak berhenti tertawa. "Hahaha... ya emang. Aku bucin banget sama Ilsa Fiorella. Because she's an amazing woman."
Kalau gini caranya, Ilsa bisa mati gara-gara diabetes instan akibat kalimat manis Perdana. Tiba-tiba muncul kata-kata di kepalanya. Coba aja Jevan kayak gini. Lalu Ilsa tersadar. Eh, ngapain gue bawa-bawa si kampret itu! Amit-amit!
Tepat saat dirinya membayangkan kata-kata ajaib itu, Ilsa melihat Jevan sudah duduk menunggu di dalam. Sialnya, bayangan akan candle light dinner dengan Jevan waktu di Amsterdam muncul. Ah, ngapain sih nih kepala muter-muter kenangan sialan itu?
"Monyet banget sih!" gerutunya kesal.
"Kamu ngatain aku monyet?" tegur Perdana.
Ilsa lupa kalau dia masih teleponan dengan Perdana. Astagaaaaa! Bego! Rasanya dia ingin menampar bibirnya. "Bukan, Sayang. Maaf, bukan. Itu tadi ada anak ABG nginjek kaki aku. Maaf ya. Bukan kamu. Serius deh."
Perdana terkekeh kecil. "Iya, Sayang. Ya udah, kamu udah sampai belum? Udah ketemu klien kamu?"
"Ah, udah nih. Nanti aku telepon lagi ya. See you, Baby."
Sambungan telepon terputus setelah mereka melempar ciuman berandai-andai kalau mereka sedang berduaan. Setelah itu, Ilsa menghampiri Jevan. Dilihatnya baik-baik wajah Jevan, laki-laki itu masih setampan dulu. Entah perasaannya saja atau Jevan semakin menawan.
"Hei, Il."
Ilsa tersentak mendengar sapaan itu. Dengan cepat dia duduk di depan Jevan. Tak lupa memasang wajah super jutek supaya Jevan tidak mengajaknya bicara terkecuali soal kasus yang dia tangani.
"Maaf ya ngajak kamu ketemuan di jam makan malam. Nggak keberatan, kan?" tanya Jevan sambil menampilkan senyum.
"Keberatan banget. Lo pikir gue nggak punya kehidupan lain selain urus kasus nggak penting lo itu? Gara-gara lo minta ketemu sekarang, gue batal jalan sama Perdana!" jawab Ilsa sewot dengan nada yang menyiratkan emosi terdalam.
"Maaf deh. Ini terakhir kali aku ngajak kamu ketemu malam ini." Jevan menatap Ilsa, sementara perempuan itu melihat buku menu di atas meja. "Kamu mau pesen apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Ex-Husband!
RomanceIlsa, seorang wanita yang berprofesi sebagai pengacara dipertemukan kembali dengan mantan suami yang mendadak menjadi klien di firma hukum tempat dia bekerja. *** Ilsa Fiorella, 28 tahun, seorang pengacara yang berada dalam puncak karir. Ilsa terpa...
Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir