Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi

Chapter 4

153K 8.8K 287
                                    

Ilsa mengalihkan pandangan ketika Jevan tak henti-hentinya memperlihatkan keseriusan dari matanya. Alih-alih ingin menghindar, wajah yang menempel di jendela mobil mengagetkan Ilsa.

"Astaga! Dedemit!" pekik Ilsa kaget.

Jevin menempelkan wajahnya, membuat hidung mancung itu terlihat seperti hidung babi, dan bibirnya menempel pada kaca jendela. Ilsa tidak paham lagi kenapa ada manusia kayak Jevin di dunia ini.

"Cieeee mangtap mangtap di mobil," ledek Jevin dengan suaranya yang cukup keras, nyaring, dan mengganggu.

Sontak, Jevan membuka kaca jendela hingga membuat Jevin mundur dua langkah. Soalnya Jevin takut dipukul Ilsa.

"Ngapain sih? Bikin kotor jendela mobil aja," tanya Jevan kesal. Baru juga mobilnya dicuci kemarin, sekarang malah dikotorin adiknya. "Udah ketemu Hayra belum?"

"Mau gangguin lo berdua. Gue sama Jevon nungguin kayak jomblo lumutan. Eh, ternyata lo berdua malah mesra-mesraan di mobil," jawab Jevin kembali meledek. "Hayra lagi sibuk jadi nggak bisa ketemu."

"Sibuk ngapain? Pergi ke pengadilan Jaksel? Godain jaksa di sana berarti," balas Ilsa dengan senyum penuh arti.

"Nggak mungkin Hayra godain jaksa. Bukan tipe dia."

"Lo nggak akan tahu sifat asli pacar lo kalau belum nikah sama dia," ucap Ilsa menyindir. Dunia pun pasti tahu siapa yang sedang disindir olehnya.

"Lo nyindir Jevan nih?"

"Yang merasa aja." Ilsa menarik kakinya, dan merapikan roknya yang sempat terangkat lalu mengembalikan jaketnya pada Jevan. "Thank you. Gue bisa jalan sendiri sekarang."

Setelah Ilsa turun dari mobil, dia segera melangkah meski terpincang-pincang. Baik Jevin maupun Jevan berusaha menawarkan jasa mereka membantu tetapi Ilsa menolak. Ketika Jevon yang menolong, Ilsa tidak keberatan.

"Gue nggak ngerti lagi kenapa mantan bini lo modelannya begitu. Lo masih cinta lagi. Hebat banget," gumam Jevin berbisik.

"Soalnya dia spesial. Nggak ada yang kayak Ilsa." Jevan senyam-senyum meskipun Ilsa sudah semakin jauh.

Jevin yang berada di sebelahnya langsung melongo. "Gila, gila, dikasih apa sih sama Ilsa sampai sebegininya? Mengherankan banget." Lalu Jevin mendaratkan telapak tangannya pada kening Jevan, dan kakaknya baik-baik saja. Ya, hanya sedikit gila karena cinta.

* * *

Tidak seperti kemarin yang direpotkan oleh kehadiran Jevin dan Jevon, hari ini Jevan datang sendirian ke kantor. Wajahnya harap-harap cemas memandangi Ilsa yang berfokus dengan berkas-berkas yang diberikan olehnya.

Berdasarkan kronologi yang ditulis, Jevan meminjamkan uang kepada temannya saat berada di Jakarta—tepatnya tiga bulan yang lalu. Kepulangan Jevan baru sekali ini setelah sebelumnya sempat pulang bertahun-tahun lalu ketika mengurus perceraian dan akhirnya kembali lagi ke Amsterdam dan menetap di sana. Dari informasi yang diketahui, Jevan kembali ke Indonesia dalam rangka urusan bisnis dengan temannya yang lain yang berada di Jakarta. Melalui celotehan Jevin kemarin, dia mengetahui Jevan memiliki usaha restoran di Amsterdam yang menjual makanan Indonesia. Dia tidak akan kaget karena ayahnya Jevan pengusaha restoran yang menjual masakan Sunda. Ada banyak restoran yang telah dihasilkan ayahnya Jevan di seluruh Indonesia. Tak salah jika jiwa bisnis mengalir di dalam diri Jevan. Di samping soal usaha yang dimiliki mantan suaminya, rupanya Jevan tidak lagi melanjutkan kuliah seni yang diambilnya dulu, melainkan pindah mengambil jurusan ekonomi dan sudah menyandang gelar S1-nya.

Pinjaman yang diberikan Jevan bukanlah nominal kecil tetapi sangat besar yakni, satu miliar. Itulah kenapa temannya memberikan jaminan sertifikat rumah jika sewaktu-waktu tidak menjalankan kewajibannya untuk membayar hutang. Temannya Jevan mengatakan akan membayar hutang pada bulan berikutnya tapi hingga dua bulan berlalu hanya sebatas janji semata dan tidak ada pembicaraan lagi selama dua minggu belakang.

Hello, Ex-Husband!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang