Yuna terbangun saat dering handphonenya berbunyi. Tangannya meraba-raba, mencoba menggapai handphone yang ia letakkan di atas nakas.
Setelah dapat apa yang ia cari ia memperhatikan nomor telepon yang tertera di layar setelah sebelumnya mengucek mata untuk menjernihkan pandangannya.
"Halo?"
"...."
"Maaf sepertinya anda salah sambung," Yuna mematikan sambungan telepon itu secara sepihak.
Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi dan tidak ada Ryujin di sebelahnya.
Yuna yang merasa kehausan pun turun dari ranjang lalu berjalan keluar kamar. Saat melewati ruang tengah, Yuna menemukan Ryujin yang masih memakai pakaian terakhirnya lengkap dengan sepatu.
Yuna kembali ke kamar untuk mengambil selimut di lemari dan bantal, setelah itu Yuna kembali lagi ke ruang tengah. Dengan telaten ia membuka sepatu dan kaos kaki Ryujin satu persatu.
Yuna mengangkat kepala Ryujin secara perlahan dan memposisikan bantal yang tadi ia ambil di bawah kepala Ryujin. Terakhir, ia menyelimuti Ryujin dari kaki hingga bawah dagu.
Meski masih sulit untuk membuka mata seutuhnya, Yuna melanjutkan langkahnya ke dapur untuk mengambil minum lalu kembali lagi ke kamar dan memilih untuk melanjutkan tidurnya hingga mentari bersinar.
***
"Yeji kemana?" tanya Ryujin yang lagi-lagi tidak melihat kehadiran Yeji di basecamp mereka.
"Dia ada urusan katanya. Tapi gue gak tau urusan apa," jelas Hyunjin.
"Dia masih marah kayaknya sama gue."
"Udahlah Jin, dia tuh emang suka kayak gitu. Gak usah terlalu dipikirin banget."
"Tetep aja gue gak enak sama Yeji, Jin."
"Gak salah lu sepenuhnya juga Jin. Kan Lia juga yang mulai, wajar lah lu jadi kaget diem kayak orang bego," celetuk Changbin.
"Ke kelas yuk, sekalian nyari Yeji, siapa tau dia ngumpet di kolong meja," ajak Hyunjin.
"Sembarangan lu, sama adek sendiri nista banget."
"Goblok emang lu pada."
Di jalan menuju kelas mereka berpapasan dengan Yeji yang baru turun dari tangga rooftop. Hyunjin, Ryujin, dan Changbin yang semula sedang tertawa karena ocehan satu sama lain mendadak diam. Yeji berjalan melewati mereka tanpa mengucap satu kata pun.
"Dia beneran marah sama gue Jin!"
"Udah lo tenang aja, nanti biar gue yang ngomong ke Yeji."
Mereka berpisah, Hyunjin dan Changbin menuju ke kelas, Ryujin menuju ke toilet.
Ryujin keluar dari salah satu bilik setelah selesai dengan urusannya. Di wastafel ada Lia yang sedang bercermin. Ryujin tersenyum seolah tak ada yang terjadi apa-apa di antara mereka dan tetap mencuci tangannya.
"Jin, maaf untuk yang semalem," ucap Lia setelah Ryujin selesai dengan mencuci tangannya.
Ryujin menoleh menatap kakak tingkatnya itu. "Gapapa unnie, Ryujin juga minta maaf karena pergi gitu aja. Niat Ryujin sebetulnya mau ngejar Yeji, mau minta maaf, cuma anaknya udah ilang gak tau kemana."
"Aku suka sama kamu udah lama Jin."
"Iya unnie, Ryujin juga gak mempermasalahkan kok. Tapi maaf Ryujin gak bisa."
"Dengerin dulu, aku belum selesai ngomong."
"Oh ok lanjutkan."
"Akhir-akhir ini Yeji sering ngabisin waktu sama aku. Entah hari apa, dia gak ada kabar sama sekali. Aku ngerasa kayak sepi banget gak ada gombalan receh dan omongan dia yang kadang suka gak ada saringannya..."

KAMU SEDANG MEMBACA
ICY
Fanfiction"Maaf..." -Shin Ryujin. "Tidak apa-apa. Aku sudah memaafkan setiap kesalahan yang kamu perbuat!" -Shin Yuna.