Beginning

38.9K 1.3K 9
                                    

"Ayolah Nesya, ini bukan arisan ibu-ibu seperti yang kamu fikirkan. Ini pesta salah satu kolega papamu itu"

Astaga! Memangnya kenapa kalau aku tidak mau ikut ke arisan itu. Oke, ralat. Maksudku pesta. Haish, aku kan tidak suka pesta seperti itu. Penampilan formal. Sikap yang harus anggun. Dan pembicaraan bisnis yang tidak menarik. Apa itu bisa dibilang menyenangkan? Ck.

"Nesya! Kamu dengerin mama atau tidak sih?" ujar mama sebal.

"Denger mamaaa. Memang kenapa sih kalau Nesya tidak ikut?" ujarku ogah-ogahan.

"Astaga! Nesya Maudy Bachtiar, ikutin perintah mama sekali aja kenapa sih!" Yak. Kapan coba aku tidak menuruti keinginan mama? Perasaan baru sekarang deh kayaknya.

Aku mulai memutar otak untuk mencari ide lain. Aku benar-benar tidak berminat dengan acara mama itu.

"Nesya ada janji, ma. Gak enak kalau dibatalin" ujarku tenang.

"Janji sama siapa? Ngapain malem minggu ada janji segala. Bukannya kamu sudah putus sama si Milo-Milo itu?"

"Namanya Ello, Ma. Bukan Milo. Bisa tidak sih mama jangan mengungkit dia lagi" jawabku kesal.

Heran deh, aku tau kalau mama kurang suka dengan mantan pacarku, Ello. Tapi kami baru saja berakhir satu bulan yang lalu. Ingat. Satu bulan. Jadi aku masih sedikit kesal jika siapa pun membicarakan dia. Oke, oke aku ngaku. Aku masih menyayanginya. Haish.

"Jangan mengungkit-ngungkit lagi, tapi masih membela namanya. Heran deh" cibir mama. Yaampun sumpah aku pengen gigit mama.

"Batalin janji kamu entah sama siapa itu dan ikut mama. Oh iya, mama sudah siapin dress yang cantik buat kamu"

Aku memasang wajah memelasku sekali lagi. Merengek kecil dan menarik ujung baju Mama. Ya aku tau ini kekanakan. Tapi sumpah deh aku males datang ke 'pesta' itu.

Pluk!

"Kamu ini, sudah 22 tahun juga masih saja kayak anak kecil. Pokoknya ikut. Tidak ada bantahan"

Hah. Oke itu adalah keputusan final dan tidak bisa diganggu gugat.

"Heran deh. Contoh kakak kamu itu loh sekali-kali. Lihat sekarang dia jadi apa. Ibu dan istri yang baik untuk suami dan anaknya. Itu karena dia menuruti perintah mama. Ingat. Ucapan seorang ibu adalah doa. Jadi kalau kamu menuruti mama, mama senantiasa mendoakanmu seperti kakak kamu itu"

Ya Tuhan kenapa mamaku secerewet ini sih. Astaga! Maaf Ma. Aku tidak bermaksud menjelekkanmu. Sungguh. Tapi kalau mama berbicara, pasti akan nyambung kemana-mana.

Pluk!

Hey, siapa yang memukul kepalaku!

"Mama apa sih?" ujarku sebal sambil mengusap kepalaku yang dipukul mama menggunakan gulungan majalah. Hey, itu majalah fashion yang kubeli kemarin. Dan kalian tau tebalnya naudzubillah. Apalagi kalau digulung. Astaga, mama kejam sekali.

"Makanya dengerin ucapan mama. Jangan mencibir terus dari tadi. Ah sudahlah, mama mau ke dapur. Malas bicara sama kamu"

Brak!

Pintu kamarku tertutup perlahan. Hah. Mama yang super cerewet namun aku sangat menyayanginya.

***

"Aduh ma, diurai aja kenapa sih. Nesya males kalau harus digelung" protesku.

Kalau kalian mau tau, mama sedang memake-over penampilanku saat ini. Dan kalau kalian mau tau juga, aku cukup terampil dalam berdandan. Namun, apalah daya mamaku yang cerewet ini mengambil alih semuanya. Astaga. Ini hanya ke pesta salah satu kolega papa dan mama sangat heboh.

"Astaga mama! Jangan tebal-tebal itu lipstiknya" teriakku.

"Tidak perlu pakai blush on, mama!"

"Mama jangan bikin mukaku seperti ondel-ondel, astaga!"

"Diam Nesya!"

Hiks. Aku mau nangis saja rasanya. Aku berbalik membelakangi kaca. Aku pasrah. Apapun hasil make over mama, aku terima. Asal mama tercintaku ini bahagia, hiks. Lakukan sesuka hatimu sajalah, Ma.

3 menit..

5 menit..

10 menit..

Astaga kenapa lama sekali.

"Taraaaaaa! Selesai. Berbalik, Nesya! Lihat dirimu" pekik mama senang. Oh mama senang, aku tak tenang.

Oke, tarik nafas.. buang. Fuuhhh..

"Mamaaaaaaaaa!"

"Tidak usah pakai teriak, Nesya!"

"Itu siapa yang di kaca?"

"Ya kamu lah, sayang"

"Aaaaaaa Mamaaaaaa"

"Nesya kenapa, Ma?" Papa masuk ke kamarku dengan wajah panik. Ya Tuhan, apa teriakanku sangat kencang?

"Lihat princess kita, Pa!" ujar mama dengan senyum mengembang.

"Mama yang paling the best!" ucap papa dengan acungan jempolnya. Papa juga tersenyum manis dan merangkul mama keluar.

"Jangan lama-lama shocknya, Nesya. Kami tunggu kamu di luar" Kepala papa menyembul dari balik pintu kamarku, lalu diikuti kekehan mama dan langkah kaki yang mulai menjauh.

Sedangkan aku?

Tertegun di depan kaca dan mengamati diriku sendiri.
Am I that princess? Oh My God!

***

Lalala~
Gimana? Ada yang minat gak? Wkwk.
Vomment pliss huhuu u.u

My Fiance? Hell No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang