Aku Harus Bertahan!

83 7 0
                                    

Ka Arifin sudah lama menyelesaikan pendidikannya di Jepang, jauh sebelum Ihsan. Ia lebih sering mengerjakan project energi di Indonesia bersama Hadi dan Rafi. Ya setidaknya Isyfa kini dekat lagi dengan kakaknya, dan bisa sedikit lebih tenang untuk kuliah. Dua kali Isyfa dilamar pemuda namun tak ada yang mampu menaklukan Isyfa dan Ka Arifin.

Ayah Isyfa? Ayah Isyfa adalah ilmuan dibidang senjata Nuklir!, Awalnya Ka Arifin yang mempelajari Nuklir sebagai pembangkit energi merasa heran mengapa bertolak belakang dengan ayahnya. Tapi semakin lama Ia paham, bahwa ternyata ayahnya ada di "dunia" itu untuk kedamaian. Hah? Kedamaian? Bagaimana bisa?... Tentu saja bisa, senjata nuklir itu saat ini menjadi bahan "perang dingin", tiap negara saling mempercanggih senjata nuklir mereka namun tak ada yang saling menyerang. Sekali saja ada negara yang meluncurkan rudal nuklirnya... Berurusan langsung dengan Mahkamah Internasional!.

Untuk itu ayah Ka Arifin dan Isyfa berada di sana untuk keamanan dan misi menjaga perdamaian, memiliki izin untuk masuk ke tiap Negara yang memiliki senjata maut itu untuk melakukan pengecekan. Dan karena itu pula Ia jarang di rumah bahkan agak jarang di Negaranya sendiri dan menitipkan soal adiknya pada Ka Arifin. Maka dari itu Kakak beradik itu kompak untuk menjaga Ihsan agar menjadi bagian dari mereka.

***
"Ka... Ihsan kapan pulang ya?... Udah hampir 3 bulan gak ada kabar nih..." Isyfa menghampiri Ka Arifin yang tengah di kamar dan bertanya cemas pada Ka Arifin malam itu.

"Kaka gak tau nak, ke Kaka juga kan dia belum ngabarin selama itu juga... Kita sabar aja yaa... Yang namanya berjuang di Negeri orang itu memang gak mudah dek, kaka udah alami" jawab bijak Ka Arifin berusaha membuat Isyfa tak terlalu khawatir.

"Tapi dia gak mungkin lupaa sama aku kan?" Isyfa mulai overthinking.

"Enggak mungkin lah dek, Kaka tau dia ko di sana aja dia gak bergaul sama selain laki-laki, bahkan sama laki-laki aja dia gak terlalu gaul dekat, hanya sebatas teman kelompok, teman penelitian dan itu pun gak ada yang bisa kaya dia sama Rafi... Jadi kamu tenang aja yaaa" Ka Arifin berusaha menenangkan kegelisahan adiknya itu.

Malam itu Ayah Isyfa dan Ka Arifin tengah berada di rumah untuk beberapa waktu yang agak panjang, setelah sibuk sekali dengan hiruk pikuk penelitian berbau militer, Ingin benar-benar tau perkembangan anak-anaknya, terutama Isyfa.

Melihat anak-anaknya tak ada di ruang keluarga sosok ayah itu mencari anak-anaknya di kamar mereka dan ternyata kakak beradik itu tengah asik berbincang di kamar kakaknya.

"Eheem... Ayah boleh gabung gak?" Tanya Ayah agak kaku.

"Boleh lah yah... Ayo sini duduk samping Kaka" ajak Ka Arifin sambil menyodorkan sebuah kursi di sebelahnya.

"Ayah deket aku aja... Kan ayah jarang ketemu akuuu" ucap Isyfa dengan manja sambil menepuk-nepuk kasur kakaknya memberi isyarat agar ayahnya duduk bersamanya.

"Iya deh ayah duduk sama Isyfa" jawab ayah sambil tersenyum dan menghampiri Isyfa untuk duduk di sebelahnya.

"Isyfa... Gimana kuliah kamu?" Tanya ayah dengan lembut.

"Alhamdulillah lancar Yah... Walaupun lagi berat-beratnya sih, tapi lagi asyik-asyiknya juga" jawab Isyfa dengan riang.

"Kalau laki-laki? Apa sudah ada yang kamu taksir" Ayah iseng bertanya dengan agak menggoda.

"Kalau ituu..." Belum selesai Isyfa menjawab ayahnya agak memotong.

"Hmmm... Ayah tau kamu masih fokus sama kuliah... Itu bagus!... Tapi Ayah punya temen Fa, dia punya anak laki-laki, mungkin seusia kamu. Ayah yakin dia sholih karena ayah tau betul Ayahnya. Yaaa... Ayah harap sih kamu mau lah minimal kenal dulu sama dia".

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang