Part 3 •• Bully

43 11 2
                                    

Cewek itu melangkah sendirian di koridor, melirik-lirik mencari hal yang menarik, di lapangan terlihat kakak kelasnya sedang melaksanakan pelajaran olahraga, ada dua kelas di sana. Dan salah satunya adalah kelas Jeedan, Biru mengerucutkan bibirnya menyadari cowok itu tak ada di sana. Bolos, hal biasa dilakukan Jeedan dan Arsene. Biasanya mereka akan pergi ke minimarket yang posisinya berada di belakang bangunan sekolah, mereka akan nongkrong di sana sampai jam pelajaran selesai atau parahnya sampai jam pulang. Para guru sudah sangat sering memperingati, tapi mereka tak pernah takut dengan hukuman.

Hingga di belokan koridor, tiba-tiba saja ada yang menarik lengannya, membuat Biru refleks memekik kaget. Ia didorong keras pada dinding hingga punggungnya terasa nyeri, Biru mendongak, melihat yang melakukan ini adalah kakak kelasnya, Stella janetisya. cewek paling cantik dan tajir seangkatan kelas dua belas.

"Kenapa kak?" tanya Biru dengan hati-hati.

"Idih, sok polos banget lo," cela Stella menatap Biru layaknya kotoran yang menjijikkan. Tangan Stella menarik dagu Biru. "Gak usah sok polos aslinya juga lo centil!"

"Aduh," rintih Biru saat kepalanya terbentur ke dinding karena Stella mendorongnya keras. "Gue gak sok polos dan gue gak centil!" balas Biru tak terima.

Stella kini menarik rambut Biru sekuat tenaga hingga rambut panjang itu rontok. "Dasar adik kelas gak tahu sopan santun!" Merasa tak puas, Stella melepas tali pinggangnya dan memukulkannya pada Biru hingga gadis itu mengaduh kesakitan. "Apa lo bilang? Gak centil? He kemarin pagi gue lihat lo jalan sama Jeedan dan sorenya lo jalan sama Arsene. Hebat banget bisa nempel sana-sini, Dasar ganjen!"

Biru meringis, badannya terasa linu. Tapi dia tidak boleh terlihat lemah, Biru mengangkat dagunya balas menatap Stella. "Kenapa? Kakak iri?"

"Anjing!" Stella tak bisa menahan lagi amarahnya, ia mencakar wajah Biru dengan ganas. "Cewek murahan lo!" Stella hampir menampar pipi Biru jika saja tidak ada seseorang yang melihatnya dan berteriak menghentikan.

"Woi! Berhenti!"

Stella mengumpat, lalu beranjak pergi meninggalkan Biru yang menunduk meraba wajahnya yang terasa memanas.

Cowok itu menghampiri Biru, memegang bahunya dan merunduk mencoba melihat wajah Biru. "Lah? Biru? Lo diapain sama Kak Stella, njir?"

Biru mendongak, mendengus kesal kenapa malah si cowok bandel ini yang menolongnya. "Dari sekian banyak cowok ganteng di sekolah kenapa harus lo yang nolongin gue, sih Pi???"

Cowok itu, Sopi ferdiansyah. Teman sekelasnya yang terkenal bandel menghela napas panjang. "Elo harusnya berterimakasih karena gue lo gak jadi mati."

"Tapi. kenapa. harus. Elo?"

"Biru lo tuh--"

"Heh ngapain kalian berduaan di sini," potong sebuah suara membuat keduanya menoleh. Melihat Jeedan diikuti Arsene di belakangnya yang memandang mereka dengan tatapan intimidasi.

Jeedan mendekat, melihat wajah Biru yang penuh cakaran lalu menatap Sopi yang kini memperhatikannya dengan wajah tengil seperti biasa. "Lo apain, Biru?!!"

Arsene ikut mendekat, melihat wajah Biru dari dekat, namun dengan sok tahunya cowok itu berbalik, menonjok Sopi hingga terjatuh ke lantai karena kaget mendapat serangan tiba-tiba. "Lo cakar-cakaran sama cewek? Banci banget!"

"Haa??!! Gue gak ngapa-ngapain dia, sumpah! Justru gue yang nolongin dia waktu dibully kak Stella." Sopi membela diri, memegang pipinya yang berdenyut karena tonjokan Arsene.

"Halah." Arsene ingin maju lagi namun segera ditahan Biru.

"Lo apa-apaan, Sopi benar. Dia yang nolong gue," jelas Biru merasa gemas dengan cowok di hadapannya.

"Lah jadi bukan dia yang ngebully elo?"

Biru menggeleng. "Bukan."

"Oh." Arsene manggut-manggut membuat Sopi menganga menampilkan ekspresi nelangsa.

"Lo dibully Stella?" tanya Jeedan menatap Biru yang jadi menoleh dengan ekspresi datar, ia masih kesal dengan kejadian kemarin.

"Hm."

"Pasti kuku jarinya belum dipotong seminggu, tuh." Arsene menunjuk bekas cakaran Stella di wajah Biru.

"Ke UKS sekarang," perintah Jeedan menggerakkan kepala ke koridor kanan di mana ruangan UKS terletak.

"Gue masih harus belajar," jawab Biru berusaha menahan panas yang menjalar di wajah imutnya.

"Yaudah gue aja yang ke UKS, tangan gue sakit euy abis nonjok die," celetuk Arsene mengibaskan tangan kanannya, menunjuk Sopi yang masih mengusap pipinya.

"Iya udah lo ke kelas, tapi nanti diobatin ya," ujar Jeedan mengusap bahu Biru.

Biru tersenyum tipis, lalu berbalik ingin melanjutkan langkahnya menuju kelas, walaupun di langkah keenam Jeedan memanggil namanya, membuat Biru mau tak mau menoleh lagi. "Sorry, kalau ini karena gue. Lo gak usah takut, Stella biar gue yang urus."



"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Ethereal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang