Part 4 •• Arsene dan semua tentang dulu

42 10 2
                                    

Bella berlari memasuki kelas, duduk di sebelah Biru dengan napas ngos-ngosan.

Biru yang sedang mencorat-coret kertas dengan pensil menoleh terkejut. "Kenapa lo? Dikejar rentenir?"

"Tadi gue lihat Kak Stella dilabrak," lapor Bella masih sibuk mengatur napas.

"Ya udah gak apa, biar tahu rasa dia."

"Masalahnya ini tentang pembullyan dia ke elo kemarin," bisik Bella membuat Biru menghentikan aktivitasnya. "Dan lo tahu siapa yang labrak kak Stella?"

"Kak Jeedan?" tebak Biru dengan sedikit berharap.

"Bukan, dodol! Ngarep banget lo. kak Arsene yang labrak kak Stella! gue juga dengar Kak Stella nangis karena diancam sama Kak Arsene," jelas Bella membuat Biru terdiam.

Biru meletakkan pensilnya, lalu menerawang pada saat di mana dirinya ke toko buku dulu, dan dengan bodohnya Biru tidak membawa dompet. Biru hampir menangis, ia tertunduk malu menatap beberapa buku di tangan. Sampai tiba-tiba Arsene datang dan membayar bukunya. Pernah juga saat Biru dihukum karena lupa membawa buku tugas, diam-diam Arsene keluar kelas membelikannya air mineral, atau saat Biru terkunci di toilet sekolah yang ada di belakang kantin, saat itu keadaannya sepi membuat Biru semakin takut, namun Arsene datang mendobrak pintu hingga terbuka dan bahunya sakit. Biru juga ingat, Arsene pernah menolongnya saat hampir terkena bola di pinggir lapangan futsal Dan yang paling sering adalah saat Biru merasa badmood Arsene akan menitip coki-coki pada teman sekelasnya untuk diberikan pada Biru.

Tanpa Biru sadari, Arsene sudah banyak membantunya. Arsene selalu ada, tiba-tiba dan tanpa bicara.

Saat ditanya mengapa Arsene selalu baik pada Biru, cowok itu menjawab santai, "manusia gak ada harganya kalau nggak berbuat baik. Lagipula gue udah baik dari lahir elo-nya aja yang baru sadar sekarang."

Dia tak pernah bilang 'Gue akan selalu ada buat lo' atau 'Gue akan selalu melindungi lo'. Justru Arsene tampak tak perduli, lalu diam-diam dia bertindak.

Ini lah Arsene Nataprawira, cowok yang sering nongkrong di warung kopi tepi jalan dengan pop ice taro di hadapannya. Cowok yang sering mengumpulkan poin dari kenakalannya di sekolah. Dia bukan cowok yang suka rokok, tawuran, atau nongkrong di cllub malam, bahkan Biru pernah melihat Jeedan bertengkar dengan kakak kelas sewaktu dulu, Arsene tidak melerai melainkan duduk jongkok ikut menonton bersama murid lain.

Biru yang merasa gemas segera menyuruh cowok itu untuk bangkit dan melerai Jeedan tapi Arsene malah menjawab, "ogah, takut bonyok."

Bel pulang berbunyi, membuat semua murid bersorak kegirangan karena jamnya dikurangi. Menyadarkan Biru dari lamunannya, ia mengemasi barang setelah pamit pada Bella ia berlari menuju lapangan futsal. Tempat biasa cowok itu berada jika sekolah sudah bubar. Saat Biru sampai di sana, benar saja. Arsene sedang tertawa geli dengan cowok-cowok futsal lainnya, Arsene nampak bersemangat karena hanya dia satu-satunya anggota yang sudah berganti pakaian.

Arsene berjalan menuju ranselnya dan mengambil sepatu futsal, saat ingin berbalik matanya menangkap Biru yang memandangnya ragu dari jauh kemudian setelah berteriak pada anggota lainnya Arsene berlari mendekati Biru.

"Belum pulang lo?"

"Gue mau nanya." Biru menoleh kanan kiri. "Lo ... Bener labrak kak Stella?"

"Kenapa emang?" Arsene balik bertanya.

"Kenapa gak bilang sama gue?"

"Emang harus bilang?"

Biru terdiam.

"Pembullyan gak seharusnya dibiarkan, gue udah laporin Stella ke BK," ujar Arsene membuat Biru menipiskan bibir.

"Hm. Makasih kalau gitu," ucap Biru merasa tak enak.

Ethereal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang